╰☆◈ tiga puluh tiga ◈☆╮

79 15 0
                                    


Entah ada angin apa malam ini tiba-tiba Bella mengunjungi rumah Naya. Sebenarnya, bukan hal langka mengingat Bella sering main ke rumah sahabatnya itu sekedar mengusir kegabutan.

Ini adalah pertama kalinya setelah keduanya terlibat masalah hubungan yang menyeret nama Arga.

Naya yang baru saja selesai mandi —setelah diajak Alden kulineran— jadi kaget sendiri. Pasalnya, ia mengingat bahwa Bella masih marah kepadanya. Namun malam ini gadis itu menunggu Naya di kursi ruang tamu.

“Bel!” panggil Naya. “Sorry, udah nunggu lama?”

“Belum sih, baru lima menit.”

“Ada urusan apa ya ngomong-ngomong?” tanya Naya dengan berhati-hati.

“Lo kok nanya gitu sih?! Emangnya salah gue main ke rumah temen gue sendiri?!”

Naya menggaruk tengkuknya bingung. “Engga sih. Cuma...”

“Lo aneh banget tau, Nay.”

Naya paham bagaimana Bella; kadang marah, kadang bersahabat. Hampir sama sifatnya dengan dirinya, namun Naya lebih condong ke perubahan mood. Sementara Bella lebih ke marah yang tak diketahui alasannya.

dua orang yang benar-benar aneh.

“Eum, lo udah ga marah lagi sama gue?!”

Pertanyaan polos itu sukses keluar dari mulut Naya. Bukankah itu akan membuat Bella curiga dan menduga bahwa ada yang melaporkan kepada Naya.

“Marah soal apa, Nay?”

“Soal Arga.”

“Ada yang ngomong sama lo ya soal gue yang dulu suka sama Arga?” Bella seperti sudah tahu jalan ceritanya. “Dulu gue emang ngincer Arga sih, Nay, tapi sekarang gue udah dapet Nathan.”

Bella memelankan beberapa kata terakhirnya. Ia masih agak malu untuk menceritakan tentang Nathan.

“Lo ga dendam apa-apa ‘kan sama gue?”

Bella menggelengkan kepalanya. “Engga. Justru, kalo lo mau sama Arga; gue dukung.”

Naya terkekeh. Teman-temannya memang suka sekali menjodohkan dirinya dengan Arga. Padahal, ia tak mau menjalin hubungan apa-apa dengan sahabatnya sendiri.

“Apaan sih lo! Gue justru lagi jaga jarak sama itu anak.”

Bella terbelalak kaget. Ia mengubah posisi duduknya jadi menghadap kearah Naya sepenuhnya. Ia menarik cewek itu untuk duduk di depannya.

“Kenapa lagi?”

Naya duduk di depan Bella. Ia menghela nafas lelah. Berhubung ia mendapat respon bahwa Bella sudah kembali seperti semula alias bersahabat dengannya; ia berani untuk bercerita. Siapa tahu Bella bisa memberikan solusi yang tepat untuknya.

“Gue cape dituduh perusak mulu,” keluh Naya. Ia seperti putus asa dengan jalan hidupnya. “Kemarin gue disalahin gara-gara Kinan sama Arga berantem mulu, sekarang giliran mereka putus gue juga yang disalahin sebagai penyebab utama. Gue ga tau kudu gimana, Bel.”

“Sini gue peluk dulu.”

Bella merentangkan kedua tangannya yang kemudian dibalas oleh Naya. Cewek itu memeluk Bella untuk sekian waktu. Meskipun kemarin ia sempat berselisih dengan Bella —menurut cerita Lian—namun ia tetap merasa tenang dengan bercerita.

Setelah dirasa cukup Naya mulai menjauhkan diri dari Bella. Ia mencebikkan bibirnya kesal.

“Gue bingung, Bel,” rengeknya.

relationshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang