65-TIUP LILIN: Kayana

364 94 0
                                    

|Sarah=Kayana|ㅡkalau lupa.

Walau belum 50k tapi update aja deh:) demi pembaca setia, thanks ya kalian, udah mau ikutin cerita ini.

Happy Readingㅡ

(oh iya, vote dulu^^)

🕯🕯🕯

Semua orang di ruangan itu terperangah saat mendengar cerita Klamora yang sesungguhnya. Selama ini, mereka pikir Klamora adalah korban dari cerita ini.

Karena bagaimanapun juga, beberapa bukti peneroran selalu mengarah pada nya. Serta kematian teman-teman dan keluarga Klamora yang terlalu mendadak dan berturut-turut tanpa diketahui siapa pembunuh sebenarnya.

“Jadi apa yang dikatakan Harlet juga benar, kamu lah yang membunuh—Kayana?” tanya Rama dengan nada tercekat.

Klamora terdiam sejenak sembari membalas tatapan Rama. Lalu Klamora mengerutkan alisnya begitu dalam, sembari menunjuk dirinya sendiri untuk memastikan.

“Kok—“ ucapnya tertahan, beriringan dengan hawa dingin yang berembus menemani keheningan di ruangan itu. “Kok, tahu? Hehe.” Klamora akhirnya terkekeh. Ternyata selain terlihat pintar, Rama juga peka ya. Perpaduan yang sempurna!

Sontak saja, pengakuan Klamora mengundang banyak pasang mata yang mulai menatap geram. Tidak terkecuali juga Leva yang tidak menyangka bahwa selama ini Klamora, sahabatnya—adalah seorang pembunuh.

Gila!

Gila!

Semua ini tidak bisa dipercaya. Skenario macam apa yang tengah ia jalani, bagaimana mungkin Leva bisa berteman dengan seorang pembunuh? Bagaimana mungkin ia tidak menyadarinya? Kenapa, kenapa dirinya harus masuk dalam lingkaran pertemanan gelap seperti ini.

Apa pada akhirnya, ia juga akan berakhir tragis di tangan Klamora—sahabat dekatnya sendiri.

“Kamu—kamu yang sudah menyuruh Kayana untuk memata-matai Harlet. Lalu karena Kayana sudah muak dengan rencana busuk kamu untuk semakin menghancurkan Harlet, pada akhirnya Kayana pergi dan mengabaikan perintah kamu. Dan kamu menunggu waktu yang tepat untuk pada akhirnya membunuh Kayana, tepatnya saat memasuki tahun ajaran pertama di sma. Kamu sadar, bahwa Kayana, Berlin, dan juga Harlet, berada di satu kelas yang sama. Tentu saja hal itu adalah ancaman yang besar karena kamu tidak mau jika Kayana membuka mulut soal apa yang selama ini kamu lakukan padanya. Walau ada kemungkinan jika pada akhirnya Berlin dan Harlet membenci Kayana, namun secara perspektif, Kayana juga bisa dikatakan sebagai korban, dan gadis itu sudah berani untuk mengakui kesalahannya. Jadi, tidak ada alasan untuk membencinya, karena bisa saja, mereka balik membalas tindakan kotor yang sudah kamu perbuat!”

Rama menjeda paragrafnya, ia menatap Klamora semakin intens.

“Itu sebabnya, kamu membunuh Kayana, supaya gadis itu bungkam. Karena kamu sudah tahu, bahwa Harlet kembali—untuk membalaskan dendam kematian ibunya.”

Klamora berlagak menghapus air mata di ujung mata, ia terharu dengan argumen Rama. Laki-laki pintar yang satu itu, bukan main ternyata. Klamora jadi tidak harus menjelaskan panjang lebar apa alasannya membunuh Kayana.

Padahal selama ini, Klamora sudah berusaha mengarahkan tuduhannya pada Berlin dan juga Harlet. Bahkan ia sudah merencanakan mengenai pengakuan Kayana yang ia buat-buat sendiri agar orang-orang mempercayainya. Ah sialan, semuanya jadi terbongkar.

“Gak salah Ber, kamu pilih Rama untuk mata-matai aku. Ternyata argumen dia kuat juga ya. Yah, tapi mau gimana lagi, udah kejadian ‘kan? Jadi, selama ini Rama gagal dong mata-matai aku? Apa dia sadar bahwa selama ini aku adalah pemeran utama yang bersembunyi di balik topeng sebagai korban? Gara-gara Rama yang kamu suruh itu, aku jadi punya rencana lain deh untuk pura-pura jadi korban. Ah, iya, Rama nakal banget deh, masa dia mata-matai aku sampai ke rumah segala? Kan jadi harus akting dua kali.” ujar Klamora panjang lebar, membuat orang-orang semakin keheranan dengan sikap Klamora yang sebenarnya.

TIUP LILIN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang