Hari ini semua kelas sedang jamkos karena seluruh guru sedang mengadakan rapat dadakan.
Di kelas XII IPS 2, tepatnya kelas Ardi, Ragil, Reygan dan satu lagi adalah Garvin. Kelas itu sungguh seperti kapal pecah, banyak sampah berserakan di mana-mana dan semuanya tak ada yang mau diam di tempat duduknya.
Ardi dan kedua sahabatnya tak jadi bolos dan kembali ke sekolah karena merasa tidak ada niat lagi jika ingin cabut.
Sebenarnya ada tugas yang di titipkan oleh guru mapel, namun tidak ada satu dari mereka yang mengerjakan tugas tersebut.
"Oiy!" Ardi mengagetkan seorang siswa laki-laki yang tampak duduk di pojok belakang dalam kelas tersebut.
Laki-laki itu bernama Adit, murid paling kalem di kelas.
"Amjay! Adit Vc-an sama ceweknya," heboh Ardi yang membuat semuanya mengalihkan pandangannya ke arah mereka berdua.
"Adit punya pacar?!" kaget Tiara-murid kepercayaan wali kelas.
"Wajib makan bakso, woi! Ternyata Adit bukan gay," ujar Ragil yang tak kalah heboh.
Brak!
Pintu kelas yang semula tertutup kini menjadi terbuka dan menampakkan seorang guru laki-laki dengan wajahnya yang kurang bersahabat.
Semua murid langsung berbondong-bondong berjalan menuju bangkunya masing-masing.
"Siapa yang nyuruh kalian ribut?" tanya Pak Agus dengan nada datar.
Semuanya terdiam dan tak ada yang berani menjawab. Pak Agus di kenal sebagai guru kimia yang paling garang di sekolah itu.
"Ardi!" panggil Pak Agus yang membuat Ardi yang sedang sibuk memasukkan bajunya yang keluar terkejut setengah mati. Jantungnya berdegup lebih kencang dari seperti biasanya.
"S-saya, Pak?" gugup Ardi.
"Kalau bukan kamu siapa lagi?!" pekik Pak Agus.
Ardi pun langsung berdiri dari bangkunya dan berjalan menuju pak Agus berada.
"A-akh!" ringis Ardi yang merasa kesakitan di bagian pinggangnya karena Pak Agus secara tiba-tiba mencubitnya dengan kuat.
"Ini sekolah bapak kau?!"
"Bukan, Pak," jawab Ardi sambil menundukkan kepalanya.
"Terus kenapa baju kamu keluar gini?" tanya Pak Agus penuh amarah sambil kembali mencubit pinggang Ardi.
"Shh," ringis Ardi.
"Hormat bendera!" titah Pak Agus tegas.
"Baik, Pak," ucap Ardi dengan lesu.
Ardi pun berjalan menuju keluar dari dalam kelas tersebut menuju lapangan upacara.
"Makan masih pake uang orang tua sok-sokan mau jadi preman di sekolah ini," ujar Pak Agus yang tak habis pikir, "mau jadi apa kalian?!" tanya Pak Agus dengan lantang.
Semuanya hanya terdiam karena tak ada yang berani menjawab Pak Agus.
"Sekali lagi saya dengar kalian ribut, saya bakal panggil orang tua kalian satu-satu ke sekolah!" tegas Pak Agus.
Setelah mengucapkan kalimat ancaman itu Pak Agus pun pergi meninggalkan kelas tersebut.
"Pak Agus, I lop yu!" teriak Ragil saat Pak Agus sudah jauh dari kelas mereka.
"Bapak kita sedang marah ya guys ya," ucap salah satu murid.
"Sedih karna Ardi gak ada," ucap Ragil sambil menatap keluar jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZKIA [END]
Teen Fiction"ℬ𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒌𝒅𝒊𝒓 𝒑𝒖𝒏 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒔𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂." -𝓐𝔃𝓴𝓲𝓪. Hujan itu indah, hujan itu tenang, hujan itu awal dari kisah kita dan juga akhirnya. Begitulah cara alam menyambut dan memisahk...