╰☆◈ delapan belas ◈☆╮

107 20 0
                                    

Jenar, Bella, Lian, Cila, dan Naya mencoba bermain kelereng yang tidak sengaja tadi mereka temukan di sana. Agak aneh sih memang, siapa coba anak jaman sekarang yang masih menyimpan kelereng banyak sekali.

Rata-rata tak ada. Bahkan, anak kecil pun lebih memilih untuk bermain gadget ketimbang harus mengumpulkan kelereng. Benar bukan?

"Nathan kemana, Bel?" tanya Cila sambil mencari posisi untuk membidik.

"Dia ada urusan organisasi."

"Elu kok tumben gaada, Nay?!" tanya Lian ganti kepada Naya yang sekarang sedang sibuk melempar tangkap kelereng dengan tangannya.

"Ga tau! Udahlah, gue tuh ga begitu penting di sana."

"Udah tau ga begitu penting, kenapa masih lanjut aja bre?!" ujar Jenar.

"Demi pamor, apa sih yang engga?!" Naya mengendikkan bahunya.

Lian yang berada di dekat Naya lantas meletakkan telapak tangannya ke wajah cewek itu. "Kurang-kurangin deh lo kaya gitu!"

Naya mencoba menghindarkan tangan Lian dari wajahnya. Enak sekali, tangan kotor sehabis bermain; habis megangin yang banyak kuman langsung nemplok saja ke wajahnya.

"Ga! Aslinya alasan gue ikut organisasi bukan gitu. Gue ikut ya karena gue pengen punya banyak pengalaman, punya banyak temen, sama tambah nilai plus di raport," jelas Naya. "Gue pake kedok buat naikin pamor ya karena gue ga mau kalian nanti langsung ngejek gue ambis lah, sok-sokan aktif lah, jadi anak kesayangan guru lah, dan berbagai ejekan kaya gitu. Makanya gue pilih alesan pamor."

"Astaga, Naya, lo kok menanggung beban berat banget sih, yang sabar ya," ucap Cila dengan nada prihatin.

Naya merotasikan bola matanya. 'Kan?! Apa ia bilang, bersama Kepyoh Squad apapun pasti dibercandain. Ya, walaupun Naya ini tidak punya hati alias kalau ada apa-apa pasti tidak akan baper, tapi tetap saja ia terkadang malas.

"Stop! Stop! Gue ga mau diprihatin in!" teriak Naya.

"Santai, bro. Santai. Ntar kalo alap-alapnya keluar bisa bahaya," kata Jenar tak masuk akal.

"Lo pada apaan sih, ga jelas banget."

Lian dan Naya saling pandang, sementara Cila juga Jenar saling melirik satu sama lain.

"Oi! Kalian ngapain sih?!" tanya Bella kepada anak cowok setelah ia tidak mendapat respon dari teman-temannya. "Gabung sini!" lambainya.

"Ogah, mager!" teriak Rama.

Bella meletakkan kelereng yang semula dipegangnya secara asal. Ia berlari kecil menuju kearah anak-anak cowok yang sedang berkumpul.

Entah apa yang akan dilakukan oleh cewek itu, namun ia ikut duduk diantara mereka.

Naya merapat kearah Lian, "Itu Bella ngapain?! Kok malah gabung di sana?" bisiknya.

Lian hanya mengendikkan bahunya acuh.

"Haus nih, gue pengen beli es teh, lo mau nitip ga?!" tawar Jenar. Bukan ingin menghindar atau bagaimana -tapi memang benar bahwa Jenar merasa haus dan panas sekali hari ini.

"Gue nitip!" Naya mengacungkan tangan yang ke pertama.

"Gue juga ga papa deh. Tapi pake duit lo dulu ya, gue ga ada duit kecil soalnya," kata Lian. Serius, bukannya sok kaya atau mau pamer kalau mempunyai uang banyak, melainkan Lian memang tidak membawa uang receh. Ia tadi akan berkumpul saja cepat-cepat atas pemaksaan Yuda.

"Buset! Kaya bener lo sampe ga ada duit kecil. Bayarin sini juga sabi kali," sindir Cila.

"Pala lo dibayarin sekalian, gue nih masih harus bayar paket besok."

relationshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang