Seorang gadis terdiam dengan pandangan kosong di sebuah kamar. Rambutnya yang berantakan dan barang-barang yang berserak di mana-mana membuat ruangan itu seperti kapal pecah.
Pandangannya jatuh pada sebuah ayunan yang berada di luar. Air matanya jatuh membasahi pipinya, Ia menangis namun tidak mengeluarkan suara.
Di luar sana terdengar suara alunan mobil ambulance yang membawa jenazah seorang pria paruh baya.
Gadis itu menutup telinganya dengan kedua tangannya. Ia menjerit kuat seperti orang hilang akal dan air matanya terus jatuh membasahi pipinya.
Cklek
Pintu kamar itu terbuka dan menampakkan seorang laki-laki dengan wajah khawatir. Dia berjalan mendekati gadis itu lalu memeluknya dengan erat.
Seperti yang terlintas di pikiran kalian. Mereka adalah Garvin dan Audi.
Audi terus menangis kuat di pelukan Garvin dan yang di lakukan laki-laki itu adalah berusaha menenangkannya.
Subuh tadi, Paman dari Audi mengalami stroke yang membuatnya kehilangan nyawanya.
Terpukul? Yah, Audi sangat terpukul. Seakan ada beribu-ribu bahkan berjuta-juta tusukan menusuk tubuhnya saat mendengar kabar itu. Audi merasa sendiri dan semakin sendiri dengan kepergian Paman yang sudah ia anggap sebagai Ayah baginya.
"Dia pergi ..." tangis Audi.
Garvin hanya terdiam sambil mengelus punggung Audi.
"Lo perlu nangis buat keluarin semuanya,"
"Kenapa semuanya harus pergi? hiks ..."
Garvin mengeratkan pelukan itu, "ada masanya yang di ciptakan akan kembali ke penciptanya,"
"Siapa dia berhak mengambil semuanya?!" teriak Audi dengan kemarahannya dengan takdir baik yang selalu jauh darinya.
"Siapa kita yang berhak marah? Paman adalah miliknya. Ada masanya ia akan mengambil barangnya jika dia perlu," ucap Garvin lembut.
Audi semakin terisak dan tenggelam ke dalam curam ke sedihannya. Ia berharap ini adalah mimpi buruk di malam hari yang sedang menyerangnya.
"Bantu aku bangun dari mimpi buruk ini," katanya dengan isakan tangisannya.
"Ini bukan mimpi. Lo harus terima, Audi,"
"ENGGAK! SEMUANYA HANYA MIMPI!" teriak Audi histeris. Ia memegang kedua tangan Garvin memohon padanya, "bantu aku bangun dari mimpi ini, Garvin," pintanya dengan tangannya yang sudah terasa dingin dan gemetar.
"Sadar, Audi! SADAR!"
"ENGGAK!" Audi kembali berteriak. Ia berlari ke pojokan sambil memukul-mukul wajahnya, "bangun! bangun!"
Garvin tak menyangka akan menjadi separah ini keadaan Audi. Ia berjalan ke arah Audi lalu menariknya ke pelukannya.
"Denger gua, Audi. Jangan biarin kesedihan lebih berkuasa di diri lo," Garvin melepas pelukan itu lalu membelai pipi Audi, "ada gua. Ada gua di sini,"
"Aku sendiri," isak Audi.
"Kita berdua," ralat Garvin.
"Jangan pergi,"
"Gak akan."
**
Jenazah Paman Audi baru saja selesai dikebumikan.
Sore ini Garvin membawa Audi pergi ke sebuah tempat untuk menenangkan hati Audi yang masih terluka.
Mobil yang di kendarai Garvin berhenti di sebuah taman. Garvin mengajak Audi untuk ikut turun dari mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZKIA [END]
Teen Fiction"ℬ𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒌𝒅𝒊𝒓 𝒑𝒖𝒏 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒔𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂." -𝓐𝔃𝓴𝓲𝓪. Hujan itu indah, hujan itu tenang, hujan itu awal dari kisah kita dan juga akhirnya. Begitulah cara alam menyambut dan memisahk...