Malam ini para teman bisnis Pandu sudah datang dengan di dampingi oleh istri mereka. Pandu dan Tiffany sudah berada di meja yang di tempatkan di taman yang sudah di hiasi oleh kelap-kelip lampu, balon dan lainnya.
"Selamat atas wedding anniversary kalian yang ke enam tahun," ucap seorang pria paruh baya yang di kenal dengan Bayu Gatrana.
"Terimakasih dan terimakasih juga sudah meluangkan sedikit waktu kalian untuk menghadiri acara ini," ujar Pandu dengan ramah dan tak lupa dengan tangannya yang sudah menggandeng pinggang Tiffany.
"Saya tidak melihat keberadaan anak semata wayang mu di sini. Kemana dia?" tanya salah seorang yang bernama Rusdianto.
"Ah, mungkin sebentar lagi akan datang kemari," jawab Pandu.
Tak berselang lama, akhirnya muncullah seorang laki-laki dan perempuan. Mereka adalah Garvin dan Azkia. Garvin dengan memakai kemeja putihnya dan Azkia yang memakai dress abu-abunya.
"Bukankah Putramu terlihat sudah cocok jika melanjutkan perjalanan bisnismu, Pandu?" kata Bayu.
"Yah," jawab Pandu sambil menganggukkan kepalanya.
"Putramu terlihat sangat tampan, siapa gadis yang berada di sampingnya itu?" tanya Rusdianto penasaran.
"Dia adalah tunangannya," jawab Pandu berbohong.
Garvin dan Azkia kini tepat berada di samping Tiffany.
"Congratulations on your wedding anniversary, Ma, Pa," ucap Azkia sambil memeluk Tiffany dan Pandu secara bergantian.
"Terimakasih Azkia," kata Tiffany dengan kebahagiaannya yang sangat terlihat dari wajahnya.
Tiffany kini menatap Garvin yang tampak diam saja. Saat ini ia sangat berharap jika laki-laki itu mengucapkan selamat padanya juga seperti apa yang orang lakukan. Tapi, mungkin itu sangat mustahil rasanya.
"Saya tidak menyangka jika kamu sudah di jodohkan oleh Pandu. Padahal saya berniat untuk menjodohkanmu dengan putriku," ucap Bayu pada Garvin.
Azkia yang mendengar itu hanya terdiam saja sambil mendengarkan pembicaraan mereka.
"Hei, siapa namamu?" tanya Bayu pada Azkia.
"Nama saya Azkia, Uncle," ucapnya sopan.
"Saya bisa menebak, pasti kamu adalah orang yang lemah lembut. Sangat terlihat jelas dari wajahmu dan caramu berbicara," kata Bayu yang membuat Azkia tersenyum malu.
"Lihatlah, dia terlihat sangat malu," ucap Cikal-istri Bayu.
"Ck," Garvin berdecak pelan.
Tangan Garvin terangkat menarik pinggang Azkia supaya lebih dekat lagi dengannya.
"Lihatlah, Anak muda ini sampai takut jika kau merebut dia darinya," bisik Cikal sambil menyenggol lengan Bayu.
Semuanya sama-sama tertawa saat kebahagiaan menyebar di sana. Sedangkan Azkia, pipi perempuan itu sudah sangat memerah saat ini dan Garvin, ia tampak masih mempertahankan mimik wajahnya yang datar.
Acara berlangsung sampai jam menunjukkan pukul sepuluh malam, hingga pada akhirnya jam sebelas semuanya sudah menjadi sepi karena semua para tamu sudah kembali.
**
Kini jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam yang artinya tengah malam.
Seorang pemuda sedang duduk di balkon yang minim cahaya dengan segelas wine di tangannya. Penampilannya tampak sangat berantakan.
Dia adalah Garvin, seseorang yang di kenal dengan ketampanannya yang mampu menghipnotis para gadis.
Garvin sesekali memijat pangkal hidungnya dan mengacak-acak rambutnya karena merasakan pusing di kepalanya. Setengah kesadarannya sudah hilang di renggut wine itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZKIA [END]
Teen Fiction"ℬ𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒌𝒅𝒊𝒓 𝒑𝒖𝒏 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒔𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂." -𝓐𝔃𝓴𝓲𝓪. Hujan itu indah, hujan itu tenang, hujan itu awal dari kisah kita dan juga akhirnya. Begitulah cara alam menyambut dan memisahk...