chapter 27

7.5K 912 155
                                    

27. Perihal janji

***

Reynand duduk disebelah Abrial yang sedang mengatur nafasnya. Di malam hari ini Abrial mengajak Reynand untuk bermain basket dibelakang rumahnya.

"Ahh payah lo, De. Baru juga main udah kecapean," celetuk Reynand dan menghapus keringatnya oleh lengannya.

"Capek, Kak. Lo jago banget soalnya," balas Abrial.

"Lo harus banyak latihan, De. Biar jago."

Abrial menggelengkan kepalanya. "Ogah, gua kan gak ada basis dibasket," balasnya.

"Ya terus? Kenapa akhir-akhir ini sering banget ngajak gua main basket?" tanya Reynand yang memang merasa heran dengan Abrial yang akhir-akhir ini sering mengajaknya main basket yang kebetulan dirumahnya ada lapangan basket, karena papah Abrial dulu sangat suka dengan basket, namun nyatanya tidak menurun kepada anaknya.

"Hemm.. karena denger lo dulu suka main basket sama si Reza-Reza itu," ketus Abrial dengan nada yang menunjukan rasa kekesalan.

"Ya kan itu dulu, De. Kenapa harus dipersalahin?"

"Ya gak suka aja gitu, lo cerita tentang hal itu antusias banget, seakan kalau itu moment yang membahagiakan," jelas Abrial.

"Jadi? Lo cemburu gitu?" Abrial mengangguk, toh memang benar. Abrial tidak suka dengan cerita Reynand dengan Reza.

"Yaampun, ngapain cemburu?" heran Reynand.

"Karena sekarang lo kakak gua, Kak." Reynan tersenyum.

"Iya, tapi lo gak seharusnya cemburu tentang hal itu," tutur Reynand.

"Gua gak suka. Gua pengen kayak Reza, yang bisa main basket barengan sama lo," tukas Abrial dengan tegas.

"Gak harus kayak gitu, sama lo gua banyak moment yang membahagiakan, De. Jangan memaksakan menyamakan moment gua dulu bareng Reza, karena mau sampai kapanpun moment itu gak akan sama." Abrial terdiam.

"Tapi gua-

"Lo gak akan sama kayak Reza, lo gak bisa nyaingin Reza, begitu juga dengan Reza. Lo ya lo, Reza ya Reza, paham Abrial?"

"Setiap masa lalu punya kisahnya, begitu juga dengan gua bareng Reza. Gua sama Reza dulu dekat banget, lebih dari dekat gua sama lo," jelas Reynand.

"Gua gak suka dibandingin," tegas Abrial.

"Untuk itu stop memaksakan moment untuk menyerupai moment gua bareng Reza dulu," tukas Reynand tak kalah tegas.

"Karena seperti yang gua bilang, semuanya gak akan sama. Mau lo ataupun Reza, ada tempat nya masing-masing dihati gua, dan itu gak sama," jelas Reynand.

"Reza yang lebih tinggi, ya?" tanya Abrial dengan kedua tangan yang sudah mengepal, Reynand tidak menyadari itu.

"Lo gak harus tau, itu tentang gua biar gua yang ngurusin posisi lo dan Reza dihati gua.."

Abrial menunduk. "Gua ngerasa gua bakal kehilangan sosok kakak," lirih Abrial.

"Kenapa?"

"Lo perduli lagi sama Reza? Lo mau kembali sama Reza, kan? Habis itu lo mau ninggalin gua? Gua udah seneng banget loh punya Kakak kayak lo, Kak. Gua gak mau-

"Gak ada yang bisa memprediksi kedepannya kayak gimana, Abrial."

"Mendingan sekarang lo masuk, mandi!" Tanpa berbicara lagi, Abrialpun pergi kedalam rumah meninggalkan Reynand.

"Gua bakal nyari cara bagaimana Kak Rey semakin benci sama lo, Reza.." batin Abrial kembali bersuara.

Reynand menatap ring basket dengan tatapan sendu. Ia jadi kangen kebersamaanya dengan Reza dulu, yang mungkin tidak akan lagi.

Alvrenza Shaqeel || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang