42. ekstra chapter terakhir

13.5K 472 43
                                    

Terlihat beberapa dedaunan terjatuh menyentuh bumi akibat angin yang bersepoi-sepoi, di tambah suara siulan burung-burung membuat suasana pagi tampak menjadi lebih indah.

Di tengah kota yang padat banyak kendaraan yang berderet di jalanan. Suasana sangat riuh karena keadaan jalan raya yang macet, banyak yang membunyikan klakson mobil dan motor mereka karena panik akan terlambat menuju tempat mereka bekerja dan ada pula yang takut terlambat tiba di sekolah.

Banyak bangunan yang menjulang tinggi karena perkembangan zaman dan teknologi yang semakin canggih. Di sebuah halte bus, terlihat banyak orang dewasa sedang fokus pada ponsel mereka sendiri hingga tidak memperhatikan sekitar.

Di sebuah gedung pencakar langit, tepatnya di lantai dua puluh, sosok Pria berdiri dengan pakaian formalnya memperhatikan jalanan yang macet dari kaca-kaca ruangannya dengan kedua tangannya yang ia masukkan ke dalam kantung celananya.

Terlihat banyak tumpukan map di atas meja kebesarannya. Map itu berisi tentang proyek-proyek yang belum Pria itu tanda tanganin karena harus membutuhkan persetujuannya terlebih dahulu.

Terdengar suara lift membuat Pria itu terusik namun ia tidak membalikkan tubuhnya. Pandangannya tetap fokus pada jalanan yang macet.

"Ck,"

Terdengar sebuah decakan kecil dari belakang. Sosok Pria bertubuh tegap melangkahkan kakinya mengambil sebuah kalender kecil yang terjatuh ke lantai. Ia kembali meletakkan di atas meja itu yang menunjukkan tanggal 21 Maret 2037.

"Mobil sudah siap di bawah, di depan sudah ada Bodyguard buat kawal lo," suara berat itu membuat Pria yang memperhatikan jalanan itu membalikkan tubuhnya hingga terlihat wajahnya yang tampan.

"Thanks, Di," ucap Pria itu lalu menarik ujung bibirnya membentuk senyuman kecil.

Kaki Pria itu melangkah mendekat ke arah lift lalu memasukinya.

Sesampainya di lantai bawah, banyak Karyawan yang menyapanya namun ia tidak menjawabnya. Wajahnya yang datar dan ketampanannya yang terpancar membuat banyak orang tergila-gila akan dia serta berharap bisa menjadi pasangannya. Karena menurut kabar yang menyebar, Pria tampan itu adalah seorang Duda.

**

Mobil mewah melaju dengan kecepatan sedang menuju ke sebuah pemakaman.

Sepatu kulit Pria tadi ia daratkan di atas tanah dengan sebuah bunga mawar yang ukuran lumayan besar berada di pelukannya.

Kakinya terus melangkah hingga berhenti di salah satu makam seseorang. Tertera dengan indah di batu nisan itu sebuah nama yaitu Azkia.

Pria itu meletakkan bunga yang ia bawa lalu jari-jarinya terangkat mengelus batu nisan itu.

"Apa kabar, Sayang?" ucapnya dengan suara berat.

Pria yang di sebutkan adalah Garvin Almajaya. Satu bulan yang lalu ia baru saja keluar dari kukungan penjara yang telah mengurungnya selama belasan tahun. Banyak yang sudah ia lewatkan selama belasan tahun ini, hidupnya terlihat sangat kacau walaupun terlihat dari luar ia baik-baik saja.

Saat ini ia sedang mengurus perusahaan Pandu yang sebelumnya telah di tanganin oleh Ardi selama beberapa tahun terakhir ini di karenakan Pandu sudah memilih untuk menghabiskan masa tuanya bersama sang Istri.

Garvin Almajaya, walaupun berita yang menggemparkan media beberapa tahun yang lalu, itu sama sekali tidak berpengaruh pada perusahaan. Karena dalam dunia perbisnisan yang di butuhkan adalah kenerja bukanlah masalah pribadi hingga namanya perlahan membaik seiring berjalannya waktu.

"Kamu bahagia gak di sana?" tanya Garvin pada makam Azkia, Istri sahnya.

Garvin dan Azkia memanglah resmi belum bercerai.

Pria itu tersenyum miris menyadari kebodohannya saat ini. Kepala tertunduk ke bawah dengan matanya yang sudah meneteskan air mata. Seketika tubuhnya bergetar, ia menangis.

"I miss you, Dear,"

Tangan Garvin terangkat menghapus air matanya yang membasahi pipinya. Ia menarik ujung bibirnya hingga terbentuklah sebuah senyuman manis.

"Kamu ingat kan kalau kamu pernah buat perjanjian sama aku sewaktu kamu pukul lengan aku pakai tongkat baseball?" ucap Pria berbincang dengan senyumannya yang tak luntur, "aku sama sekali belum minta apapun dari kamu." ucapnya lirih.

"Kalau aku minta kamu balik ..." Pria itu tertawa miris, "... gak mungkin, bukan?" lanjutnya.

"Oleh karena itu, izinin aku yang janji sama kamu," ucap Garvin tulus, "aku janji sama kamu, tiada perempuan lain yang akan bisa mengganti posisi kamu di sini." ucapnya dengan tangannya yang menepuk sekali dadanya.

"You're my first and last. Wait for me there, baby,"

Ini lah akhir kisah kita, kisah sederhana yang mengisahkan sosok Azkia dan Garvin Almajaya.

Semuanya telah berakhir, kini jawaban dari pertanyaan yang di lontarkan Azkia telah telah terjawab. Nyatanya mereka di permukaan bukan untuk menyatu selamanya melainkan hanya sebatas pelengkap kisah yang sifatnya hanya sementara.

Kisah kita selesai tanpa terselesaikan. Sorry and I love you, Baby. ~Garvin

~0o0~

Aku tahu kalian pasti kecewa tapi inilah ending yang sudah aku rencanakan.

Ada gak yang mau kalian ucapin sama Author?

Ada gak yang mau kalian ucapin sama Garvin?

Ada gak yang mau kalian ucapin sama chocolate queen kita yang hebat ini?

AZKIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang