Naya dan Arga sudah sampai di salah satu tempat dimana biasanya mereka berdua berbincang-bincang. Keduanya memang memiliki tempat khusus yang digunakan untuk membahas masalah serius.
“Ada yang ngomong apalagi soal kita berdua?” tanya Arga tanpa basa-basi. Ia sudah yakin kalau Naya tiba-tiba menjauh pasti ada yang mengatakan sesuatu kepada Naya sehingga membuat cewek itu kepikiran.
Sudah bersahabat sejak lama membuat Arga tahu bahwa Naya adalah tipe orang yang gampang kepikiran. Apapun yang orang lain katakan pasti selalu dibawa pikiran. Tak jarang, cewek itu sering stres sendiri karena ucapan seseorang kepadanya.
“Nay, gue udah sering ngomong sama lo, jangan terlalu dipikirin omongan orang lain!” ujar Arga seperti biasa.
“Ga dipikirin gimana, Ar, semua yang mereka beberin bener. Gue sendiri juga ngerasa gitu. Gue rasa, kita deket gini banyak orang yang salah paham.”
“Nay, kita kaya gini udah sejak kecil, bukan kemarin sore.”
“Pikiran orang beda-beda, Ar. Dan sayangnya, pemikiran Kinan sama Bella beda soal kita.”
Arga mengernyitkan alisnya bingung. Ia mulai paham, mungkin Naya menjauh darinya secara tiba-tiba karena cewek itu mendapat omongan dari Bella juga Kinan.
“Mereka yang buat lo gini?” tanya Arga yakin.
Naya hanya diam.
“Jawab gue, Naya.”
“Gue ga cuma sekali dua kali dituduh sama Kinan perkara kita sahabatan. Yang katanya lo lebih prioritasin gue ketimbang dia. Gue tahu, gue mungkin perlu sedikit menjauh dari lo supaya gue terhindar dari hal-hal kaya gitu.”
Arga mengacak rambutnya frustasi. Ia sudah berulang kali menjelaskan kepada Kinan bahwa dirinya dan Naya benar-benar hanya sahabat. Soal dirinya yang dibilang memprioritaskan Naya itu semata-mata karena memang sejak dulu Arga berusaha selalu ada untuk Naya.
“Gara-gara ini Bella juga nuduh kalo gue nusuk temen dari belakang. Bella suka sama lo, dan dia ga suka kalo kita deket-deket kaya gini.”
“Mana ada, Nay?! Nathan suka sama Bella, Yuda juga bahkan lebih besar rasa sukanya ketimbang Nathan.”
“Ya tapi inceran Bella sejak awal itu lo, Ar, bukan mereka berdua.”
Tangan kanan Arga menggenggam tangan Naya, sementara tangan kirinya memegang pipi cewek itu —berusaha supaya atensi Naya tertuju kepada dirinya sepenuhnya.
“Nay, gue bakal urus semuanya. Lo ga usah pikirin lagi. Gue bakal bilang sama Kinan dan Bella kalo mereka ga perlu nyalahin lo soal ini semua.”
“Ar, lo jangan kaya gini, please!”
“Kaya gini gimana, Nay?”
“Berusaha buat beresin semuanya. Ini malah keliatan kalo gue laporan soal masalah ini ke lo dan makin bikin mereka yakin kalo gue penyebab segalanya!”
“Gue harus gimana lagi, Nay, supaya lo ga disalahin gini?”
Naya menatap mata Arga dalam, “Kita jalanin semua kaya biasa; gue dengan kehidupan gue dan lo dengan kehidupan lo. Kita urusin urusan masing-masing aja.”
“Ga bisa gitu dong, Nay. Itu sama aja artinya dengan kita saling jauh. Gue ga mau hal itu terjadi. Gue ga bisa!” Arga menolak mentah-mentah.
“Bisa! Apa yang bikin lo ga bisa ngelakuin semuanya?!”
“ELO, NAY! GUE GA BISA NGELAKUIN SEMUA HAL DI DUNIA INI TANPA LO!”
Naya kaget. Terdapat nada kesungguhan dalam omongan Arga. Ia betul-betul tak menyangka bahwa Arga akan mengatakan semua itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
relationshit
Novela Juvenil[ ft. 00 line ] hubungan kita sulit untuk dijelaskan, karena bukan sekedar berteman. © bluezennie_, 2O2O