bab 7: akan tertinggal

6.3K 837 22
                                    

Mata Kahaya mengelilingi semua tempat dan berkata. "Bara, kau tau, ukuran sekolah ini berkali-kali lipat dari sekolah dasarku"

Kahaya mengatakan kata hatinya, dia sendiri merupakan orang yang sangat jarang berbicara tentang dirinya sendiri, karna terlalu takut akan membuat orang bosan.

Tetapi saat di hadapkan dengan perhatian Bara yang selalu memusatkan semuanya padanya, seperti layaknya murid yang patuh, Kahaya akan kerap mengatakan apa yang difikirkannya secara tidak sadar pada Bara.

Baru saat itulah Bara melihat sekeliling, lalu mendengarkan gadis di sampingnya berbicara lagi tanpa memotong.

"Sekolahku sendiri sangat kecil, walaupun cukup banyak murid pintar disana, tetapi karena bangunannya yang sangat tua, mereka tidak memiliki predikat unggul sama sekali. Hanya terkenal sesekali memenangkan penghargaan antar kota saja. Cukup beruntung bahwa SMP 26 mengenalnya, dan menyisihkan kuota untuk sekolah dasarku, jika tidak, aku sendiri tidak tau betapa repotnya nanti bersaing dengan banyaknya orang yang ingin memasuki sekolah ini." Kahaya menggiring mereka berjalan ke arah pohon teduh yang mempunyai tempat duduk di pinggir lapangan.

Di seberang lapangan diberikan halaman berumput yang cukup luas, di tanami 3 pohon berukuran sedang, yang di letakan 5 bangku berderet di bawah pohon.

Kahaya menginjak rumput yang lembab.

Dia ingat semalam turun hujan, dan saat ini masih pagi, sehingga mereka belum mengering. Bangku di bawah pohon juga basah sehingga Bara dan Kahaya tidak punya pilihan lain selain terus mengitari lingkungan sekolah.

Kahaya menghentikan langkahnya, dan dibenaknya timbul pertanyaan yang dia suarakan, "bagaimana sekolahmu sendiri Bara? Coba katakan, aku ingin mendengar ceritamu"

Bara merenung sebentar, berfikir apa yang merupakan hal yang ingin dia ceritakan tentang sekolahnya yang menurutnya penting. sejenak, lalu dia menyerah. "Itu cukup besar.. bersih seperti ini"

Dia selesai mengatakan semuanya, tetapi gadis itu masih menatapnya, Bara tau bahwa dia sedang menunggu kalimat selanjutnya.

Tetapi dia sendiri juga sulit mengatakan apa yang harus dia ceritakan, semuanya sangat biasa, dan tidak ada artinya. Jadi dia hanya bisa mengatakan yang sebenarnya. "Sudah.. hanya itu saja Kahaya"

Kahaya tidak tahu harus menangis atau tertawa. Tetapi dia terus melanjutkan bertanya. "Maksudku apa saja yang biasa kau lakukan di sekolah Bara?"

Bara memikirkan, dan berbicara. "Memperhatikan guru di kelas, duduk, lalu pulang" Kahaya hampir tesedak mendengar jawabannya yang singkat.

Dia lupa bahwa Bara sendiri tidak memiliki uang, sehingga tidak membutuhkan uang untuk makan dikantin, tidak mempunyai teman, sehingga dia tidak membutuhkan berbincang dengan yang lain.

Kegiatan apa? Apa yang dipertanyakannya ini hanya akan menambah luka dihati Bara. Dasar bodoh Kahaya.

Lalu apakah kehidupan yang dijalani Bara hanya seperti itu?

Pergi ke sekolah, hanya sendirian dikelas, atau mungkin tidur sendirian di kursinya, tidak ada yang mendekatinya, karna dia memiliki penampilan yang kumal, dan tidak terurus. Bahkan guru sudah lelah menanyakan mengapa, karna dia tahu, Bara sendiri sangat sulit untuk diajak bicara.

Betapa, dia tidak bisa membayangkan.

Kahaya tidak ingin meneruskan topik menyakitkan ini lagi, dia menuntun Bara menuju kantin, dan sepanjang perjalanan itu dia tidak berbicara.

Kantin berada di ujung lapangan. Cukup besar, banyak kursi yang di letakan. Dia melihat menu-menu besar yang tercetak di kantin, yang memasang semua menu makanan, seperti gorengan, bakso, nasi goreng, es teh manis, Dll.

Leave me, and I die (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang