34. berharap

3.9K 339 32
                                    

Sepuluh hari sejak Garvin terkena skorsing telah berakhir. Ia kembali hadir mengikuti pembelajaran seperti biasanya.

"Jamal comeback!" seru Ardi saat melihat kedatangan Garvin ke tempat mereka yang biasa nongkrong di sekolah, yaitu kantin Mbak Nunung.

Garvin duduk di bangku dekat Reygan berada. Dua kancing bajunya yang bagian teratas terbuka dan rambutnya yang lumayan berantakan membuatnya terkesan terlihat badboy.

"Gimana boy, liburan di rumah?" tanya Ragil yang jahil.

Garvin tidak menjawabnya dan lebih memilih mengabaikannya. Ia meneguk jus jeruk yang berada di meja itu. Entah itu milik siapa, yang jelas ia tidak peduli.

"Jus gua bangsat!" maki Ragil kesal.

"Kalian masih ingat Stevano, kan?" tanya Reygan tiba-tiba yang mengalihkan perhatian mereka bertiga.

"Si pengecut itu?" ucap Ragil dengan nada tidak suka.

Reygan menganggukkan kepalanya, "dia ngajak balapan lagi,"

"Yang bener lo?" heboh Ardi.

Reygan kembali menganggukkan kepalanya, "gua dapat kabarnya dari teman gua yang katanya dia lagi susun rencana buat balas dendam ke lo," ujar Reygan sambil menatap wajah Garvin, "dia gak terima kekalahannya yang kemarin." sambung Reygan.

Sementara itu, Garvin yang mendengarkan perkataan Reygan tadi hanya terlihat biasa saja. Ia sama sekali tidak kaget ataupun berniat bergerak untuk menyusun rencana untuk mematahkan rencana busuk Stevano.

"Lo gak ada niatan gitu buat susuan rencana?" tanya Ragil.

"Kita lihat aja gimana tikus kecil nyusun rencana. Kalau dia udah nyerang diluan, kita udah tau apa yang harus kita buat," jawab Garvin santai.

"Mantap lah, Vin," ucap Ragil sambil mengacungkan jempolnya.

Pembahasan mereka terus berlanjut dengan random. Di meja tersebut sudah tersedia makanan yang sudah mereka pesan beberapa saat yang lalu. Mereka menikmati santapan itu kecuali Garvin. Ia hanya berdiam diri sambil fokus pada ponselnya.

Tiba-tiba seorang perempuan menginjakkan kakinya di daerah kantin itu. Kedatangan perempuan itu di ketahui oleh kelompok Garvin. Mereka sama-sama melihat ke arah perempuan itu yang tepatnya adalah Azkia.

"Cewek lo kenapa, tuh?" tanya Ardi.

Garvin hanya diam dengan penglihatannya yang tak lepas dari Azkia.

Langkahnya terasa kaku saat ingin melangkahkan kakinya menuju Garvin berada. Sebenarnya kedatangannya adalah untuk mencari keberadaan laki-laki itu. Dan ia juga sudah menduga pastinya Garvin berada di kantin. Tujuannya menghampiri Garvin adalah untuk meminta uang karena perutnya yang belum terisi sejak keberangkatan mereka ke sekolah tadi. Ia tidak makan di karenakan terburu-buru hendak pergi ke sekolah. Sangat memalukan baginya akan tetapi ini adalah cara satu-satunya.

Sebelumnya ia menyemangati dirinya terlebih dahulu lalu melangkahkan kakinya dengan penuh percaya diri ke depan. Azkia berjalan menuju Garvin berada hingga pada saat sudah berada di depan laki-laki itu, ia menarik pergelangan tangannya untuk sedikit jauh dari teman-temannya.

Mereka berdua berdiri lima meter menjauh dari meja makan. Postur tubuh Garvin yang tinggi membuat Azkia harus mendongakkan kepalanya ke atas untuk melihat wajah laki-laki itu.

Wajah Azkia terlihat lesu lalu ia memegang perutnya yang rata seraya mengelusnya.

"Kia laper," ucapnya dengan pelan.

Garvin membuang napas panjang lalu terbentuk senyuman kecil di bibirnya. Ia menarik sebuah kursi dan menyuruh Azkia untuk duduk di sana. Garvin mengelus pucuk kepala Azkia dengan lembut.

AZKIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang