09. perhatian

5.5K 494 302
                                    

Malam ini Azkia merasakan nyeri di bagian perutnya. Ia tidak tahu karena apa, yang jelas ini sangat sakit. Ia meringis kesakitan di balik selimutnya. sedangkan Garvin, ia sibuk dengan ponselnya.

Setelah setengah jam sibuk dengan ponselnya akhirnya ia pun meletakkan benda pipih itu di atas nakas dan bangkit berniat untuk turun kebawah karena ia merasa tenggorokannya sangat kering.

Sesampainya di bawah, ia melihat dapur sangat gelap karena berhubung sekarang hampir tengah malam pasti semuanya sudah pada tidur.

Ia menyalakan lampu lalu membuka kulkas. Ia mengambil sebotol air dingin dan langsung meneguknya. Saat sedang asik dengan aktivitasnya, ia seperti melihat bayang-bayang seseorang di ujung tangga karena cahaya lampu dapur tidak sampai di area tangga tersebut.

Entah kenapa bulu kuduk Garvin tiba-tiba saja berdiri. Hawa di sekitarnya mendadak dingin dan yang benar saja bayang-bayang yang ia lihat tadi berjalan mendekatinya.

"Siapa di sana?" Garvin berusaha untuk tidak berpikir negatif.

Ia mengambil ancang-ancang ketika bayangan itu semakin mendekat, dan ....

"Kak ...."

Terlihat seorang wanita berbadan mungil dengan piyama pink serta rambut panjangnya yang tergerai berdiri di hadapannya dengan wajah memelas.

"Lo?" heran Garvin.

Azkia menguap kecil lalu mengangkat kepalanya untuk melihat wajah Garvin.

"Ngapain ke bawah? Kenapa gak tidur?" tanyanya dengan ketus karena Azkia hampir saja membuatnya ketakutan.

"Perut, Kia," lirihnya.

Kening Garvin mengerut tanpa ingin menanyakan ada apa dengan perut perempuan itu.

"Perut Kia sakit," Azkia mencoba memberitahu.

Suasana hening sejenak.

"Terus kenapa gak tidur aja? Entar sakitnya juga hilang," enteng Garvin.

Perempuan itu hanya bisa menghela napas panjang menghadapi ketidakpekaan laki-laki di hadapannya itu.

"Tapi ini sakit banget, Kak," ucapnya lesu sambil menundukkan wajahnya.

"Yaudah," kata laki-laki itu.

Seketika Azkia langsung mengangkat wajahnya, "yaudah apa?" tanyanya.

Garvin meneguk sekali lagi air dingin tadi yang ia ambil dari kulkas tadi.

"Yaudah diemin aja. Entar sakitnya juga hilang," entengnya, "jangan manja!" sambungnya lalu berlalu begitu saja meninggalkan Azkia sendirian sedangkan perempuan itu tampak terlihat sedang menahan tangisannya yang ingin keluar.

**

Sudah satu jam Garvin hanya terdiam diatas ranjang. Pikirannya selalu tertuju pada Azkia dan Azkia. Mengapa perempuan itu belum kunjung kembali juga dari dapur. Karena rasa penasarannya yang sudah menggebu-gebu akhirnya ia pun memutuskan untuk turun ke bawah.

Setelah sampai di bawah ia melihat orang yang ia cari sedang meringkuk di lantai. Garvin menghembuskan napas gusar karena Azkia yang cukup merepotkan baginya.

"Hei," panggil Garvin dengan posisinya yang masih berdiri namun sepertinya Azkia tidak mendengarkan, hingga pada akhirnya laki-laki itu pun memiliki untuk berjongkok.

"Kia," panggil Garvin dengan lembut.

Garvin dapat melihat ujung kelopak mata Azkia yang tampak berair, bisa ia tebak bahwasanya perempuan itu baru saja menangis.

"Cengeng," gumam Garvin.

Tangan Garvin tergerak mengangkat tubuh mungil perempuan itu ala bridal style menuju kamar mereka. Butuh ketenangan dan kesabaran, akhirnya tubuh mungil itu berhasil Garvin bawa hingga ke kamar. Terlihat tubuh Azkia yang sedikit tergerak hingga mata perempuan itu sedikit terbuka.

AZKIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang