Sesuai dengan perkataan Arga kemarin, cowok itu menjemput Naya pagi ini. Biasanya pukul tujuh lebih, hampir setengah delapan Arga baru berangkat sekolah—sekarang pukul tujuh kurang seperempat Arga sudah siap. Demi menjemput Naya.Suara klakson motor terdengar. Dari dalam kamarnya Naya keluar. Ia berlari sambil membenarkan kunciran rambut.
Sebelum benar-benar berangkat, Naya meminum susu dan memakan roti yang sudah disiapkan oleh mamanya. Bisa-bisanya jam segini Arga sudah datang. Naya pikir ia diajak telat.
“Ma, Naya berangkat! Assalamualaikum!”
“Waalaikumsalam. Kamu sama Arga?”
“Iya.”
Naya melihat cowok itu duduk diatas motornya sambil mengaca lewat spion motor. Gayanya sudah macam jamet perkotaan.
Naya bergidik ngeri. Darimana ia mendapatkan teman seperti ini?!
“Kok udah dateng sih?!” protes Naya.
“Lah, gue pikir lo bakal marah kalo gue berangkat agak siangan. Soalnya lo kalo berangkat kan pasti jam segini.”
“Argaa... Padahal kan gue menerima tawaran lo buat jemput biar gue bisa berangkat siang, biar gue bisa telat, biar gue bisa menikmati gimana rasanya berangkat pas matahari udah panas. Ah, lo merusak rencana!”
“Tau gitu gue berangkat kayak biasanya aja.”
Dengan ogah-ogahan, Naya tetap naik juga ke boncengan Arga. Mau bagaimana lagi, sudah terlanjur dijemput.
Sedari awal masuk SMA, Naya ingin sekali mencoba untuk terlambat masuk, tapi tak bisa. Ia selalu sampai di sekolah sebelum bel masuk. Aneh.
“Ini beneran berangkat sekarang?” tanya Naya.
“Lo beneran mau nelat? Ntar dihukum ga ada temennya lo.”
“Biarin aja lah, sekali-sekali ga papa.”
“Ya masalahnya kalo lo telat, gue mau nyampe di sekolahan jam berapa oneng?!”
“Yaudah terserah lo aja.”
Naya memilih untuk pasrah. Diantarkan oleh Arga ke sekolah saja ia sudah bersyukur. Kapan lagi Arga sebaik ini; mengantarkannya secara cuma-cuma.
Biasanya, Arga tidak mau disuruh mengantarkan. Alasannya, tak mau bangun pagi.
✨✨✨
Bella turun dari boncengan Nathan. Hari ini ia berangkat bersama cowok itu. Kebetulan, keduanya memang berada di satu sekolah.
Diantara kelima anak cowok di Kepyoh Squad, hanya Nathan yang bersekolah negeri. Keempat lainnya bersekolah swasta bersama dengan Jenar. Sementara sisanya, yaitu Naya, Lian, dan Cila juga bersekolah di sekolah negeri, namun berbeda dengan Bella dan Nathan.
Semalam, Nathan bercerita bahwa ia putus dengan pacarnya. Bella yang mendengarkan curhatannya. Jadi, sebagai tanda terima kasihnya, Nathan mengajak Bella berangkat bersama.
“Gue ke kelas langsung ya, ga enak diliatin orang-orang,” pamit Bella.
“Iya. Tapi ntar baliknya sama gue ya.”
“Ntar gue kabarin deh.”
Bella berjalan meninggalkan Nathan yang masih berada di parkiran. Jujur saja, Bella tidak pernah sedekat ini sebelumnya dengan Nathan sampai mengetahui urusan percintaannya. Mereka hanya sebatas dekat sebagai teman seperkumpulan. Tidak sampai mengusik urusan pribadi.
“Lo berangkat bareng sama Nathan, Bell?” tanya Anet——teman sebangku Bella.
“Iya. Dia baru aja putus dari pacarnya.”

KAMU SEDANG MEMBACA
relationshit
Jugendliteratur[ ft. 00 line ] hubungan kita sulit untuk dijelaskan, karena bukan sekedar berteman. © bluezennie_, 2O2O