╰☆◈ tujuh belas ◈☆╮

109 18 4
                                    

Yuda mengganti alunan lagu yang menyala lewat sound. Ia sedang ingin mendengarkan  lagu-lagu galau untuk sekarang ini.

Masa bodoh dengan si pemilik rumah yang sejak tadi menggerutu kesal. Siapa lagi kalau bukan Cila orangnya. Pelarian Yuda kalau sedang gabut ya ke rumah Cila. Sebab, Cila memiliki abang yang bisa dibilang menyatu kalau dipadukan dengan Yuda .

Skip, Yud! Lagu lo sad semuaa,” rengek Cila. Ia juga ingin mendengarkan musik —tapi, bukan seperti ini genrenya.

“Biarin aja, Cil. Lo dengerin lewat hp sendiri aja!”

Cila menghela nafas kasar, “Ini punya gue loh. Lo itu cuma minjem, Yudaaa.”

“Makanya, berhubung gue cuma minjem, ga usah nanggung-nanggung dong minjemnya. Sekalian gitu kek.”

Ini mah namanya ngelunjak. Sudah baik mau dipinjemin, kok malah request yang lain-lain.

definisi, dikasih hati minta jantung.

“Ada ya, Yud, orang kek lo.”

“Lo ga ada makanan apa gitu?” tanya Yuda sambil mencari-cari apakah ada snack atau jenis makanan ringan lain yang bisa menemaninya sore ini.

“Ga ada. Gue belum ke warung.”

Yuda menyambar jaketnya yang tadi ia letakkan di kursi. Ia berniat pergi sekarang yang menimbulkan tanda tanya di benak Cila.

“Lo mau ke mana?” tanya Cila.

“Nyari cemilan. Mau nitip apa lo?!”

“Beliin boba tolong, satu aja ya,” pintanya. Dan Yuda hanya menjawabnya dengan jempol di tangan kanan.

Cowok itu mengendarai motor matic miliknya meninggalkan pekarangan rumah Cila. Serius, Yuda sedang kacau sekali hari ini. Ia bingung harus bagaimana sekarang.

Perihal hati, begitu rumit sekali memikirkannya.

Beruntungnya, Yuda tidak sampai kebut-kebutan yang hampir menghilangkan nyawa ketika sedang patah hati begini. Ia hanya, membutuhkan waktu untuk tenang. Salah satunya yaitu bergelut dengan pikirannya sendiri di jalanan.

Yuda hanya sedang berfikir saja; bagaimana bisa dunia baik-baik saja ketika dirinya sedang begitu hancur? Ya, konsepnya memang seperti itu.

pada kenyataannya, semua akan tetap berjalan seperti biasa meskipun kamu merasa begitu hancur.

“Lo cocok, Bel, sama Nathan. Gue akui lo cocok, banget!” ungkap Yuda bermonolog.

Tanpa sadar, matanya memburam. Yuda berkaca-kaca. Ia merasa begitu patah sekarang. Posisi terbaik untuk menangis adalah seperti saat ini.

✨✨✨

Lian berdecak kesal. Pekerjaan rumahnya banyak sekali untuk besok. Ia jadi malas untuk mengerjakannya. Rasanya; seperti sudah muak terlebih dahulu melihat tulisan berjajar.

Matanya jadi memburam seketika.

Lian membenarkan kacamata-nya yang sedikit merosot.

Ia memang lebih sering memakai kacamata ketika sedang belajar atau mengerjakan tugas. Beruntung minus Lian tidak begitu parah sampai mengharuskan dirinya untuk selalu memakai kacamata.

Sebelum memulai mengerjakan Lian memeriksa stok makanan ringan di tempat persembunyiannya.

Lagi dan lagi dirinya harus berdecak kesal. Makanan miliknya menipis. Sangat tidak cukup untuk menemaninya menggarap tugas yang sebegitu banyaknya.

relationshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang