Area balapan kini ramai akan orang yang bersorak kuat kala melihat dua motor yang saling melaju siapa yang pertama melintaskan ban motor mereka di garis finish.
Dua motor itu di kendarai oleh Garvin dan juga Stevano. Mereka kembali melakukan balapan liar tanpa jera dengan kejadian yang sudah lalu.
Terlihat sebuah boneka teddy dan juga sebongkah bunga yang sudah layu terletak manis di sebuah lantai. Semuanya berlalu lalang tanpa memperdulikan boneka dan bunga itu. Semua yang lewat dan tanpa sengaja menyenggol boneka ataupun menginjakkan tidak peduli dengan itu sehingga membuatnya kotor karena sudah di penuhi dengan abu.
Brumm
BrummMotor Garvin berhasil menjadi yang pertama melintas di garis finish.
Semuanya bersorak gembira dan bersorak keras dengan kemenangan Garvin yang entah menjadi yang keberapa kalinya di tahun ini. Semua berkerumun mengelilingi Garvin serta beberapa dari mereka memberikan ucapan selamat padanya. Seakan terbuai akan suasana, Garvin ikut merayakan kemenangannya dengan ikut bergabung meneguk minuman keras.
Mereka merubah lapangan itu layaknya sebuah diskotik. Suara alunan dj terdengar keras di sana. Jangan menyangka bahwa mereka bodoh dengan tidak memikirkan mereka bisa saja ketahuan dengan polisi yang sedang berpatroli. Tentu saja saat ini mereka sedang berada di titik yang jauh dari jalan raya.
"Gua rasa dia sudah mabuk, Bos," bisik seseorang di telinga Stevano.
Stevano meneguk sekali winenya dengan matanya yang memperhatikan pergerakan Garvin yang tanpak seperti orang linglung.
Terlihat, di sisi kiri dan kanan Garvin duduk seorang wanita dengan pakaian minimnya yang asik menempelkan tubuhnya pada tubuh Garvin. Namun laki-laki itu sama sekali tidak memberontak dikarenakan kondisinya yang saat ini adalah setengah sadar.
Stevano menarik ujung bibirnya membentuk senyuman remeh. Ia mengambil ponselnya lalu mengambil gambar keadaan Garvin saat ini, itu pastinya akan berguna di lain waktu. Menerima kekalahan? Tidak. Justru niatnya ingin menghancurkan Garvin menjadi berlipat ganda.
"Kia," erang Garvin tanpa sadar.
Di lain tempat, tepatnya di kediaman Almajaya. Azkia terdiam menatap wajah yang sangat menyedihkan dari sebuah cermin. Acara ulangtahunnya berjalan tanpa kehadiran sosok Garvin di sana. Tidak ada ucapan selamat ulang tahun yang berkenan di hatinya. Ia terlalu berharap lebih hingga di patahkan oleh kenyataan yang pahit.
"Kenapa?" gumam Azkia lirih. Matanya kini sudah berkaca-kaca akan tetapi perempuan itu tidak membiarkan air matanya jatuh. Ia menyeka air matanya sebelum jatuh membasahi pipinya.
Terlalu jatuh kebawah bersama cinta yang ada hingga lupa bahwa sikap manusia bisa berubah kapan saja. Kita hanya pelengkap cerita yang telah di gariskan oleh tuhan namun tidak dengan cinta kita. Bertemu dan kembali berpisah, itulah yang sering terjadi. Setiap pertemuan ada perpisahan, akankah kisah ini akan berakhir seperti itu juga. Mencintai dan di cintai, bukankah itu momen yang paling indah? Akan tetapi, semuanya serasa mustahil rasanya.
Harapan Azkia bahwa yang pertama memberikan ucapan selamat ulang tahun untuknya adalah Garvin ternyata salah. Nyatanya yang menjadi pertama adalah Reygan, sahabat Garvin sendiri.
**
Sinar matahari masuk menembus celah-celah jendela menerpa wajah tampan Garvin. Ia tampak santai terbaring di atas ranjangnya yang empuk. Perlahan Garvin bergerak lalu membuka matanya secara perlahan seraya mengumpulkan nyawanya yang belum sempurna terkumpul. Ia mengerjapkan matanya mamperhatikan sekitarnya yang tampak asing. Seketika ia langsung bangkit kala mengingat apa yang telah terjadi. Tangannya mengambil ponselnya yang berada di atas nakas, dan sialnya baterainya habis. Garvin mengumpat kesal lalu dengan cepat ia mengambil jaketnya lalu menyambar kuncinya handak pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZKIA [END]
Teen Fiction"ℬ𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒌𝒅𝒊𝒓 𝒑𝒖𝒏 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒔𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂." -𝓐𝔃𝓴𝓲𝓪. Hujan itu indah, hujan itu tenang, hujan itu awal dari kisah kita dan juga akhirnya. Begitulah cara alam menyambut dan memisahk...