39. Memilih diam
***
Salsha terisak disamping Abrial, merasa bersalah dengan apa yang diperbuat oleh Reza kepada anak tirinya. Walau keadaan Abrial tidak ada yang harus dikhawatirkan karena memang Abrial tidak kenapa-napa.
"Mah, udah dong. Kok Mamah nangis, kan Al gak papa," balas Abrial.
Salsha mengenggam tangan Abrial dan menatap Abrial dengan tatapan penuh harap.
"Maafkan Reza ya, De. Gara-gara Reza kamu jadi seperti ini, Mamah bingung kenapa Reza berani-beraninya sama kamu padahal kamu gak ada salah sama Reza," jelas Salsha.
"Mah udah ah. Gak papa, mungkin Reza hilap. Al maklumi, kok," balas Abrial.
Dalam hatinya, Abrial ingin menertawakan Reza saat ini. Abrial berhasil membuat Salsha merasa bersalah kepadanya gara-gara Reza. Dan itu membuat rencana Abrial berjalan dengan lurus, bukan hanya membuat Reynand yang benci kepada Reza namun Salsha juga.
"Mamah harus apa, De? Mamah gak ngerti Reza setega itu, Mamah bingung maunya anak itu apa."
"Reza mungkin kesel sama Al, apalagi Al jadi lawan dipertandingannya."
"Atas dasar apa Reza kesel sama kamu? Kamu kan gak ada salah sama Reza, kayaknya Mamah harus ngomong sama Reza. Mamah gak mau Reza nyelakain kamu terus," tukas Salsha.
"Enggak tau. Pokoknya Mamah tenang aja, Al akan jaga diri lagipula mungkin Reza gak sengaja dorong Al."
"Pokoknya Mamah harus ngomong sama Reza, makin dibiarkan Mamah takutnya Reza terus nyelakain kamu, Mamah gak mau kamu kenapa-napa.."
Abrial mengusap bahu Salsha, menenangkan orang yang ia sebut 'Mamah' itu.
"Mamah jangan bela Al segitunya, kasian Reza. Reza kan anak kandungnya Mamah," balas Abrial berlawanan dengan isi hatinya.
"Kalaupun anak tiri tapi lebih baik dari anak kandung, Mamah akan bela kamu. Toh kamu gak salah," tutur Salsha.
"Yasudah. Al cuma gak mau Reza makin kesel sama Al, sama Mamah juga.."
"Reza kayak gitu karena gak dididik, belaganya mau mandiri tapi sama orang lain seenaknya." Rupanya Salsha benar-benar kesal dengan Reza, melupakan keseriusanya untuk meminta maaf karena masa lalunya yang melukai hati anaknya.
Reynand masuk dengan sekeresek makanan yang Reynand beli dibawah dekat rumah sakit, Abrial memang dirawat namun besok juga boleh pulang.
"Bun, sini makan dulu," ucap Reynand.
Salsha mengangguk sebelum menghampiri Reynand, Salsha mengusap puncak rambut Abrial dengan gemas.
"Mamah makan dulu ya sayang, kayaknya Papah juga pulang cepat. Panik banget denger anaknya masuk rumah sakit," jelas Salsha.
"Iya, Mah."
Salshapun tersenyum singkat dan menghampiri Reynand yang sudah mendahului untuk makan malam.
"Lama banget Kak belinya, ngapain dulu?" tanya Salsha.
"Ngantri." Salsha mengangguk.
"Besok antar Mamah ketempat Reza, mau?" Reynand menghentikan acara makananya.
"Mau ngapain?"
"Bunda harus ngomong sama dia, biar Al gak terus Reza celakai," balasnya singkat.
"Biar Kakak aja yang ngomong sama dia.." Salsha menggelengkan kepalanya.
"Gak, Bunda saja. Bunda malu sama Papah Abrial, udah beberapa kali loh Reza ngelakain Al."
"Yasudah. Terserah Bunda, lagian kalau Kakak yang ngomong pasti Kakak gak bisa nahan emosi," tukasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvrenza Shaqeel || END
Teen FictionBertemu seolah tak saling kenal, nyatanya ada rindu yang saling bersuara ~ AlvrenzaShaqeel Kecewa dalam tatap dan rindu dalam diam ~ ReynandAkbar Start = 19 Desember 2021 Finis = 31 maret 2022