Usai mendapat kabar bahwa mereka menemukan Jenar, mereka langsung bertemu di lokasi yang disebutkan oleh Yuda —tempat mereka berkumpul sebelum bersama-sama menuju ke rumah neneknya Jenar.“Yang nyetir siapa brutal banget perasaan?” tanya Lian penasaran.
“Kalo liat jangan pake perasaan, jatuh cinta bingung sendiri,” sahut Rama.
“Apasih lo?! Ikut-ikutan mulu.”
“Tuh yang nyetir!” Naya menunjuk Arga dengan lirikan matanya. Ia tersenyum mengejek.
Sementara Arga memasang wajah muram. Jujur, ia malas sekali. Apalagi kalau setelah ini dirinya menjadi bahan olok-olokan.
“Widih, pembalap lo bos!” puji Denis.
“Diem lo pada!”
“Oke, guys! Kita bakalan langsung pergi ke rumah neneknya Jenar ya. Dikarenakan yang tahu tempatnya itu Arga, jadi kelompok Nathan yang mimpin. Gue sama temen-temen ngikut di belakang.”
Arga ingin protes terhadap keputusan sepihak yang ditentukan oleh Yuda. Namun, si pemberi perintah sudah terlebih dahulu masuk ke dalam mobil.
Mungkin tak mau membuang waktu lebih lama lagi.
Arga hanya merotasikan bola matanya malas, lalu ikut menyusul masuk ke dalam mowbil. Kalau dirinya tidak cepat-cepat bergerak, yang ada ia diteriaki oleh yang lain.
Kedua mobil itu mulai beranjak pergi menuju ke daerah puncak yang dimaksud. Sebagai penunjuk jalan Arga benar-benar membawa mobil milik Nathan di depan.
“Ini ga ada jalan yang aneh-aneh ‘kan?” tanya Naya bergidik ngeri. Ia merasa seram saja membayangkan kalau di jalan menemukan sesuatu yang luar biasa.
“Aneh-aneh gimana maksud lo?” Bella bertanya balik.
“Ya gitu.”
“Jalan yang angker gitu maksud lo?!” Nathan memperjelas.
Bella refleks langsung memukul lengan cowok itu yang bicara sembarangan. “Mulutmu, Nat!”
“Lo pada apaan sih?! Jalannya aman ya, yang tenang.”
“Kalo ga aman mana mungkin lo berani wara-wiri ke sini sendirian. Ya ga, Ar?!”
Arga merotasikan bola matanya malas, “Maksud lo gue penakut gitu?!”
Naya hanya mengendikkan bahunya. Bisa dibilang Arga memang agak penakut sih. Cowok itu paling benci kalau semisal membahas tentang hal-hal seram. Tapi, meskipun begitu; Arga tetap berani kemana-mana sendiri.
Seakan lupa kalau di dunia ini yang hidup bukan hanya manusia saja, melainkan ada makhluk dari alam lain juga.
✨✨✨
Anak-anak mulai turun dari mobil saat mereka sudah sampai di halaman rumah neneknya Jenar. Sekedar informasi, halaman rumahnya luas. Cukup untuk parkir dua buah mobil; lebih malah.
“Ga nyangka gue kita bakalan ke sini malem-malem gini. Coba aja kalau siang, pasti enak banget!” kata Bella.
“Itu mah liburan. Kita kan ke sini niatnya mau nyari Jenar.”
“Ajakin lah itu ayang lo!” suruh Cila sambil menyenggol lengan Bella.
Bella hanya tersenyum dengan paksa. Ia kembali memperhatikan Yuda yang sedang mengetuk pintu rumah bernuansa kuno itu. Sementara yang lain masih sibuk memperhatikan bentuk pintu utama yang terkesan unik.
KAMU SEDANG MEMBACA
relationshit
Novela Juvenil[ ft. 00 line ] hubungan kita sulit untuk dijelaskan, karena bukan sekedar berteman. © bluezennie_, 2O2O