Sepasang suami istri berjalan memasuki kediamannya. Mereka terlihat sangat lelah di karenakan sehabis pulang dari pertemuan bisnis sang suami.
Sepasang suami istri yang di maksud adalah Panji dan Tiffany.
Langkah kaki mereka berjalan memasuki kediamannya dengan santai. Penglihatan Pandu terpusat pada meja makan yang di sana yang terdapat tiga orang sedang makan malam bersama.
Kegiatan Audi yang sedang makan pun terhenti saat melihat Pandu dan Tiffany yang berjalan menuju ke arah mereka. Dia berdiri lalu menundukkan punggungnya seraya memberikan salam. Garvin dan Azkia yang melihat itu pun mengalihkan pandangannya mereka ke arah pusat penglihatan Audi dan melihat Panji dan Tiffany berada di sana. Azkia berdiri ikut memberikan salam. Namun berbeda dengan Garvin, ia hanya duduk santai sambil melanjutkan acara makannya.
"Selamat malam, Uncle, Aunty," salam Audi dengan sopan.
"Malam, Pa, Ma," Azkia ikut memberikan salam.
"Malam," jawab Pandu dan Tiffany secara bersamaan.
"Bukankah kamu adalah anak dari almarhum Alex Ruditya?" tanya Pandu pada Audi.
Audi sedikit tersentak lalu menganggukkan kepalanya seraya tersenyum, "yes, Uncle," jawab Audi.
"Ah, Uncle meminta maaf yang sebesar-besarnya karena tidak dapat hadir di pemakaman Paman, mu. Waktu itu saya dan juga istriku sedang berada di luar kota," ujar Pandu dengan penuh penyesalan.
Audi kembali tersenyum lalu menganggukkan kepalanya, "tidak masalah, Uncle." jawabnya.
"Lalu, apa gerangan kamu bisa ada di sini? tanya Pandu lagi.
Audi terdiam setelahnya ia mengalihkan pandangannya ke arah Garvin berada.
Pandu juga ikut melihat arah pandangan Audi yang mengarah pada anaknya.
"Saya mengerti sekarang. Garvin 'kah yang mengajakmu untuk tinggal bersama di sini?"
Audi mengangguk kaku sebagai jawaban 'ya.
Pandu tampak terkekeh pelan, "persahabatan kalian sama sekali tidak pernah berakhir, saya sangat bangga pada kalian," ucap Pandu sambil menatap Garvin dan Audi dengan kagum.
Audi tersenyum manis dengan kepalanya yang ia tundukkan. Sesuatu keberuntungan baginya bertemu dengan Garvin dan bisa menghabiskan masa kanak-kanak secara bersama-sama. Walaupun sikap Garvin saat ini berbuah menjadi sedikit lebih dingin padanya, namun bagi Audi itu tidak ada masalah. Yang terpenting saat ini ia tidak sendirian.
Sedangkan di satu sisi, Azkia merasa terabaikan di sini. Ia kesal dan sedikit memajukan bibirnya ke depan.
"Kalau begitu, saya dan juga istri saya pamit untuk naik ke atas. Maaf karena tidak bisa menemani," ucap Pandu.
"Tidak mengapa, Uncle," jawab Audi.
"Cara berbicaramu sangat sopan. Sekali lagi saya bangga padamu,"
"Thank you, Uncle,"
"Mari," ajak Pandu pada Istrinya itu.
Pasangan suami-istri itu pun pergi naik melalui anak tangga menuju kamar mereka berada.
Azkia mendudukkan dirinya di atas bangku itu. Pikiran kembali berputar pada perbincangan satu menit yang lalu antara Pandu dan Audi. Berarti alasan dari Garvin membawa Audi ke sini karena ingin membantu gadis itu. Ia sedikit merasa iba pada Audi. Kenyataan pahit yang hadir di kehidupannya membuatnya terlihat sama seperti Gadis terkuat karena masih bisa hidup untuk saat ini walau dengan sebatang kara.
**
Acara makan malam telah berakhir setengah jam yang lalu.
Azkia dan Audi kini masih berada di dalam dapur. Mereka habis saja selesai membantu Bibi untuk membersihkan sisa makan mereka tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZKIA [END]
Teen Fiction"ℬ𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒌𝒅𝒊𝒓 𝒑𝒖𝒏 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒔𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂." -𝓐𝔃𝓴𝓲𝓪. Hujan itu indah, hujan itu tenang, hujan itu awal dari kisah kita dan juga akhirnya. Begitulah cara alam menyambut dan memisahk...