Matahari mulai menampakkan dirinya setelah malam menyerang bumi. Garvin dan Azkia masih berada atas ranjang dengan posisi Garvin yang memeluk Azkia.
Azkia menggeliat kecil saat merasakan ada yang menimpa perutnya. Matanya sedikit demi sedikit pun terbuka. Penglihatan yang awalnya kabur perlahan menjadi jernih dan terlihatlah wajah damai Garvin yang sedang tertidur. Ia kembali memutar pikirannya dan mengingat cara Garvin menenangkannya semalam.
Ia tersenyum malu saat mengingat Garvin yang memanggilnya dengan 'sayang'. Ini bukanlah yang pertama, tetapi entah mengapa saat ini rasanya berbeda dari biasanya.
Tangan Azkia terangkat menagkup rahang Garvin lalu mengelus-elus pipinya dengan lembut.
Cup
Azkia dengan beraninya mencium kening Garvin.
Ia menjadi malu sendiri lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia mengintip di sela-sela jarinya untuk memastikan kalau Garvin belum terbangun. Azkia kembali menampakkan wajahnya. Jari-jarinya bergerak jahil menekan-nekan pipi Garvin dengan berulang kali lalu beralih pada bibir Garvin. Azkia menarik bibir Garvin lalu melepaskannya.
Apa yang di lakukan Azkia sebenarnya dapat Garvin rasakan sedari tadi, karena dia sudah terbangun sejak merasakan ada benda kenyal yang menempel di keningnya. Namun ia memilih untuk berpura-pura masih tidur untuk melihat sejauh mana Azkia menjahilinya.
Merasa sudah bosan, Azkia pun memilih untuk bangun supaya dapat bersiap-siap untuk pergi sekolah. Ia pun perlahan menepikan tangan Garvin yang berada di atas perutnya.
"Udah selesai jahilnya, hm?" secara tiba-tiba Garvin bersuara. Garvin perlahan membuka matanya dan memandang Azkia yang juga menatap ke arahnya.
"Kak?" gumam Azkia terkejut.
"Sini!" Garvin merentangkan kedua tangannya dan memeluk Azkia.
Cup
Garvin memberikan kecupan singkat di kening Azkia.
"Gua minta maaf. Semalam gua kelepasan," bisik Garvin di telinga Azkia.
"Maaf," bisik Garvin sambil mengeratkan pelukannya.
"Kia yang seharusnya minta maaf. Kia udah ceroboh semalam," ucap Azkia.
Suasana berubah menjadi hening. Garvin dengan lembut memeluk Azkia sambil mengelus-elus rambut perempuan itu.
"By the way, lo bener-bener tepos, yah?" gumam Garvin yang dapat di dengar oleh Azkia. Perempuan itu langsung menepikan tubuhnya dari atas badan Garvin.
Garvin yang semula menutup matanya kini ia buka dan melihat wajah Azkia yang murung.
"Lo gak perlu marah. Gua memang ngomong kenyataan," enteng Garvin tampa memikirkan perasaan Azkia.
"Kakak itu ..." Azkia mencoba menahan amarahnya.
"Apa? Gua ganteng? Gua udah tau di diluan,"
Azkia membuang napas gusar lalu turun dari atas ranjang.
Ia berjalan menuju kamar mandi dengan sesekali menghentakkan kakinya ke lantai. Namun sebelum itu, Azkia merasakan ada yang aneh di dirinya. Bajunya berbeda dengan apa yang ia pakai semalam.
Azkia pun membalikkan badannya dan melihat Garvin yang sudah menyenderkan punggungnya di muka ranjang.
"Baju Kia ... Baju Kia kenapa beda?!" tanya Azkia dengan ngegas.
Garvin mengalihkan pandangan ke arah Azkia. Ujung bibirnya terangkat membentuk senyuman kecil.
"Gua kan udah bilang. Gua kelepasan, Kia," ucap Garvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZKIA [END]
Teen Fiction"ℬ𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒌𝒅𝒊𝒓 𝒑𝒖𝒏 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒔𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂." -𝓐𝔃𝓴𝓲𝓪. Hujan itu indah, hujan itu tenang, hujan itu awal dari kisah kita dan juga akhirnya. Begitulah cara alam menyambut dan memisahk...