Di tangah para siswa yang berlalu lalang, Azkia berdiri di bawah terik matahari sambil menghormat pada bendera.
Beberapa meter dari sana, di tempat yang teduh. Seorang guru berjenis kelamin laki-laki sedang berdiri mengawasi gerak-gerik Azkia dengan intens. Pandangan guru itu tajam pada perempuan itu. Dia adalah Pak Agus. Seorang guru yang tidak suka berhadapan dengan kebohongan. Sewaktu pembelajaran Pak Agus, Azkia permisi untuk pergi ke toilet dan apa hasilnya, Pak Agus penasaran dengan muridnya itu yang belum juga kembali. ia pun memilih untuk menyuruh salah satu murid yang berada di kelas untuk memeriksa keadaan Azkia, dan di situlah Azkia ketahuan saat perempuan itu hendak berjalan mengantarkan titipan Garvin.
Semua mata yang lewat di sekelilingnya menatapnya dengan tatapan kasihan dan ada juga dengan tatapan tidak suka. Azkia berusaha untuk mengabaikan dengan memilih untuk tetap fokus menghormat pada bendera.
Titipan yang Garvin berikan tadi belum sampai ke tangan Audi. Terlihat, kresek yang berisi lauk ia tinggalkan tanpa sengaja di sembarang tempat. Entah yang keberapa kalinya Azkia meringis, Ia sangat gegabah.
Suasana tiba-tiba berubah menjadi genting saat seorang petugas PMR yang tampak terburu-buru berlari ke arah yang semua siswa sudah berkerumun di sana. Pak Agus juga ikut berlari kecil menghampiri kerumunan itu.
Azkia ingin melangkahkan kakinya hendak ingin pergi melihat apa yang berada di kerumunan itu, akan tetapi ia kembali teringat akan tatapan tajam nan mematikan Pak Agus yang mampu membuat napasnya tersengat. Ia akhirnya memilih untuk diam di tempatnya dan memperhatikan dari jauh.
Perlahan kerumunan itu bubar kala sang petugas PMR yang sedang menggendong seseorang dengan ala bridal style menuju UKS. Ah, kini ia bisa menghela napas lega. Mungkin ada seseorang yang pingsan atau sakit.
**
Azkia menyandarkan punggungnya di sandaran bangkunya. Saat ini ia sudah berada di dalam kelas untuk merenggangkan otot-otot tubuhnya yang kaku akibat terlalu lama berdiri di bawah terik matahari tadi. Untung saja ia tidak kembali bertemu dengan Pak Agus di karenakan di adakan rapat dadakan mengenai ujian kelulusan yang akan semakin dekat. Itu artinya jam berikutnya akan ada jam kosong.
Hendak meneguk air mineralnya, Azkia tersentak saat seseorang menarik lengannya sehingga membuatnya botol air mineral yang berada di tangannya terjatuh ke lantai. Azkia menatap sendu air yang mengalir dari botol itu membasahi lantai. Ia membungkukkan badannya hendak mengambil botol itu namun lagi-lagi orang tadi menarik lengannya secara paksa dan membawanya keluar dari kelas itu.
Semua murid yang berada di kelas itu heran dengan apa yang mereka lihat. Seorang cowok yang paling di puja-puja karena ketampanannya bak seorang pangeran sedang menarik pergelangan tangan Azkia dan membawanya keluar dari sana.
Dari belakang tubuh laki-laki itu yang sedang menarik pergelangan tangannya, Azkia dapat menebak bahwasanya dia adalah Garvin. Laki-laki itu membawanya ke sebuah tempat yang sepi dan menghempaskan tangan Azkia di udara. Perlakuan Garvin cukup membuat Azkia kaget.
Tatapan Garvin yang teduh beberapa saat yang lalu kini berubah menjadi tatapan tajam. Azkia tidak menyukai tatapan itu.
"Lo sadar apa yang barusan lo buat?" tanya Garvin dengan penuh penekanan.
Kening Azkia mengerut tak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini.
"Lo jangan sok pura-pura gak tau!" bentak Garvin yang membuat Azkia terkejut.
"Kak ..."
"Diam lo bangsat!" maki Garvin.
Semua yang terjadi saat ini cukup membuat Azkia bingung. Apa dalang dari kemarahan Garvin padanya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZKIA [END]
Teen Fiction"ℬ𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒌𝒅𝒊𝒓 𝒑𝒖𝒏 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒔𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂." -𝓐𝔃𝓴𝓲𝓪. Hujan itu indah, hujan itu tenang, hujan itu awal dari kisah kita dan juga akhirnya. Begitulah cara alam menyambut dan memisahk...