45-TIUP LILIN: IBU

612 142 9
                                    

Seperti sebuah teka-teki yang harus diselesaikan. Aku harus mencari jawaban dari semua pertanyaan yang aku buat. Entah apa yang ku dapatkan, tetapi semua itu tidak menyelesaikan apapun, semua jawaban yang ku dapat membuat ku menjadi lelah akan semua itu.

🕯🕯🕯

Rizky menjatuhkan kantongnya di atas sofa, lalu dirinya juga ikut terduduk di samping sana. Rizky melamun dalam keadaan rumah yang saat itu masih gelap dan juga sepi. Papahnya dan juga kak Rio ternyata belum pulang.

Rizky menekan bibirnya sambil berpikir keras, akhir-akhir ini ia merasa aneh kepada Angel. Gadis itu seakan-akan tengah menyembunyikan sesuatu darinya. Sikapnya seolah berubah saat acara ulang tahun kemarin malam. Bahkan Rizky sendiri tidak bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Angel, sampai-sampai gadis itu berteriak tidak jelas di depan banyak temannya.

Dan jika boleh Rizky berpendapat, sepertinya Angel dan Harlet tampak lebih akrab dari sebelumnya. Saat itu Angel juga berinisiatif untuk membantu dan membawa Harlet ke rumahnya saat mendapati nya pingsan di area sekolah. Rizky tidak pernah men-cap Angel sebagai orang yang baik hati dan semacamnya, mungkin wajar untuk membantu Harlet, hanya saja.. ada yang tidak wajar dari cara bersikap Angel. Seakan Angel ingin tahu banyak hal soal Harlet. Dan, sebenarnya kenapa?

Angel lebih sering membela Harlet saat mulai dekat dengan nya, bahkan, selama jam pelajaran berlangsung, Angel menemani Harlet di UKS. Yah, Rizky hanya merasa ada yang tidak biasa saja. Terlebih, saat sepulang sekolah tadi, Rizky sempat mengajak Angel untuk belajar bersama dan membicarakan soal surat serta mimpi Angel, namun anehnya, Angel menolak, dengan alasan bahwa dia hendak mengantar Harlet pulang. Padahal Rizky sendiri tahu bahwa tidak ada seorang pun yang tau keberadaan rumah Harlet, karena gadis itu benar-benar tertutup untuk menjaga privasi nya.

"Aneh, apa Angel punya rencana tertentu ya? Sampai ngedeketin Harlet segitunya." pikir Rizky.

Cklek

"Jadi kamu masak telur, dan telur itu gosong? Kamu ngakak ih!"

"Ya lagian..., waktu itu sodara papah pada dateng ke rumah, dan yang bikin malu, mereka mencium bau-bau hangit...." terdengar suara Rio berbicara.

"Dasar kamu..., ternyata cowok jago masak kayak kamu bisa gagal juga ya?" terdengar pula suara gadis tertawa lepas.

"Kegagalan itu kunci kesuksesan.... Lagipula aku gak anggap diri aku jago masak. Tapi karena kamu yang bilang, aku jadi makin sayang...."

"Jijik banget, hahaha!"

Lalu saat Rio menyalakan lampu, tak sengaja dirinya melihat keberadaan Rizky tengah terduduk di sofa, dengan pandangan menatap lurus dan diam mengamati sosok kakaknya yang tiba-tiba saja membawa seorang gadis ke dalam rumah.

Rio mematung, begitupun dengan gadis yang tangannya ia genggam. Rizky sama sekali tidak memalingkan wajahnya, dia terus mengamati kakaknya yang seolah-olah tertangkap basah.

"Eh, dek...." sahut Rio.

Rizky menaikkan satu halisnya, lalu pandangannya beralih pada seorang gadis di samping Rio.

"Hai, Rizky...." gadis itu ikut menyahut dengan ekspresi kaku.

Rizky masih diam, dia kembali mengamati bagaimana kedua tangan mereka yang saling berpegangan dengan erat.

"Kakak..., pacaran sama Reva?" terka Rizky.

Gadis yang ternyata adalah Reva itu berusaha melepaskan genggaman tangan Rio, dia berusaha mengelak.

"Bukan, kok, aku cuma--"

Rio memotong, "iya, dia pacar kakak, resmi jadian sehari setelah dia main ke rumah beberapa hari yang lalu." dia semakin mengeratkan genggaman nya. Reva hanya menatap Rio dengan sendu, padahal ia pikir, hubungan mereka akan menjadi rahasia saja.

TIUP LILIN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang