Sebuah motor melintas dan tanpa sengaja si pengendara melihat keberadaan Azkia yang sedang menangis. Sontak ia langsung membelokkan arah laju motornya menuju tempat Azkia berada saat ini. Sosok itu adalah Reygan. Dia turun dari atas motornya yang sebelumnya sudah ia matikan, setelahnya ia pun langsung melepaskan helmnya dan meletakkannya di atas motor itu.
Reygan melangkah tiga langkah ke depan lalu menyentuh pundak Azkia. Sontak perempuan itu kaget dengan sentuhan yang tiba-tiba itu. Wajahnya terangkat dan terlihatlah matanya yang sudah bengkak serta air matanya yang sudah membanjiri pipinya. Seketika Reygan pun langsung khawatir dengan perempuan yang berada di depannya itu, ia ikut duduk di samping Azkia lalu tangannya terangkat mengelus pipi Azkia seraya menghapus air mata yang jatuh itu.
Perempuan yang berada di depannya itu terlihat menangis dengan sesegukan. Reygan sontak langsung menarik tubuh Azkia mendekat ke arahnya lalu memeluknya dengan penuh kelembutan. Tangan Reygan menepuk punggung Azkia seraya mengelusnya berharap dapat menenangkan perasaan perempuan itu.
"Kia gak salah," ucap perempuan itu di tengah tangisannya.
Reygan dapat mendengarnya dengan jelas. Hatinya bercengkrama ingin sekali menanyakan apa masalah yang membuat Azkia sampai menangis seperti ini.
Perlahan pelukan itu mengendur kala tangisan Azkia mereda. Kini Reygan dapat memandang wajah perempuan itu. Ia menarik ujung bibirnya membentuk senyuman kecil, tangannya terangkat menghapus air mata Azkia.
Semua apa yang di lakukan Reygan cukup membuat hati Azkia berdebar. Bagaimana ia bisa menangis di depan orang yang belum terlalu ia kenal itu.
"Gua gak ada hak buat nanya apa masalah lo sekarang. Tapi kalau ada masalah jangan terlalu sering mendam sendiri. Di sekeliling lo masing banyak orang yang peduli," ucap Reygan dengan penuh kelembutan.
Azkia hanya membisu saat mendengar ucapan Reygan barusan. Ia terlalu tertarik ke dalam jurang kesedihan sampai lupa di mana posisinya saat ini. Sungguh memalukan jika banyak orang yang melihatnya dan untungnya saja di sekitar mereka berada saat ini lumayan sepi. Hanya ada satu dua kendaraan yang berlalu lalang.
"Hari makin gelap, gak baik buat cewek ada di luar begini," ujar Reygan seraya berdiri, "ayo, gua antar pulang." ajaknya sambil menyodorkan tangannya ke depan.
Azkia memandang tangan Reygan yang menganggur di depannya menunggu kedatangan tangannya yang mendarat di atas sana. Lalu kemudian matanya terangkat melihat wajah Reygan yang juga sedang memandangnya. Tanpa pikir panjang lagi, Azkia pun langsung mendaratkan tangannya di atas tangan Reygan. Bagikan seorang pangeran dan seorang putri dalam cerita dongeng, Reygan langsung menggiring Azkia menuju motornya berada.
Reygan menaiki motornya dan di susul dengan Azkia. Setelahnya, motor itu pun menyala dan berjalan menuju aspal tempat banyak kendaraan berlalu lalang. Motornya melaju dengan kecepatan di bawah rata-rata.
Beberapa menit kemudian motor itu memasuki daerah kediaman Almajaya. Ketika motor sudah berhenti, Azkia pun langsung turun dari atas sana. Reygan melihat wajah Azkia yang tersenyum kecil padanya tanpa melepaskan helmnya.
"Makasih, Kak," ucap Azkia dengan tulus.
Reygan hanya menganggukkan kepalanya lalu tanpa mengucapkan sesuatu ia langsung menjalankan motornya meninggalkan kediaman Almajaya.
Langkah kaki Azkia melangkah menuju pintu utama. Tangannya hendak membuka pintu itu namun terhenti kala pintu itu terbuka secara tiba-tiba dan menampakkan Garvin dengan raut wajahnya yang belum berubah dari beberapa jam yang lalu saat laki-laki itu membentaknya.
Jantung Azkia kembali berdetak cepat, takut dengan Garvin yang menatapnya dengan tajam seperti ini. Ia menundukkan wajahnya karena tak ingin mata mereka saling bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZKIA [END]
Teen Fiction"ℬ𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒌𝒅𝒊𝒓 𝒑𝒖𝒏 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒔𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂." -𝓐𝔃𝓴𝓲𝓪. Hujan itu indah, hujan itu tenang, hujan itu awal dari kisah kita dan juga akhirnya. Begitulah cara alam menyambut dan memisahk...