Azkia menghampiri Garvin yang berada di dalam kamar, tepatnya laki-laki itu sedang duduk di balkon sambil menikmati suasana sore yang sedikit mendung.
Kehadiran Azkia tampak di abaikan oleh Garvin. Ia sama sekali tidak melihat ke arah perempuan itu sekali pun.
"Kak?" panggil Azkia.
Garvin hanya diam dan tak menanggapi panggilan Azkia barusan.
"Kakak marah?" tanya Azkia pelan.
Laki-laki tetap tidak menjawab. Seakan-akan menganggap kehadiran Azkia hanya angin lalu saja. Perempuan itu menghembuskan napas gusar.
"Kalau Kia salah, maaf," ucapnya.
Azkia melihat wajah Garvin yang datar. Tidak ada ekspresi di wajahnya.
"Kia nggak ada maksud buat nuduh Kakak yang aneh-aneh,"
"Gua gak suka dengar lo ngomong gitu," peringat Garvin dengan dingin.
"Janji gak bakalan ngulang lagi," ucap perempuan dengan penuh percaya diri.
Garvin memutar tubuhnya ke samping tepatnya ke arah Azkia berada. Ia menarik pinggang perempuan itu untuk mendekat padanya. Laki-laki itu memeluk tubuh perempuan yang berada di dekatnya itu dengan penuh rasa nyaman. Ia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Azkia dan sesekali menduselkan hidungnya di sana, menghirup aroma khas Azkia yang sungguh membuatnya merasa candu.
Suasana berubah menjadi sunyi. Tidak ada percakapan di antara mereka. Kedua insan itu sama-sama menikmati suasana berdua sambil merasakan desiran angin yang berhembus di sana.
Azkia sama sekali tidak memberikan komen dengan apa yang di lakukan Garvin saat ini. Ia juga ikut merasakan adanya nyaman di dirinya saat dekat seperti ini.
Garvin mengangkat wajahnya sehingga saat ini mereka menjadi saling berpandangan.
"Gua boleh cium lo?"
Entah salah dengar apa apa, Azkia mengangkat kedua alisnya karena merasa syok. Bulu kuduknya terasa berdiri saat ini.
"Ha?"
"Boleh?" tanya Garvin lagi.
"Kia ..."
"Boleh,"
Tampa aba-aba, Garvin mendekatkan wajahnya ke wajah Azkia sehingga jarak wajah mereka hanya tinggal beberapa senti saja saat ini. Azkia dapat merasakan hembusan napas Garvin di wajahnya. Ia menahan napasnya karena gugup saat berada di saat seperti ini. Bibir laki-laki itu mendarat tepat di bibir Azkia. Hanya menempelkannya, tidak lebih. karena Garvin tidak berani untuk melakukan hal yang lebih lagi. Cukup sampai di situ saja. Entah karena apa, namun itu lah adanya.
Garvin perlahan menjauhkan wajahnya dan melihat wajah Azkia yang memerah. Ia menarik ujung bibirnya membentuk senyuman kecil. Lucu. Itu yang dapat Garvin gambarkan dari Azkia.
Azkia menundukkan wajahnya seraya menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Rasanya ia ingin melayang saat ini.
Perlahan Garvin menepikan tangan Azkia yang menutupi wajahnya yang memerah lalu mengangkat wajahnya perempuan itu dengan jari telunjuknya. Garvin kembali tertawa saat melihat wajah Azkia yang memerah itu. Rasanya sangat lucu sekali.
"Lucu," ucap Garvin sambil mengelus-elus kedua pipi Azkia.
Cup
Garvin mengecup singkat kening Azkia.
"Maaf," ucapnya dengan lirih, "mau jalan nanti malam?" tawar Garvin.
Azkia terdiam karena masih dalam mode blushing. Perlahan Azkia menganggukkan kepalanya seraya tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZKIA [END]
Teen Fiction"ℬ𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒌𝒅𝒊𝒓 𝒑𝒖𝒏 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒔𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂." -𝓐𝔃𝓴𝓲𝓪. Hujan itu indah, hujan itu tenang, hujan itu awal dari kisah kita dan juga akhirnya. Begitulah cara alam menyambut dan memisahk...