╰☆◈ empat puluh dua ◈☆╮

61 8 1
                                    

Mobil Yuda berjalan menuju ke sekolah. Sudah malam sebenarnya dan mereka khawatir di sekolah sudah tidak ada orang. Lagipula, orang gila mana yang masih stay di sekolah malam-malam begini? Nyari setan namanya.

“Ini serius ke sekolah? Gue takutnya kita bukan ketemu Jenar, malah ketemu setan,” ucap Lian merasa ngeri. Ia tahu kalau sekolah tempat Jenar menuntut ilmu itu terkenal angker.

isinya cuma setan.

Ditambah lagi, tepat di belakang sekolah mereka ada satu kuburan china. Itu yang membuat anak-anak merasa ngeri pergi ke sana malam-malam.

“Lo yakin ga? Kalo engga mending di mobil aja,” suruh Rama. Takutnya kalau mereka ragu-ragu, yang ada dihantui beneran.

Lian bergidik ngeri. “Duh, ketimbang gue nunggu di mobil sendirian, mendingan gue ikut kalian.

Mereka turun dari mobil satu-persatu.

Tujuan pertama mereka adalah menemui pak satpam guna meminta izin melihat data anak-anak yang memiliki kemungkinan berinteraksi dengan Jenar sebelum kemarin. Masalahnya, mereka tidak begitu mengenal teman-teman sekolah Jenar.

Sekelas Rama, Arga, Yuda, dan Denis pasti tidak tahu juga; sebab Jenar jarang berteman dengan anak-anak hits. Biasanya anak hits kebanyakan menye-menye dan Jenar membenci hal itu.

“Malem, pak!” sapa Yuda kepada satpam sekolah yang sedang berjaga di pos.

“Loh?! Malem, Yuda, ada kepentingan apa nih malem-malem ke sini?” tanya pak satpam heran. Ditambah lagi Yuda kesini bersama beberapa orang yang tidak dikenalnya. Hanya Denis dan Rama saja yang beliau ketahui.

Jangan tanya kenapa pak Satpam bisa tahu nama Yuda. Siapa sih orang di SMK yang tidak mengenal Yuda?! Dia anak yang hampir semua orang kenal. Meskipun tidak sehumble dan sehumoris Rama, namun nama Yuda begitu melekat di hati orang-orang; karena kebaikan cowok itu yang begitu spesial.

“Jadi gini, Pak, kita lagi nyariin temen kita namanya Jenar. Dia dari kemarin ga balik, Pak. Katanya, tadi juga ga masuk sekolah. Makanya, kita lagi cari info dari temen-temen sekelas sama eskulnya, siapa tahu ada yang ngerti keberadaan Jenar dimana, Pak,” jelas Yuda dengan lancar. “Jadi, alasan kita ke sini pengen nyari info data anak-anak sama nomor teleponnya, Pak, boleh engga ya?”

“Jenar si anak Marketing yang jualan pulsa itu?” tanya pak satpam.

“Iya, Pak. Makanya kita nyari dia, takutnya kalo dia ga ketemu anak-anak di sekolah ga bisa hutang pulsa, Pak,” tambah Rama. Sengaja ia menambahi supaya sang satpam mengizinkan.

“Yaudah, boleh. Tapi cuma liat ke kelas sama ruang eskul aja ya. Bapak ga berani kalo harus liat data-data ke ruang guru. Lagipula, kan ada orang asing juga.”

Mereka mengangguk setuju, setidaknya mereka bisa mendapatkan sedikit informasi.

Tanpa basa-basi mereka langsung diarahkan oleh pak Satpam menuju ke kelas Jenar. Gini-gini, ternyata Jenar terkenal juga. Iya, terkenal sebagai anak yang teknik marketingnya luar biasa. Apa aja ditawarin; apa aja dijual.

Bahkan, Satpam bercerita bahwa guru-guru juga sering menanyakan Jenar ‘ada dagangan apa?’.

Sampai di kelas mereka langsung mencari buku absen. Beruntung di setiap absen siswa tertera nomor telepon yang bisa dihubungi. Langsung saja mereka membagi tugas untuk menghubungi setiap siswa.

Meskipun rumit, tapi mereka akan tetap melakukannya demi bisa menemukan Jenar. Mereka ingin membuktikan bahwa mereka sebagai teman yang baik bisa diandalkan.

“Anjir! Dari tadi gue nelepon temennya Jenar ga ada yang tau. Ini Jenar ga pernah berinteraksi apa gimana sih?!” keluh Rama. Sudah ada hampir empat nomor yang ia hubungi, namun jawabannya sama; tidak tahu.

relationshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang