╰☆◈ empat belas ◈☆╮

120 22 0
                                    

Naya mengecek arloji di tangan kirinya. Sudah sekitar sepuluh menit ia menunggu di sini. Jam istirahat akan selesai tiga puluh menit lagi, namun Zean belum juga datang. Siang ini Zean mengajak Naya untuk bertemu di taman belakang sekolah.

Namun, sampai sekarang batang hidung cowok itu belum juga terlihat.

Sebenarnya, Naya juga tidak mengerti apa alasan cowok itu mengajak bertemu. Sepertinya, tidak ada keperluan yang begitu penting juga.

"Duh, kak Zean mana sih?!" keluh Naya.

Ia sudah mondar-mandir entah yang keberapa kali. Memang pada dasarnya Naya bukanlah orang yang sabar, masih harus disuruh menunggu pula.

"Apa jangan-jangan dia lupa? Atau malah ngebatalin janji? Atau tiba-tiba dia latian futsal?!" tanya Naya kepada dirinya sendiri. "Sial, hp gue pake ketinggalan di laci meja."

Naya merutuki dalam hati. Pantas saja Arga sering marah-marah kepadanya. Ia itu lugunya minta ampun.

Mau-mau saja diajak ketemuan tanpa alasan yang jelas.

Kalau semisal ia nanti bercerita kepada Arga --sudah dapat dipastikan kalau Naya akan langsung dimarahi. Ia pasti diolok habis-habisan.

Naya bodoh.

"Apa gue pergi aja ya?! Toh, kak Zean juga ga dateng-dateng. Daripada gue nunggu ga jelas gini, kaya orang gila," ujar Naya sambil menggigiti kuku jarinya.

Baru saja akan berbalik, tubuh Naya menabrak seseorang yang baru saja datang. Ia meringis sambil memegangi dahinya kala tahu bahwa yang ditabraknya sekarang adalah Zean.

Ini dia pelakunya.

"Sorry, Nay, sorry!" ucap Zean. Ia dengan refleks langsung memegang kepala Naya untuk mengecek ada yang terluka atau tidak.

Naya yang diperlakukan seperti itu lantas menahan nafasnya. Ini jarak yang terlalu dekat menurutnya.

Ia tidak pernah berdekatan seintim ini sebelumnya dengan cowok; kecuali Arga. Kalau cowok itu mah beda, hampir setiap hari mereka bergulat untuk memenangkan opini masing-masing.

Ya, namanya juga sahabat sejak kecil.

"Ga ada yang luka 'kan?!" tanya Zean khawatir.

Naya menggeleng, "Engga, kok, kak."

Setelah adegan tanya-tanya soal keadaan Naya --keduanya lalu duduk di kursi yang berada di sana.

"Lo udah nunggu lama?"

Naya mengangguk mantap, "Iya. Waktu makan siang gue terbuang sia-sia."

"Duh, gue ganggu lo banget ya ternyata."

emang.

Tapi, Naya hanya menjawabnya dalam hati. Bohong kalau Zean mengganggu Naya. Nyatanya, Naya kegirangan baru diajak saja.

"Engga, kok. Sumpah! Btw, ada keperluan apa?"

Zean menggaruk tengkuknya salah tingkah. Ia bingung akan menjawab bagaimana. Otaknya sedang berusaha untuk merangkai kata-kata sekarang.

"Minggu besok sibuk ga?"

Naya berfikir sebentar; mengecek isi otaknya apakah ada jadwal pergi atau tidak. Sepertinya sih tidak ada. Hanya mencuci di pagi hari, juga beberes rumah.

"Nyuci doang, sama beberes rumah," jawabnya jujur.

"Kalo ga ada acara jalan sama gue mau?"

bentar.

relationshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang