╰☆◈ dua puluh enam ◈☆╮

80 19 0
                                    


Akhirnya Cila bisa terlepas sudah dari empat orang yang membuatnya naik darah hari ini. Mantan Rama dan antek-anteknya benar-benar membuatnya emosi. Beruntung saja ia memiliki banyak kata-kata untuk membuat mereka kicep.

Ga lagi-lagi deh dirinya mau menerima tawaran Rama untuk apapun.

Sekarang ini dirinya sedang mampir di pinggir jalan ——menunggu pesanan siomay. Makanan di restoran tadi kurang banyak menurutnya.

Ya gimana ya besti, dia kan emang porsinya porsi kuli.

“Sumpah ya, Ram, gue baru tau kalo mantan lo ternyata se-nyebelin itu,” ungkap Cila sambil mengipasi dirinya yang masih merasa gerah.

“Emang.”

“Kok bisa-bisanya sih lo dulu pacaran sama dia?! Kesambet pelet apaan coba?!” Cila geleng-geleng kepala heran.

“Ga ngerti gue. Kalo kata lo mah; emang sweet banget sih itu anak, heran gue kenapa bisa sayang banget sama dia.”

Cila ingin muntah sekarang juga. “Sweet darimana coba?! Pait gitu.”

Namanya saja penyesalan, wajar saja jika baru sekarang Rama merasakannya. Dulu sewaktu masih anget-angetnya —waktu masih kasmaran— Rama juga bucin banget.

Semuanya berubah sejak beberapa waktu yang lalu. Rama memutuskan mantannya karena telah memergokinya selingkuh.

Namun, Rama tidak mengungkapkan kepada Nindi bahwa ia mengajak putus karena cewek itu selingkuh, melainkan karena Rama sudah bosan dengan Nindi. Kurang ajar bukan? Tapi memang pada dasarnya Rama tak mau terlihat menyedihkan sampai ditinggal selingkuh.

“Heran gue kenapa kalo jatuh cinta cuma dapet jatuhnya aja.”

“Makanya, ga usah gegayaan pake acara cinta-cintaan, sakit hati tau rasa ‘kan?!”

Curhat dengan anak cewek di Kepyoh Squad itu tidak ada untungnya sama sekali. Mentok hanya mendapat ejekan.

Berbeda kalau konsepnya deeptalk malem-malem; ngelawak saja sudah seperti mengutarakan beban hidup. Dan anehnya, malah menjadi ajang adu nasib.

“Lo tuh ga pernah jatuh cinta makanya jadi gini. Cari pacar sono, Cil!” suruh Rama.

“Lah, pacar gue kan lo!”

Rama kicep. Ngomongnya nyablak ya.

“Kan lo sendiri yang nyuruh, gimana sih?!” koreksi Cila saat melihat wajah Rama yang terlihat berubah.

“Kan udah ketemu sama Nindi, berarti putus dong.”

Cila berdecih. Pada dasarnya sifat cowok itu suka membuang kalau sudah tidak memerlukan lagi. Berengsek memang!

“Nyesel lo punya mantan sebaik gue.”

“Dih?!”

Cila memegangi belakang kakinya yang agak lecet karena memakai flatshoes. Ia memang sering seperti itu, makanya ia jarang pakai.

Sudah Cila duga kakinya bakal begini jika dipaksakan. Dan benar saja. Ini demi Rama.

“Kaki lo kenapa?! Sini gue liat!” Rama mendekat dan berjongkok di depan Cila. Tangannya menarik kaki Cila pelan untuk melihat kondisinya.

Cila meringis pelan saat Rama memegang luka di kakinya. Tidak begitu besar, tapi ya terlihat lecet dan sakit jika disenggol.

“Ya ampun, Cil, kok bisa sampe kaya gini?! Kenapa ga bilang sama gue?”

Cewek itu menarik tangan Rama agar menjauh dari kakinya. Ia risih dipegang-pegang, apalagi dirinya mengenakan rok.

“Ga usah lebay deh, Ram, ini ga papa kok. Cuma luka dikit aja.”

relationshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang