Klamora, Reega, Leva, dan juga Erlan, kini sudah berada di rumah Reega yang terlihat tidak berpenghuni, keempatnya memutuskan untuk mendiskusikan masalah teror itu di rumah Reega, karena jika di rumah Klamora, mereka tidak yakin karena polisi masih menyelidiki tempat itu, belum lagi Ayah Klamora yang mungkin saja bisa curiga dengan percakapan mereka, Klamora juga merasa tidak enak jika terus menerus membohongi ayahnya bahwa sebenarnya ia tidak benar-benar kerja kelompok.
"Kak Rio... belum pulang, ya?" tanya Leva sembari menduduki kursi panjang, diikuti oleh Klamora dan juga Erlan.Reega hanya menggeleng sembari sibuk menyiapkan air mineral untuk teman-temannya.
"Tumben, kok tiba-tiba nyariin kak Rio? Kayak yang udah kenal aja." sindir Erlan sembari membenamkan kepalanya di tempat duduk, menumpahkan rasa lelah saat ia harus berjalan panjang menuju rumah Reega.
"Leva kan pacarnya kak Rio." ujar klamora begitu saja.
"Hah?!" Erlan kaget, ia langsung duduk tegak dan menatap Leva yang berada di samping Klamora.
Leva mencubit pelan lengan Klamora, memberi tanda bahwa seharusnya Klamora tidak menceritakan hal itu pada Erlan.
"Biasa aja kali, gak usah heboh." komentar Reega sembari memberikan air minum.Erlan masih tidak percaya, ia langsung meneguk minuman yang di berikan Reega, "gimana gak heboh. Leva, sama kakaknya Reega? Pacaran? Gak salah?"
Leva menatap sebal, "emangnya kenapa hah? Sirik ya, gak punya pacar!"
"Aneh lah, diliat dari sisi mana pun, sama sekali gak cocok! Yang satu dewasa, yang satu kayak bocah, ahahaha ayah dan anak."
Leva ingin sekali menghajar Erlan, laki-laki itu selalu saja mengatakan hal-hal yang membuatnya kesal, jika bukan karena Klamora yang menahannya, mungkin saja Leva sudah menghajar Erlan habis-habisan.
Erlan mengulurkan lidahnya meledek Leva yang tidak bisa berbuat apa-apa untuk membalas ucapannya."Udah-udah, tujuan kita disini untuk cari tahu siapa peneror itu." kini Reega ikut duduk di seberang Leva.
"Teror itu, bermula sejak kapan?" tanya Leva, jelas saja Leva tidak tahu bagaimana awal mula teror itu terjadi, sejak awal, yang Leva tahu bahwa Klamora sedang memiliki masalah rumit, namun ia tidak tau tentang teror itu.Erlan berinisiatif untuk menjelaskan awal mula teror itu terjadi, mulai dari mimpi aneh Klamora sebelum ia pindah ke kelas J, dan juga saat Klamora menyadari jika kertas yang sempat ia lihat di dalam mimpi, benar-benar ia temukan di kehidupan nyata. Bukan hanya itu, kertas yang selalu menyebutkan nama Briel itu juga menerornya di bangku sekolah, dan juga dirumah. Yang paling mengerikan, Klamora selalu menemukan lilin dan juga secarik kertas itu di tengah malam, bahkan mungkin di mimpinya juga. Klamora sampai tidak bisa membedakan mana mimpi dan mana yang nyata.
Sekitar beberapa hari yang lalu, Klamora juga dikejutkan dengan tindakan Fey dan Yara yang menempelkan kertas itu di bangkunya. Klamora sendiri tidak bisa membuktikan apakah Fey dan Yara juga yang menaruh kertas serta lilin di depan rumahnya. Hal itu masih menjadi misteri, ada kemungkinan jika orang yang menaruh kertas di dalam kelas dan di rumahnya itu adalah orang yang sama, namun mungkin juga orang yang berbeda, karena jika Klamora ingat-ingat lagi, ia merasa jika kertas yang ia temukan di dalam kelas, itu lebih mengacu pada sebuah tanda tanya dan pertanyaan mengenai Briel dan terkadang juga mengenai Kayana. Sedangkan yang ia temukan di halaman rumahnya, itu lebih seperti ancaman.
"Sebelum insiden Alin di sekolah tadi, aku baru ingat bahwa dia nunjukin kertas ke aku." ujar Klamora sembari mengingat-ingat.
"Yang mengatasnamakan nama kamu itu?" Reega menambahkan.
Klamora mengangguk.
"Ah, aku sempat dengar gosip juga tentang anak-anak di kelas J yang kena teror sama kertas itu." Leva menuturkan."Kertas yang Alin tunjukkan saat itu, berisi: "Aku tidak sabar menanti hari ulang tahun-mu, untuk meniup lilin nya bersama-sama." Aku rasa, Alin meninggal di hari ulang tahunnya." jelas klamora.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIUP LILIN (End)
Horor⚠️ PLOT TWIST AREA [cerita ini memiliki konspirasi] Angel mulai mendapati berbagai macam terror misterius yang tidak bisa ia jelaskan. Awalnya ia hanya mengira bahwa mungkin semua itu adalah kejutan misterius dari teman-teman nya? Sebagai hadiah ula...