“Lama bener buset! Curiga gue, lo korupsi uang dari Nathan buat jajan berdua,” kata Denis yang sudah kesal menunggu. Ia kan ingin cepat-cepat makan.
“Astagfirullah, lo tuh solimi banget,” balas Naya lalu mulai menurunkan plastik ke hadapan mereka semua.
Nyatanya, uang seratus ribu dapat mereka tukarkan pop es, bakso bakar, sosis, dan gorengan. Makanan berlemak semua. Namun, memang beneran enak di lidah.
“Lo pikir pesen segini banyaknya ga pake proses?! Semua itu butuh proses, ga ada yang instan,” tambah Lian. Kalem-kalem begini, kalau ngomong kadang suka menampar kenyataan.
Sesaat setelah plastik mendarat semuanya langsung sibuk mengambil jatah mereka. Yang paling penting minumannya terlebih dahulu. Padahal, mengambil yang terakhir pun tetap dapat jatah. Tapi, terkadang manusia memilih untuk saling berebut.
“Arga belum ke sini?” tanya Naya yang belum menemukan keberadaan sahabatnya di sana.
“Belum. Masih bahas konflik mereka yang ga berujung kalik,” balas Rama sambil mengunyah gorengan.
Kalau membahas soal hubungan asmaranya Arga, Rama ini adalah orang yang cukup sensitif. Entahlah, ia seperti agak gedeg dengan rumitnya hubungan Arga yang tidak bisa dinalar otak manusia. Sering putus-nyambung dengan pacarnya, namun sering mesra-mesraan dengan sahabatnya —–alias Naya oknum tukang halu.
“Heh, mulut lo lemes bener kalo ngomong,” tegur Yuda. “Doain aja semoga beneran putus. Sepet gue liat mereka putus-nyambung mulu.”
Yuda tidak ada bedanya.
Berulang kali teman-temannya itu menyarankan kepada Arga untuk putus saja. Namun, yang namanya perasaan itu tidak ada yang tahu. Sampai sekarang, buktinya Arga masih senang-senang saja menjalin hubungan yang seperti main-main ini.
“Astagfirullah, kalian itu jadi temen ga ada baik-baiknya ya. Gue juga ikutan dukung sih, Yud,” ucap Bella.
Nathan mengacak rambut Bella sebagai balasan perkataannya. Cewek itu mengerucutkan bibirnya kesal —–Nathan selalu bertindak begitu.
“Ish, tangan lo nakal, Nat!” protes Bella.
“Itu masih mending tau, Bell, megangnya rambut bukan yang lain. Coba kalo Denis, merembet kemana-mana,” kata Rama asal.
Bener-bener ya, kalau ngomong suka tidak difikir dahulu.
“Bangsat lo, Ram!”
Perbincangan tentang Arga terhenti saat si topik datang dengan wajah yang bisa dibilang begitu kusut. Tak ada senyum ataupun semangat seperti saat datang ke tempat ini tadi.
“Udah putus, Ar?” tanya Naya mewakilkan seluruh pertanyaan teman-temannya. Ia tahu mereka ingin menanyakan hal ini, namun takut untuk bertanya.
“Heh! Mulut lo gacor bener!” Jenar menggeplak lengan kanan Naya.
Arga tidak menghiraukan pertanyaan Naya, ia memilih untuk ikut duduk. Ia sedang malas membahas Kinan. Mood-nya tidak baik sekarang.
“Dunia dipenuhi oleh orang pacaran, gue kapan?” ucap Cila meratapi nasibnya yang sendirian terus sejak entah kapan.
“Sama gue mau, Cil? Kalo mau gue spill sekarang nih,” canda Rama.
“Ga mau yang kayak lo, maunya yang kayak Jungkook.”
“Sampe lebaran monyet pun ga bakal bisa dapetin, Cil. Lo itu definisi mengharapkan bumi berbentuk kotak alias mustahil,” tambah Denis.
“Di dunia ini ga ada yang mustahil. Percaya sama gue, ada beberapa hal yang selama ini kita fikir ga mungkin, nyatanya memang beneran iya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
relationshit
Ficção Adolescente[ ft. 00 line ] hubungan kita sulit untuk dijelaskan, karena bukan sekedar berteman. © bluezennie_, 2O2O