11. kebersamaan

5K 461 451
                                    

Sedari tadi Azkia tak henti-hentinya berbicara. Ia berjalan kali menampakkan senyumannya kala menceritakan kejadian lucu yang pernah ia alami pada Garvin. Yang di lakukan laki-laki itu adalah mendengar cerita perempuan itu dengan sesekali tersenyum kecil

"Udah ceritanya?" tanya Garvin tiba-tiba.

Azkia terdiam sekejap lalu mengangguk kecil. Garvin menarik ujung bibirnya dan menampakkan senyuman kecil lalu mengacak-acak pucuk kepala perempuan itu. Azkia hanya bisa terdiam, di dalam lubuk hatinya terpampang tanda tanya besar untuk laki-laki itu.

Garvin memandangi wajah Azkia dan itu membuat perempuan itu menundukkan kepalanya menahan malu. Lagi-lagi Garvin tersenyum kecil melihat tingkah lucu perempuan itu

"Kia," panggil Garvin yang berhasil membuat perempuan itu seketika gugup, "gue tahu kita belum saling mencintai. Karena dari awal hubungan ini hanya sebuah kesalahpahaman. Tapi, ini sudah terjadi. Gak ada yang perlu di sesali sekarang."

"Sekarang gua sedikit sadar, apa salahnya kita bangun hubungan ini?" ucap Garvin. Seketika tangan laki-laki tergerak menggenggam tangan mungil Azkia, "mari ... mari kita bangun kisah ini. Kisah yang hanya di perankan oleh Garvin dan Azkia. Si kepala batu dan si pengagum coklat." ucap Garvin dengan manis.

Rasanya seluruh saraf Azkia melemah saat ini juga. Ia sangat tidak menyangka akan apa yang baru saja ia dengar. Azkia tak tahu harus bahagia atau sedih saat ini, rasanya sulit untuk di artikan.

"Will you build this story with, Me?" ucap Garvin dengan penuh berwibawa.

"Kak," lirih Azkia.

"Hm?"

"Kakak lagi bercanda, kan?"

"Do I look like I'm joking?" ujar Garvin hingga membuat Azkia kembali membisu.

Azkia seakan-akan terkena sihir, ia pun langsung menganggukkan kepalanya dengan sedikit malu-malu menandakan ia bersedia.

Bibir Garvin terlihat tergerak ingin mengucapkan sesuatu. Namun belum sempat ingin mengatakannya tiba-tiba saja seseorang mengetuk pintu dari luar.

"Den," panggil orang dari luar sana, bisa di tebak orang itu adalah Bi Ani.

Garvin menghembuskan napas gusar lalu melangkahkan kakinya menuju pintu itu.

Cklek

Pintu terbuka dan menampakkan seorang wanita paruh baya, yaitu Bi Ani.

"Ada apa, Bi?" tanya Garvin malas.

"Itu, Den. Ada orang di bawah, katanya teman-temannya, Den Garvin," ucap Bi Ani.

Mendengar itu membuat kening Garvin mengerut, "cowok?" tanya Garvin memastikan.

"Cowok dan cewek, Den," jawab Bi Ani.

Garvin menganggukkan kepalanya pelan lalu melangkahkan kakinya untuk melihat siapa yang bertamu di saat seperti ini.

Kaki laki-laki itu menuruni setiap anak tangga dan melihat adanya Ardi, Reygan, Ragil, Audi, dan satu Gadis yang belum ia kenal.

"Woi, Jamal!" teriak Ragil dengan keras walaupun jarak mereka dengan Garvin saat ini sudah dekat.

"Kemana aja, lu?" tanya Ardi yang hanya ia dapat adalah kediaman Garvin.

"Gila, kacang," gumam Ardi.

"Kita ke sini buat ajak lo main sekalian nanyain kenapa gak masuk tadi," ujar Reygan.

"Kamu kenapa tadi gak masuk sekolah?" tanya Audi tiba-tiba.

"Gue lagi gak enak badan," jawab Garvin.

"Kamu sakit? sakit apa? kenapa gak bilang ke saya?" tanya Audi beruntun.

Garvin kembali tersenyum kaku lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. "gue udah nggak papa sekarang." ucapnya yang membuat Audi sedikit lega.

Di sisi lain Azkia sedang memperhatikan kedekatan mereka semua dari balik dinding. Ia juga ingin memiliki banyak teman seperti Garvin.

Pandangan Garvin teralih pada sosok perempuan yang berada di samping Audi.

"Oh, iya, saya lupa. Dia Ciara," ujar Audi memperkenalkan Ciara kepada Garvin.

Ciara yang tadi sedang memperhatikan sesuatu teralih memandang Garvin yang juga memandangnya dengan datar.

"Hai," sapa Ciara kaku.

Garvin tidak menunjukkan ekspresi apapun sehingga membuat Ciara merasa terabaikan saat ini.

Percakapan mereka berlanjut secara random, mulai dari candaan Ardi yang garing dan Ragil yang sedang bercerita kejadian horor bak seorang pendongeng handal. Semuanya terlihat mendengarkan namun lain halnya dengan Garvin. Isi pikirannya saat ini semua tentang Azkia dan Azkia.

Terlihat Garvin berdiri dari sofa singlenya lalu melangkahkan kakinya menaiki anak tangga.

"Woi, Jamal!" panggil Ardi namun laki-laki itu mengabaikannya.

Kakinya terus melangkah dan tibalah ia di depan pintu kamar mereka. Ia memutar knop pintu itu dan masuk ke dalam. Mata Garvin terus mencari keberadaan Azkia yang tak kunjung ketemu. Kemana larinya perempuan itu. Ia kembali keluar dari kamar berniat mencari Azkia.

Arah pandangannya mendarat tepat di sudut dinding dekat pembatas tangga. Ia dapat melihat Azkia yang sedang tertidur dengan posisi duduk. Garvin berjalan mendekat dan membenarkan posisi kepala Azkia menjadi lurus.

"Kia," panggil Garvin pelan namun tak ada sautan dari perempuan itu.

Garvin menatap wajah lugu Azkia saat sedang tertidur. Ternyata ia lebih mirip putri tidur saat seperti ini. Ia merapikan rambut Azkia yang sedikit berantakan lalu mengangkat tubuh perempuan ala bridal style menuju kamar.

Garvin membaringkan tubuh Azkia dengan lembut supaya perempuan itu tidak terbangun dari tidurnya. Tangan Garvin kembali terangkat mengelus-elus pucuk kepala Azkia lalu mengecup keningnya dengan singkat.

"Maaf,"

Garvin menarik selimut untuk menutupi tubuh Azkia sebatas dada, "selamat malam, pengagum coklat."

**

Tiffany yang baru saja kembali dari arisannya terkejut melihat teman-teman Garvin yang sedang berserakan di ruang tamu. Audi yang melihat Tiffany sedang berjalan ke arah mereka pun langsung berdiri lalu mengucapkan salam kepadanya.

"Siang, Tente,"

Mendengar Audi bersuara membuat yang lainnya pun menoleh dan ikut melihat ke arah pandangan Audi. Ardi dan yang lainnya pun langsung terkaget saat melihat Tiffany yang juga sedang menatap mereka satu persatu. Mereka pun langsung berdiri dan ikut memberikan salam.

"Siang, Tante,"

"Garvinnya mana? Kok gak ikut ngumpul?" tanya Tiffany.

"Lagi ke atas bentar, Tan," balas Audi lembut.

"Terus ..." mata Tiffany menelusuri sekitar dan tak melihat orang yang ia cari.

"... Azkia mana?" tanya Tiffany.

"Azkia?" bingung mereka semua.

"Kalian belum tahu?" tanya Tiffany lagi.

"Tahu apa Tante?" bingung mereka semua.

"Is ..."

"Pacar!" tiba-tiba saja Garvin muncul dan langsung memotong pembicaraan Tiffany.

Semuanya langsung terkejut mendengar pengakuan Garvin barusan. Pacar? bagaimana bisa seorang Garvin yang anti dengan cewek bisa berpacaran. Bukan gay atau apapun itu, tapi itulah dia.

"Serius, Vin?" Ardi masih tak percaya, "Azkia?"

"Pintu masih terbuka lebar kalian bisa balik sekarang," ucap Garvin datar.

"Lo ada hutang penjelasan, Jamal," ujar Ragil.

"Balik atau gua panggil satpam?" Garvin memberikan pilihan.

"Gila sih, di kira kita maling apa? Bisa-bisanya ngusir tamu," sinis Ardi yang sensian.

"Udah. Kalian balik aja, sana," ucap Tiffany.

Mendengar ucapan Tiffany membuat Ragil dan Ardi mendesah pasrah. Kini mereka tidak mampu membantah lagi. "iya deh, Tan."

AZKIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang