bab 23 : lomba nasional

3.5K 533 57
                                    

Kahaya tidak tidur sama sekali, itu karena Bara yang sangat menyedihkan untuk hari ini. Jika di hari-hari sebelumnya Bara tidak pernah mengeluh, Kahaya merasa bahwa sekarang terjadi perubahan yang sangat sedikit demi sedikit, dan saat ini sudah mencapai maksimal.
 
Bara menjadi semakin mengungkapkan apa pun yang dia rasakan padanya.
 
Dulu Bara tidak akan pernah berkomentar, tetapi sekarang dia akan, saat semua hal terasa tidak baik untuknya.
 
Bagaimana Kahaya akan membiarkan Bara seperti itu?
 
Tentu saja saat itu terjadi Kahaya akan membuka tangannya, dan memeluk Bara untuk menghiburnya.
 
Orang tua Bara bertengkar lagi, saat itu masih pukul 4 pagi, mendengar hal yang berantakan, suara-suara bising itu sangat membuat orang pusing.
 
"Kahaya, aku merindukanmu. Sangat ingin melihatmu.."
 
Nada Bara saat mengatakan kalimat itu begitu menggaruk hati. Seolah-olah jika Bara tidak melihatnya saat itu juga dia akan hancur.
 
Alhasih, kami bersiap-siap pergi kesekolah lebih pagi lagi. Dan hanya duduk mengobrol di tempat duduk depan Market.
 
Padahal sebelum orang tua Bara bertengkar mereka baru saja bertemu sehabis makan seperti biasanya di lapangan, belum sampai satu jam, dan Bara sudah ingin melihatnya lagi.
 
Matanya sedikit tertutup, lalu terbuka lagi saat berusaha untuk menyalin buku di atas mejanya.
 
Lili menyenggol Kahaya yang sepertinya akan terlelap, sambil tertawa dia berkata, "kau terlihat sangat lelah, bawa pulang saja bukuku, catat itu saat matamu terbuka lebar"
 
Menoleh untuk melihatnya, Kahaya menggosok matanya, untuk sedikit membuat dirinya sadar, "aku sangat mengantuk, tetapi aku ingin langsung tidur saat sepulang sekolah dan tidak mengerjakan apa-apa lagi, menunda-nunda pekerjaan itu tidak baik"
 
"Begitulah, betapa susahnya berbicara dengan murid pintar" Lili berceloteh.
 
Karena ulangan harian yang diadakan setiap minggu, dan guru yang selalu mengumumkan nilai tertinggi dilapangan setiap bulannya waktu upacara dilakukan, kelas ini membuatnya seperti dia adalah mahluk jenius.
 
Kenaikan kelas, dan tidak ada perubahan tempat duduk dan juga orang, mereka hanya akan berpindah ruangan. Mungkin itu supaya murid-murid tidak susah lagi dalam memulai pertemanan kembali.
 
Jika ada pertanyaan yang tidak orang mengerti orang itu akan bertanya padanya, jika ada soal yang salah satu saja, orang itu akan bertanya padanya lagi bagaimana jalan keluarnya, bahkan saat mereka sering melupakan mengerjakan PR pun, buku pertama yang mereka cari adalah bukunya.
 
Tentu saja jika Bara sedang berada dikelasnya, objek yang mereka datangi bukan dia lagi.
 
Saat Kahaya terus menggosok matanya yang tidak gatal, Lili menunjuk kepapan tulis, "aku masih bertanya-tanya, bagaimana kau dan Bara bisa mengerti menjawab soal-soal dengan angka-angka ini"
 
Dengan lesu Kahaya menjawab, "sebenarnya jika kau berusaha belajar, kau juga akan mengerti bagaimana mengerjakannya Lili"
 
Kahaya tertelungkup lagi dimeja, dan matanya tanpa sadar melihat kotak pensil nya dimana ada handphone disana yang menyala, yang menandakan adanya pesan baru.
 
Tanpa melihatpun, Kahaya yakin bahwa itu dari Bara.
 
"Sepertinya itu bukan dalam kemampuanku, sudah 1 tahun aku belajar hal-hal tersebut dari guru yang sama, dan diajari olehmu juga sebagai tutorku secara gratis, sekarang kita sudah dikelas 8, sebentar lagi kelas 9, aku sibuk memikirkan saat lulus dari sekolah ini, bagaimana aku akan melanjutkan hidup, jurusan apa yang harus aku ambil, dan sebenarnya apa kemampuanku?" Lili memperhatikan didepannya sambil menjaga dagu ditelapak tangan.
 
Mata Kahaya berkedip untuk menjernihkan kantuknya, dia menggeser posisi untuk mendengarkan keluhan Lili yang putus asa dengan seksama.
 
"Ini sudah UTS, dan sebentar lagi UAS, tidak beberapa bulan lagi kita naik kelas 9, apakah kau dan Bara sudah memikirkan akan melanjutkan SMA atau SMK?" Lili bertanya dengan rasa ingin tahu.
 
Tidak ada yang tidak tahu sekarang bahwa Kahaya dan Bara adalah sepupu, banyak yang bertanya mengapa mereka selalu terlihat berdua, makan berdua, tidur di kursi berdua, walaupun mereka tidak pernah sekalipun beruntung memiliki kelas yang sama.
 
Maka dari itu, setiap kali Kahaya lewat, anak-anak yang ingin mencari Bara tetapi tidak menemukannya, akan selalu bertanya pada Kahaya. Dan beruntungnya, Kahaya selalu tahu dimana Bara berada, karena Bara akan selalu memberitahukan padanya apa yang akan dia lakukan.
 
Contohnya, saat Bara dipanggil keruang guru, Bara akan mengirim pesan, seperti : Kahaya, aku akan keruang guru sebentar.
 
Atau: Bu Kelly menyuruhku untuk ikut organisasi osis, sepertinya aku akan mempertimbangkannya.
 
Semuanya akan diberitahukan padanya.
 
Sehingga setiap kali orang bertanya apapun topik tentang Bara, Kahaya secara menakjubkan akan tahu bagaimana menjawab
 
Dikenaikan kelas 8, Bara secara tiba-tiba tertarik untuk mengikuti kegiatan osis, dia mengatakan bahwa dia hanya ingin dikenal oleh guru-guru guna meningkatkan nilainya.
 
Tetapi Kahaya sangat tau bahwa Bara bergabung dengan osis bukan untuk hal itu, Bara memiliki penghalang untuk berbicara didepan umum, dia cenderung juga tidak mampu menstabilkan ekspresinya, dan kata-katanya. Osis adalah kegiatan yang sangat spektakuler untuk memperbaiki hal tersebut.
 
Entah kapan Bara menjadi semakin berkembang. Bara sangat bersinar selama berjalannya waktu, dia menjadi sangat sempurna, baik dimata guru maupun dimata anak-anak sekolah ini.
 
Tanyakan saja pada mereka apakah mereka mengenal Bara, dan mereka akan mengangguk dan memberitahukan nama lengkapnya.
 
Bara sangat terkenal.
 
Pencalonan anggota osis, dan dia ditunjuk untuk menjadi ketuanya. Ditambah dengan dikelas 7, Bara menjadi juara umum dengan nilai tertinggi.
 
Kembali lagi, sekarang, siapa yang tidak mengenal Bara nya tersayang?
 
Kahaya merasa sangat bangga padanya.
 
Tetapi dia tidak tau kapan situasinya berubah, seperti yang menjaga dia saat ini bukanlah Kahaya lagi, tetapi Bara. Dan penjagaan Bara padanya begitu--- ketat.
 
Brukk!
 
Buku-buku terjatuh diatas lantai, Kahaya mengambil itu semua satu-persatu, untuk beberapa lama dibantu dengan sepasang tangan yang Kahaya tidak kenal, dia mendongak dan menatap pemuda yang membantunya itu, berkata, "terimakasih"
 
"Sama-sama" pemuda itu berkata.
 
Setelah memunguti semuanya, pemuda itu memberikan semua buku itu pada Kahaya dan mengambil bola basket yang dimilikinya di lantai, yang tadinya mungkin dia letakan untuk membantu Kahaya mengambil buku-buku yang lumayan banyak ini,  "aku Nizar, kau Kahaya bukan?"
 
Tidak bertanya bagaimana dia mengenalnya, Kahaya hanya mengangguk, "iya"
 
Tersenyum, Nizar bersemangat, "aku berada dikelas 8C, aku juga teman sekolah dasar Lili, dia banyak berbicara tentangmu"
 
Yah, Kahaya tidak merasa heran jika Lili terlalu banyak berbicara tentangnya, melihat dari awal sekolahnya ini dimulai Lili sangat antusias padanya menceritakan semuanya dari segi apapun kehidupan tentang dirinya atau orang lain. Bahkan, kisah hidup nenek kakeknya pun juga turut diceritakan padanya.
 
"Ini buku-buku ujian minggu ini?" Nizar bertanya sambil menunjuk buku yang sekarang tertata rapi di tangan Kahaya.
 
Kahaya menjawabnya dengan senyuman, "ya, bu Kartika menyuruhku menaruhnya dimeja"
 
Nizar melihat tumpukan buku ditangan Kahaya dan berfikir bahwa tata letak kelasnya satu arah dengan kantor guru, menawarkan, "mau aku bantu membawakan?"
 
Merasa itu terlalu merepotkan, Kahaya akan menolak sebelum suara yang baru datang menghentikan kata-katanya.
 
"Ada apa Kahaya?"
 
Bara datang, tanpa kata-kata mengambil semua buku itu dari tangannya, dan bertanya pada Kahaya sambil mengerutkan kening.
 
Kahaya tidak tahu kenapa Bara mengerutkan kening saat ini, apa yang tidak dia sukai? Terkadang, suasana hati Bara memang sangat susah ditebak.
 
Lalu, Bara menghadap kedepannya, berada ditengah-tengah antara dia dan Nizar.
 
Alis Bara yang berkerut menandakan bahwa dia tidak senang akan sesuatu, mungkin hanya itu kebiasaan Bara yang masih ada, dan mungkin tidak disadari oleh Bara sendiri, tetapi Kahaya dengan cepat melihat ekspresi Bara yang berubah dengan cepat saat dia berbalik darinya dan berhadapan dengan Nizar.
 
Kahaya melihat Bara tersenyum ramah dan mengucapkan terimakasih karena ingin membantu Kahaya, dengan tangan yang menepuk bahu Nizar perlahan, Kahaya melihat Bara berbasa-basi dengan Nizar, untuk beberapa menit yang singkat mereka terlalu asik dalam pembicaraan seperti layaknya teman dekat.
 
Hanya untuk beberapa menit itu pun mereka menjanjikan pertemuan untuk bermain basket bersama sebelum Bara mengusir Nizar dengan halus.
 
Kahaya melihat Nizar yang pergi dengan kepala dimiringkan, berusaha menerka-nerka bagaimana Bara bisa begitu mudah sekarang dalam memanipulasi seseorang, dan mengontrol situasi.
 
"Apa yang kau lihat Kahaya?" Bara memegang pipi Kahaya untuk mengarahkan mata gadis itu padanya.
 
Mata Kahaya sekarang diarahkan hanya pada wajah Bara, dan mulutnya mengeluarkan kalimat secara otomatis, "tidak ada"
 
"Kau mengenal dia? Aku tidak tau bahwa kau memiliki kenalan di kelas 8C" Alis Bara berkerut lagi, dia menatap mata Kahaya, dan gerakan jari di wajahnya untuk mengelus bergerak bolak-balik di pipinya.
 
Kahaya ingin tersenyum. Terkadang Bara sangat lucu, bagaimana semua orang yang ditemuinya atau dekat dengannya harus melalui Bara lebih dulu.
 
"Ada berjuta-juta orang didunia ini Bara, kita tidak akan bisa memprediksi akan bertemu siapa kita nanti" Kahaya ingin melihat kearah lain, tetapi telapak tangan Bara yang telah tumbuh menjadi lebih besar, dan sangat hangat dipipinya itu menghentikan dia.
 
"Dia tidak baik Kahaya, dia terkenal mempermainkan gadis-gadis di sekolah" Bara berkata dengan tegas.
 
Saat itulah Kahaya tidak bisa menahannya lagi dan tertawa, "aku tidak tertarik padanya Bara, lagipula apa hubungan dia dan gadis-gadis lain bukanlah urusanku, kita masih SMP tahun ke 2 sekarang, hal-hal seperti itu mungkin hanya untuk mereka bersenang-senang, menjalin hubungan saat kita masih sekecil ini, aku tidak yakin itu akan bertahan lama. Nizar hanya membantuku untuk mengambil buku-buku ku yang jatuh tadi"
 
Kahaya menjelaskan panjang lebar pada Bara agar dia mengerti, tetapi sepertinya Bara yang telah tumbuh sekarang menjadi anak yang susah untuk Kahaya mengerti lagi.
 
Kahaya melihat alis Bara berkerut lagi, sebelum hanya mengistirahatkan telapak tangannya di pipi Kahaya lebih lama lagi, menatap mata Kahaya dengan alis yang berkerut itu, Kahaya ingin mengalihkan padangannya karena merasa sedikit tidak nyaman, tetapi itu selalu dicegah oleh telapak tangan Bara yang memaksa mengarah padanya lagi.
 
Kahaya tidak punya pilihan lain selain menatap mata Bara juga, itu berlangsung cukup lama, dengan hanya mereka saling menatap. Dia tidak tau lagi dengan apa yang ada dipikiran Bara.
 
Setelah beberapa lama, untuk jangka waktu yang panjang, barulah Kahaya mendengar Bara berkata, "Jangan bertemu dia lagi" 
 
Kahaya menjawab itu dengan senyuman, dan kalimat, "baiklah"
 
Bukan sekali dua kali hal ini terjadi, Kahaya seharusnya berbicara dengan Bara untuk meluruskan bahwa dia dekat dengan siapa adalah kehendaknya, tetapi dia tidak ingin berdebat dengan Bara, jadi dia membiarkan saja semuanya berjalan seperti itu.
 
Tetapi Kahaya tidak tahu, bahwa hal yang berlarut-larut dibiarkannya ini, akan membuatnya lebih terperangkap lagi dimasa depan.
 
Karena Bara yang masih ada rapat osis di jam ini, Kahaya diistirahatkan oleh Bara di ruang UKS yang tidak ada siapapun didalamnya, ini sudah jam satu siang, jam 12 siang adalah waktu pulang mereka.
 
Melihat 10 lembaran soal-soal, dan membuka buku catatan Bara dikelasnya yang tidak terbaca, Kahaya bersantai di ranjang UKS sambil mengerjakannya.
 
Tulisan Bara sangat bisa dibilang kurang bisa dibaca oleh sembarang orang, beruntung Kahaya selalu melatihnya, sekarang tulisan Bara sedikit lebih rapi daripada awalnya.
 
Yang memiliki kunci atas ruang UKS adalah anak-anak organisasi kesehatan, tetapi entah mengapa Bara juga memiliki kunci cadangan untuk ini. Mungkin karena dia adalah ketua osis?
 
Kahaya merasa sangat nyaman, dengan posisinya saat ini, melihat arah pintu UKS, dia tidak perlu terlalu khawatir orang akan masuk, karena Bara menguncinya dari luar.
 
Ya, Bara menguncinya dari luar.
 
Mungkin itu juga karena Bara tidak ingin ada orang lain yang memasuki ruang UKS ini saat Kahaya sedang sendirian, maka dari itu setiap kali Bara meninggalkannya pergi, Bara akan cenderung mengunci ruangan yang ada dirinya dari luar.
 
 
Kahaya sempat meminta kunci itu dari Bara, lebih praktis saat dikunci dari dalam saja, tetapi Bara mengatakan bahwa dia takut jika nanti Kahaya akan membukakan pintu untuk sembarangan orang, sehingga setiap kali Kahaya ditinggalkan sendirian di satu ruangan tanpa adanya Bara, Bara akan menguncinya didalam dan membawa kunci itu.
 
Bukan hanya ruangan ini, Bara bahkan memiliki kunci ruang guru padanya, gudang sekolah yang memiliki sofa bahkan dia punya juga, dan ruang-ruang lain yang ada disekolah ini.
 
Hari ini karena anak organisasi kesehatan tidak memiliki pertemuan, maka UKS ini menganggur, Bara mengetahui jadwal mereka karena akan ada laporan tiap minggu. Kahaya merasa bahwa disituasi ini Bara terlihat sangat berkuasa dan dewasa, tetapi saat disituasi rapuhnya Bara akan berubah menjadi anak yang sangat manja dan melekat.
 
Nilai Bara di Bahasa inggris stabil, begitupun Kahaya. Anak-anak sekolah ini memiliki kursus lengkap mata pelajaran setiap sorenya diluar, Lili pun didaftarkan oleh ibunya, tetapi mungkin karena Lili tidak bisa menangkap, itu menjadi sia-sia saja untuknya.
 
Kahaya sendiri tidak terlalu handal di pelajaran Bahasa inggris. Nilai mereka di Bahasa inggris menurutnya rata-rata seperti anak-anak lain, tetapi Bara sangat-sangat jenius di Matematika, dan pelajaran lainnya, itu terkadang membuat Kahaya tidak bisa berkata-kata.
 
Ada 45 juta lebih simpanan uang Kahaya dan Bara di bank sekarang.
 
Gaji Kahaya tiap bulannya 800 ribu. Gaji Bara tiap bulannya bekerja di warnet 650 ribu.
Bantuan dari sekolah 750 setiap dua bulan mereka dapatkan dari program kartu KIP.
 
Itu pun sudah ditambah dengan uang 9.401.000 simpanan Kahaya sebelumnya, yang terkurang untuk membeli sepeda.
 
Harian 20 ribu Kahaya tidak termasuk karena itu Kahaya kumpulkan untuk dana harian mereka, termasuk hadiah lomba-lomba yang sudah banyak Bara dan Kahaya menangkan antar sekolah.
 
Kalau difikir-fikir uang harian dan lomba-lomba itupun sudah melebihi 4 celengan yang ada dikamarnya, Kahaya berfikir untuk membuka 4 celengan plastik itu dan menghitungnya, karena dia berencana untuk membeli beberapa baju lagi untuk mereka.
 
Terakhir kali Kahaya dan Bara membeli baju adalah tahun lalu, itupun sebelum memasuki SMP 26, karena tidak adanya terlalu keperluan memakai baju bebas, mereka akan selalu memakai seragam sekolah untuk pergi kemana pun, ditambah ditahun ini Bara yang mengikuti kegiatan osis yang sibuk, sehingga waktu mereka disekolah lebih banyak daripada diluar.
 
Atau haruskah uang itu ditabung saja di bank?
 
Tidak, sepertinya membeli beberapa jaket untuk luaran seragam sekolah, dan 3 buah baju dan celana untuk mereka masing-masing masih harus dilakukan. Simpanan Kahaya dan Bara sudah cukup banyak, dan gaji Bara dan Kahaya juga masih akan terus diberikan setiap bulan, ada baiknya memboroskan hidup sekali-kali untuk lebih menikmatinya.
 
Lagipula bantuan sekolah di setiap jenjang pendidikan semakin tinggi. Kahaya masuk ke akun miliknya dan memberikan komentar pada website pemerintah, disana dia berterimakasih pada mereka karena telah menciptakan program bantuan kartu KIP bagi pelajar.
 
Tingkat sma/smk akan mendapat 1.000.000 setiap 2 bulan dalam setahun.
 
Belum lagi jika dia memenangkan lomba akan mendapat kurang lebih 300 ribu ditingkat SMP, jika di jenjang lebih tinggi lagi hadiahnya akan semakin naik.
 
2 bulan lalu Kahaya dan Bara resmi membuka rekening bank kids, yang ternyata bisa dibuka tanpa wali, akan tetapi syaratnya adalah memiliki kartu pelajar dan ada surat rujukan yang di tanda tangani oleh wali atau guru. Kahaya meminta Pak Gio saja untuk menandatangani suratnya, saat dia sekalian membeli paket di konter handphone Pak Gio.
 
Beruntungnya negara ini sudah cukup maju untuk ini, walaupun mata pegawai bank saat melihat uang yang di tabungkan Kahaya dan Bara hampir keluar dari rongga nya.
 
Entahlah, mungkin sangat jarang ada anak seumuran dia yang memiliki uang sebanyak itu untuk ditabung, dan terlebih lagi mereka berdua tidak membawa orang tua, atau wali yang mendampingi.
 
Entah berapa puluh pertanyaan yang ditanyakan pegawai bank sebelum semua prosedur pembukaan rekening selesai. Karena tidak mau terlalu ribut, Kahaya hanya membuka satu rekening, setiap bulan dari dua bulan lalu, setiap gaji Kahaya dan Bara akan ditabungkan disana.
 
Sedangkan untuk uang harian, uang lomba, dan uang eksternal lainnya yang mereka dapat, akan dia letakkan di lemari untuk keperluan harian, dan sebagian di masukkan dalam celengan untuk keperluan mendadak.
 
Mengerjakan soal diatas ranjang UKS yang empuk memang menyebarkan fokus, Kahaya meletakkan kepalanya di sana hanya untuk bersandar, tetapi karena kekurangan tidur Kahaya menjadi sangat mengantuk, dan dia tertidur..
 
Saat terbangun lagi itu karena ada yang menggelitik di matanya, dia berkedip beberapa kali untuk merasakan lengan di pinggang yang memeluknya dengan tidak asing.
 
Bara sangat menyukai kontak fisik dengannya, berpegangan tangan, memeluk, memainkan rambutnya, dan satu lagi, mencium matanya, itu adalah hal favoritenya.
 
Kahaya tidak tau mengapa tetapi setiap kali Bara akan membangunkannya bukanlah dengan sebuah tepukan, atau kalimat 'hei, bangun' layaknya orang-orang lain, tetapi Bara akan menciumi matanya sampai Kahaya bangun, itu benar-benar menggelitik, dan Kahaya akan benar-benar bangun karena kelakuannya.
 
Melihat Bara yang tersenyum tepat didepan matanya, Kahaya dengan lesu berbicara, "jam berapa?"
 
"Masih pukul 2, kita belum makan siang, tidak lapar?" Bara menjawab dengan tangannya yang menggosok mata kantuk Kahaya.
 
Mereka berada diranjang UKS yang cukup sempit untuk 2 orang, jika lengan Bara tidak memeluknya mungkin dia akan jatuh dari lama.
 
Kertas-kertas yang berserakan di atas ranjang sebelumnya sudah tertata rapi di sebelah meja tempat obat-obatan di letakkan.
 
Kahaya sangat enggan untuk bangun, tetapi dirasakan lama-lama, perutnya juga lapar, kebiasaan memang susah diubah, Kahaya dan Bara akan selalu makan siang tanpa kecuali pada jam-jam ini.
 
"Bangunkan aku Bara, aku seperti tidak ada tenaga lagi sekarang" Kahaya bergumam pada Bara.
 
Bara tersenyum, mencium mata sebelah kanannya sebelum melepas pelukan mereka dan bangkit, dia memeluk Kahaya lagi untuk mendudukkan nya di ranjang, berkata, "ada olimpiade nasional tahun ini, apa kau berencana untuk mendaftar Kahaya?"
 
"Nasional?"
 
Bara mengangguk, sebelum tanpa kata berjongkok dan memakaikan sepatu pada Kahaya yang tengah duduk di ranjang, yang masih membuka dan menutup matanya untuk mengumpulkan nyawa.
 
"Kuotanya hanya 20 orang yang didapat SMP 26, dilaksanakan di kota ini, hadiahnya adalah 50 juta perkelompok"
 
Ada saat Kahaya bertanya-tanya, mengapa Bara memilih topik ini untuk dikatakan saat Kahaya belum bangun sepenuhnya seperti ini, ternyata dia tahu sekarang.
 
"50 juta?!" Tersentak, Kahaya hampir berdiri dari ranjang, tetapi Bara dengan lembut menahan dan mendudukkannya lagi.
 
"Ya, tapi itu perkelompok, dan 20 orang itu juga adalah pilihan dari guru, Bu Kartika menawariku, dan dia memberikan leluasa untuk memilih orang dikelompokku sendiri, besok baru akan ada penerbitan di mading sekolah" Bara terus menjelaskan.
 
Kahaya mendengarkan dengan sangat seksama, matanya bahkan hampir tidak berkedip.
 
"Sayangnya perkelompok itu harus ada 3 orang, aku mengenal satu orang lagi yang aku rasa mampu" Bara mendongak saat dia telah selesai memakaiakan sepatu Kahaya, " juara pertama adalah 50 juta tabungan pendidikan, juara kedua 30 juta tabungan pendidikan, dan juara ke tiga 10 juta tabungan pendidikan"
 
Semakin Kahaya mendengarkan semakin matanya berbinar, "besar sekali, siapa yang menyelenggarakannya?"
 
"Ruang guru, karena mereka akan merilis kursus online tahun ini, mungkin mereka berusaha mengenalkan diri pada anak-anak sekolah"
 
Kahaya mengangguk-angguk, sebelum dengan bersemangat menyuarakan, "baiklah, kita ikut"
 
Jarang-jarang akan ada lomba berhadiah sangat besar seperti ini, lebih beruntung lagi itu dilaksanakan di kota ini. Walaupun uang 50 juta itu akan terpotong untuk 3 orang dan dana sekolah, kurang lebih yang akan didapat satu orang adalah 15 juta, jika disatukan uangnya dan Bara, mereka bisa mendapat 30 juta.
 
Memikirkannya saja sudah membuatnya sangat bersemangat.

Leave me, and I die (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang