chapter 32

7.7K 907 146
                                    

32. Hari pertandingan

***

Seperti keluarga harmonis seperti biasanya, Ardi sudah rapi dengan pakaian kantornya, Abrial memakai baju tim vollynya yang kemungkinan akan dilapisi oleh jaket kebanggaannya, dan Reynand tentu saja tak kala rapi hari ini.

"Abrial lawan sekola mana, Nak?" tanya Salsha menyajikan nasi goreng buatannya.

"Gak tau, Mah, Al gak liat bagannya," balasnya singkat.

"Padahal itu disekolah kamu sendiri kok gak lihat bagan pertandingannya?" tanya Salsha.

"Al kemarin kan pulang cepet." Salsha mengangguk dan melirik kepada anak sulungnya yang tidak bersuara.

"Kak?" Reynand menoleh.

"Iya, Bun?" tanya Reynand sadar dari lamunanya.

"Reza ikut pertandingan?" Reynand mengangguk, toh memang benar Reza akan ikut pertandingan.

"Loh Reza juga suka volly bal? Kok Papah tidak tau," sahut Ardi, Papah Abrial.

"Iya, Mas. Aku gak tau sejak kapan Reza suka volly bal, karena setau aku Reza sukanya basket," jelas Salsha, Ardi mengangguk.

"Wah nanti Al kamu ketemu sama Reza dong," ucap Ardi. Ardi memang baik, bahkan pernah mengajak Reza untuk tinggal bersamanya namun hak asuh jatuh pada tangan Rafisqi dan Ardi tidak bisa berbuat banyak lagi.

"Hem.." balas Abrial dengan keadaan hati yang sedikit memburuk, Abrial tidak suka ada orang yang membahas Reza didepannya.

"Bisa aja ketemu lagi difinal seperti tahun baru kan, Al?" tanya Salsha menoleh kepada Abrial.

"Udah sih kenapa jadi bahas Reza, sarapan aja lanjutin, Pah, Mah," celetuk Abrial.

"Sensi banget, ya gak papa kali dia juga anak Mamah," jelas Reynand memberi pengertian kepada Abrial.

"Iya iya," sahut Abrial dengan ngegas.

"Yasudah maafin, Bunda. Kamu lanjut makannya, Nak. Makan yang banyak biar tenaganya full, anak Mamah harus menang dan jadi juara," tutur Salsha mengusap puncak rambut Abrial.

Abrial mengangguk. "Abrial pasti jadi juara, Mamah harus percaya."

"Percaya dong."

Reynand hanya sibuk dengan pikirannya sendiri, banyak yang Reynand pikirkan untuk pertandingan nanti. "Kak.. makan dong rotinya," tutur Ardi.

"Iya, Pah." Reynand mengambil roti yang sempat dibuatkan oleh Salsha, Reynand memang menolak dibuatkan nasi goreng.

"Al mau barengan kesekolahnya sama Kakak?" tanya Salsha, Reynand menggelengkan kepalanya.

"Nggak, Pah. Kakak harus kesekola dulu ngurus anak-anak, tidak bisa langsung kesekola Al," tukas Reynand.

Pertandingan memang dilaksanakan disekola Abrial dan tentu saja Reynand tidak bisa langsung kesekola Abrial dan meninggalkan anak didiknya.

"Kayaknya Kak Rey gak mau ngakuin aku adiknya nanti, iya kan Kak?" tanya Abrial. Reynand hanya menoleh sekilas.

"Temen Reza tau gua kakak lo, cuma mereka gak tau kalau Reza adik gua," jelas Reynand kepada Abrial.

"Kalau mereka tau, seru pasti," kata Abrial dan Reynand terdiam.

Setelah sarapan, Reynand dan Abrial berada digarasi rumah mereka, Reynand mengambil motornya dan Abrial yang juga mengambil motornya.

"Kak, dukung gua tapi kan?" tanya Abrial.

"Tentu saja gua dukung lo," balas Reynand seadannya.

"Kalau tim gua sama tim Reza ketemu difinal, lo mau dukung siapa?" tanya Abrial lagi menatap penuh harap kepada Kakak tirinya itu.

Alvrenza Shaqeel || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang