Bel jam pulang telah berbunyi dua menit yang lalu. Kini Azkia sedang membereskan barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam tas. Hari ini cukup membuat otaknya terlalu berpikir keras saat menghadapi pembelajaran matematika tadi.
"Perlu gua gendong biar lu cepat ke parkiran?"
Di tengah kesunyian kelas tiba-tiba saja terdengar suara berat yang mengagetkannya seketika.
"Kak?"
Ya, Garvin menghampirinya ke dalam kelas kerena selang dari tadi ia sudah menunggu di parkiran namun perempuan itu tak kunjung datang.
"Cepetan!" tekan Garvin yang kesal.
"Tadi pagi lembut ke Kia, sekarang ko beda, sih?" alibi Azkia dengan wajah masam.
Setelah selesai membereskan barangnya, akhirnya mereka pun pergi meninggalkan kelas. Namun mereka tak berjalan saling bersampingan melainkan Azkia berjalan di belakang Garvin sambil memperhatikan punggung laki-laki itu dengan kesal dan sesekali menghentakkan kaki kanannya ke tanah.
**
Garvin sudah memakai helm full face miliknya dan langsung memberikan helm yang ia simpan tadi untuk Azkia pakai tanpa berbalik badan mengarah pada perempuan itu. Namun, ia merasa Azkia belum mengambil helm yang ia berikan itu. Ia pun membalikkan badannya dan melihat Azkia yang menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.
Saat ini Azkia dan Garvin menjadi saling beradu tatap mata. Azkia yang menahan kekesalannya dan Garvin memilih untuk diam saja.
"Dasar kepala batu. Gak peka!" teriak Azkia dalam hati.
"Gua baru nyadar kalau lo itu jelek," ujar Garvin yang membuat Azkia refleks menjamah wajahnya sendiri.
"Kakak lupa kalau kita di sekolah itu paca ..."
"Tapi bukan jadi babu, lo," ketusnya, "cepetan! Atau lo mau gue tinggal?" ancam Garvin.
Mendengar ancaman Garvin, membuat Azkia panik dan langsung memakai helm yang di berikan oleh Garvin tadi.
Di perjalanan Azkia tak henti-hentinya bergerak yang membuat motor yang mereka naiki oleng. Namun, siapa yang tidak tahu akan skil Garvin membawa motor, ia dengan mudah menyeimbangkannya.
Tiba-tiba saja Garvin mengerem mendadak motornya yang membuat Azkia sedikit maju ke depan dan helm mereka yang saling terbentur.
Azkia meringis pelan dan mundur ke belakang.
"Modus!" kesal Azkia.
Di balik helm full face itu Garvin mengerutkan keningnya saat mendengar apa yang di katakan oleh Azkia tadi.
Garvin turun dari atas motor dan meninggalkan Azkia yang masih duduk di atas motor dengan wajah masam. Perempuan itu memperhatikan kemana Garvin berjalan. Laki-laki itu masuk ke sebuah supermarket yang membuat Azkia bertanya-tanya.
Karena sangking bosannya Azkia pun turun dari atas motor dan berjongkok dengan kucing liar yang berada di sampingnya. Ia mengelus-elus bulu kucing tersebut yang tampak jinak dengannya dengan sekejap.
Ia mengalihkan pandangannya dan melihat Garvin yang menenteng kantung kresek putih yang entah apa isinya.
"Nih," Garvin memberikan kresek yang dia bawa tadi kepada Azkia.
Perempuan itu berdiri dan langsung mengambilnya. Ia melihat adanya coklat dan cemilan lainnya.
"Itu 'kan yang buat lo uring-uringan di atas motor tadi?"
Azkia terdiam. Ada benarnya apa yang di katakan Garvin barusan.
"Modus?" Garvin ingin membahas tuduhan yang di berikan Azkia tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZKIA [END]
Teen Fiction"ℬ𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒌𝒅𝒊𝒓 𝒑𝒖𝒏 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒔𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂." -𝓐𝔃𝓴𝓲𝓪. Hujan itu indah, hujan itu tenang, hujan itu awal dari kisah kita dan juga akhirnya. Begitulah cara alam menyambut dan memisahk...