Selesai mengantarkan Jenar ke rumah, semua kembali ke kegiatan masing-masing. Termasuk Bella sekarang. Ia sibuk bersiap untuk pergi lagi.
Kemana lagi kalau bukan untuk bertemu Nathan. Ada yang harus ia bicarakan sekarang. Menyangkut hubungannya.
Bella memantapkan diri. Ia akan memutuskan Nathan nanti.
Katakanlah Bella jahat. Memang begitu keadaannya; ia tak tahan dengan sikap mamanya Nathan yang membuatnya merasa buruk sekali. Lagipula, Bella belum merasa jatuh cinta sepenuhnya kepada Nathan. Jadi, untuk sekarang tak masalah. Setidaknya, ia tidak akan merasakan sakit hati yang berlebihan.
Hari ini Bella juga tidak menyuruh Nathan untuk menjemput. Ia memilih untuk naik ojek online saja.
Keduanya bertemu di kafe yang berada tidak jauh dari rumah mereka. Kata Nathan; kalau jauh-jauh takutnya Bella kebanyakan bayarnya.
“Udah nunggu lama?!” tanya Nathan saat ia sudah datang.
“Belum kok. Gue aja belum pesen minum,” jawab Bella mengganti kata-katanya.
Nathan menaikkan sebelah alisnya merasa bingung dengan perubahan kalimat Bella. “Ada apa?!”
Sebelum menjelaskan, Bella menghembuskan nafasnya terlebih dahulu. Tak sopan rasanya kalau ia mengatakannya dalam posisi Nathan masih berdiri. Maka dari itu, Bella mempersilakan Nathan untuk duduk.
Setelah Nathan duduk secara sempurna barulah Bella berbicara.
“Gue mau kita putus.”
Bagaikan disambar petir di siang bolong Nathan memasang wajah kaget. Ia tidak tahu apa kesalahan yang telah ia lakukan sebelumnya. Namun, keputusan yang sudah diambil oleh Bella benar-benar membuat Nathan bingung.
“Kenapa, Bel?!”
“Gue ngerasa kita ga cocok aja.”
Nathan merasa ada yang aneh. Selama ini keduanya merasa cocok-cocok saja.
“Ga cocok di bagian mana, Bel?!” tanya Nathan. “Plis, jelasin sama gue maksudnya!”
Bella sudah menyiapkan jawaban sebelumnya. Tak mungkin pula ia mengatakan yang sejujurnya kepada Nathan. Ia tak mau dikira pengadu. Lagipula, bisa menjadi masalah kalau Nathan bercerita kepada bundanya. Yang ada, Bella yang kena.
“Selama ini gue nerima lo jadi pacar gue karena lo ngejar-ngejar gue. Sebelumnya, gue ga suka sama lo, gue ngincer yang lain. Tapi, gue mencoba menjalin hubungan sama lo biar rasa suka ini ikut tumbuh juga. Tapi, nyatanya ga bisa, Nat.”
Cowok itu memegang tangan Bella yang menganggur diatas meja. “Kita masih bisa usahain semuanya, Bel. Kita cuma kurang lama aja terbiasa.”
Bella menggeleng, “Gue juga ga suka sama hal-hal mistis yang selalu lo omongin ke gue.”
“Bel, kita bisa omongin ini baik-baik, ga harus dengan putus.”
Justru putus-lah yang Bella inginkan.
“Aku ga bisa, Nat.”
Nathan mengusap rambutnya kasar. Ia pikir dirinya sudah menang dengan menjadikan Bella sebagai pacarnya, nyatanya dirinya masih belum mencapai puncak. Bahkan, cewek itu meminta putus sekarang.
“Bel, aku ga mau putus dari kamu. Tolong!”
“Kita ga bisa sama-sama, Nat.”
“Atau jangan-jangan kamu mau deketin Arga lagi karena tau kalau dia udah putus sama Kinan?!” tuduh Nathan.
Bella melirik kearah Nathan tajam. Bisa-bisanya cowok itu menuduhnya. Padahal, dalam pikirannya tak ada sekalipun ingin bersama Arga. Ia sudah merelakan Arga untuk Naya.
KAMU SEDANG MEMBACA
relationshit
Novela Juvenil[ ft. 00 line ] hubungan kita sulit untuk dijelaskan, karena bukan sekedar berteman. © bluezennie_, 2O2O