╰☆◈ satu ◈☆╮

988 71 1
                                    

Matahari sore sudah mulai beranjak menuju peraduannya. Langit yang semula berwarna biru mulai menyalakan warna orange. Cahayanya cocok untuk berfoto ala-ala selebgram dengan gaya aesthetic.

Sore ini ada agenda kumpul oleh anak-anak Kepyoh Squad. Bukan kumpul yang berarti, hanya penghilang rasa gabut dan sekedar relaksasi setelah seharian berkutat dengan tugas sekolah.

Kepyoh Squad terbentuk karena sepuluh orang yang berada di lingkungan rumah yang sama. Bisa dikatakan mereka bersepuluh berteman karena kondisi rumah yang berdekatan.

Sebenarnya, rumah mereka tidak berdekatan juga. Ya, bisa dibilang masih satu kelurahan lah. Beda RT saja.

Salah satu diantara anggotanya, yaitu Naya sudah beberapa kali mengecek arloji besi di tangan kirinya. Ini sudah hampir pukul setengah lima dan dirinya masih berada di pos sekolah. Menunggu jemputan yang entah kapan datangnya.

Tadi, Naya sudah menelepon Arga untuk menjemput. Bilangnya otewe, namun sudah hampir setengah jam Naya menunggu, batang hidung cowok itu tak kunjung telihat juga. Firasat Naya, itu cowok mampir dulu ke warung.

Dengan wajah super kesalnya Naya kembali duduk. Menunggu Arga datang sama dengan menghabiskan video di beranda tiktoknya. Yang artinya, lama sekali.

Tak lama kemudian, suara motor terdengar. Sebelum memarahi seorang Arga, Naya menghirup nafas terlebih dahulu. Awas saja, batinnya.

“Lo kemana aja sih, Ar?! Gue itu cape nungguin lo. Sadar ga sih lo ditungguin sampe lumutan?! Emang ga ada otak lo kalo disuruh jemput, ga pernah beres,” omel Naya.

Arga malah tersenyum tanpa dosa, seakan-akan apa yang dilakukannya bukanlah sebuah kesalahan besar. Hanya ketidaksengajaan yang tak berefek apapun.

Sorry, Nay, gue mampir dulu tadi ke warung. Dititipin sama Rama suruh beli rokok.”

“Alah, alesan doang lo. Laper nih cuma buat nungguin lo yang belum tentu datengnya.”

“Yaudah, gue beliin roti gimana?” tanya Arga yang lebih terlihat seperti sogokan. Sebab, gadis bernama lengkap Nayanika Juni Pradista itu merupakan pecinta roti garis keras.

“Mau.”

“Apa coba ulangi? Ga denger gue!”

“Iya mau,” ulang Naya lebih keras, sampai mendekatkan bibirnya kearah telinga Arga.

Seperti kebiasaan sebelum naik ke boncengan, Arga akan memakaikan helmnya kepada Naya. Sebab, Naya itu tidak bisa memakai helm sendiri.

“Gausah manyun, bibir lo makin gede!” kata Arga sambil mencubit bibir Naya.

“Biarin. Ini bibir seksi, lebih manis daripada bibir mantan-mantan lo.”

“Gue icip sekarang, boleh?”

“Sembarangan!” Naya memukul pundak Arga keras membuat pemiliknya mengaduh kesakitan.

Naya segera naik ke boncengan Arga. Ia menepuk pundak Arga; membuat Arga melajukan motornya. Keduanya sedang dalam perjalanan menuju ke markas besar Kepyoh Squad.

Markas besar mereka sebenarnya hanya sebuah rumah-rumahan yang terletak di samping rumah Bella. Itu sudah disahkan sebagai markas mereka. Sebab, sudah banyak dana yang mereka keluarkan hnya untuk dekorasi, seperti; polarid foto mereka bersama, lampu kerlap-kerlip, dan beberapa barang hias lainnya.

Bahkan, Naya dan Lian yang notabene seorang kpopers sampai membawa beberapa photo card biasnya untuk dipasang disana. Katanya, supaya biasnya dapat mengetahui bahwa mereka tidak macam-macam. Ada-ada saja. Emang ngaruh?

relationshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang