Saat bangun dari tidurnya pagi-pagi sekali, Kahaya merasakan badannya sangat lesu, perutnya juga sedikit sakit, semakin bertambahnya jam rasa sakit diperutnya tidak bisa Kahaya tahan lagi.
Di sekolah dia bolak-balik memasuki kamar mandi, Bara yang selalu berada di sisinya memperhatikan itu dan meminta izin untuknya dari awal mata pelajaran pertama sampai akhir jam sekolah, sehingga Kahaya bisa dengan bebas berleha-leha di ruang UKS yang jarang ada penghuninya ini.
Lomba dilaksanakan di SMP 3 yang merupakan salah satu SMP terbaik dikota ini selain SMP 26.
Sebelum masuk ketanggal kedatangannya, Bu Kartika yang merupakan guru pembimbing, memanggil mereka untuk ditanyai tentang persiapan apa saja yang telah mereka lakukan.
3 hari sebelumnya, Bu Kartika juga ikut serta dalam pelajaran mereka, karena kuota untuk lomba ini sangat terbatas, anak-anak yang terpilih dalam mengikuti lomba ruang guru
se-provinsi mendapat latihan terlebih dahulu.
Karena hanya 3 hari singkat, Kahaya memaksakan tubuhnya untuk mengikuti, lagipula sudah 5 jam dia tidur di UKS, perutnya sudah merasa sedikit lebih baik sekarang.
20 orang tepat ada dikelas ini, salah satu orang yang bernama Ratama yang merupakan orang yang paling bijaksana menurut Kahaya.
Ratama mengeluarkan semua soal-soal yang telah dia klip, menunjukkan semua pada mereka, "ini merupakan contoh soal-soal sebelum, yang mungkin akan keluar nanti. Aku berhasil mengumpulkannya dari internet, dan kurasa akan cukup membantu untuk kita nanti"
Wajah- wajah 20 orang disekelilingnya sudah tidak asing lagi, mereka adalah para juara dikelas-kelas yang ada, bahkan Kahaya ingat nama kakak kelas mereka yang akan lulus sebentar lagi dari smp 26.
Sepertinya lomba ini benar-benar mengugah selera para murid-murid lainnya.
Walau dia bukan anggota osis, Bara sering mengajaknya ke kelas-kelas lain untuk menjadi pengawas, terkadang ada meeting yang membuat jam menjadi kosong dipelajaran acak.
Banyak murid yang susah diatur membuat Kahaya bahkan bisa tidak melihat Bara untuk satu hari penuh di sekolah ini, beberapa hari kemudian Bara mengajukkan untuk membuatnya ikut serta dalam pengawasannya.
Membuatnya hanya untuk membawa kertas dan pena dibelakang, Kahaya tidak tau kenapa, tetapi karna dia juga tidak memiliki apapun di jam pelajaran kosong, Kahaya hanya akan mengikuti Bara.
Karena awalan Ratama, semua anak yang takut belum melakukan persiapan yang cukup berbondong-bondong maju kedepan untuk berebut melihat soal-soal itu, ingin memperhatikan apakah soal itu sama dengan apa yang mereka dapatkan di internet atau tidak
Saat itu saat pulang sekolah, masih cukup awal yaitu pukul 12 lewat 6 menit saat waktu kelas pelatihan 20 orang ini diadakan, didepan adalah Bu Kartika yang di kerumuni banyak muridnya, sedangkan yang masih duduk tenang di kursi hanya ada 5 orang, mereka membalik kertas-kertas mereka, melakukan apa yang mereka sibukkan sendiri.
Kahaya dan Bara merupakan salah satu anak yang ada di lima orang tersebut, mereka berdua duduk tenang di tempat paling belakang, berjarak sangat jauh dari gerombolan orang-orang ramai didepan.
Bara memilihkan tempat duduk ini, bahkan dikelasnya Bara memilih tempat duduk paling belakang untuk kepunyaannya.
Kahaya tahu dari hal yang Bara lakukan secara tidak sadar bahwa Bara merupakan orang yang tidak menyukai keramaian, walaupun sebagai ketua osis seharusnya Bara selalu bergumul dengan orang-orang setiap harinya.
Saat itulah Rahayu yang sedang mendiskusikan soal-soal dengan semangat sangat tinggi, berlarian kearah mereka.
Kahaya melihatnya, lalu melihat Bara disampingnya.
Rahayu, ''Aku berhasil mendapatkan soal-soal ini dari Bu Kartika, entah kenapa aku tidak bisa menjawab 3 soal dari 10 soal ini, bantu aku menjawabnya''
Untuk kebutuhan data diri lomba, para murid diwajibkan untuk mengumpulkan foto 3x4 sebanyak 3 lembar, serta mengisi formulir data diri.
Rahayu sangat cantik, Kahaya melihat ibunya juga kemarin saat mereka sedang mendaftar ke SMP 3.
Ada banyak murid yang ditemani orang tua mereka untuk mendaftar, tetapi hanya Rahayu yang dengan cemerlang membawa kedua orang tuanya dalam pendaftaran yang bisa dilakukan seorang diri itu.
Rahayu mengeluarkan lembaran soal itu pada Bara. Kahaya melihat Bara yang bahkan tidak mendongak menatap Rahayu yang jelas-jelas didepannya itu dengan perasaan asing yang.. cukup senang?
Tetapi dengan senyuman, Rahayu mendekati Bara dan meraih tangan Bara, tidak merasa salah dengan sikap dingin yang diberikan Bara sedikitpun, dan malah membujuk terus menerus Bara dengan semua kalimat manis yang dia miliki.
Walaupun tidak ada ekspresi di wajah Bara, Kahaya tau bahwa saat ini Bara sangat tidak sabar, mungkin karena ingin cepat-cepat tidak diganggu, Bara mengambil buku itu untuk dilihat sebelum mengerjakan soal melingkar yang tidak mampu dijawab oleh Rahayu.
Saat Bara telah selesai mengisi 3 soal itu bahkan tidak sampai beberapa menit, Rahayu membalik lembar bukunya lagi, memperlihatkan pada Bara bahwa masih ada banyak soal yang lainnya.
Saat semua soal telah selesai dijawab oleh Bara, Rahayu benar-benar bertanya soal apa yang sedang dikerjakan Bara, menarik buku Bara, dan melihatnya untuk dilihat sendiri.
Kahaya melihat 2 orang itu, Bara yang berwajah tanpa ekspresi, dan Rahayu dengan senyum cantiknya yang sangat ceria dan membujuk dengan Bara yang tanpa ekspresi.
Kahaya tidak tau apa perasaan ini sebenarnya, tetapi dia merasa seperti orang yang menganggu gambaran sempurna dari kedua orang yang memang benar-benar cocok.
Bermaksud untuk pergi saja, Kahaya berdiri.
Tetapi sebelum dia bisa beranjak dari kursinya, Bara memegang tangannya, "kemana?"
Melihat Rahayu yang juga melihatnya, Kahaya melihat Bara dan mengatakan alasannya, "kamar mandi"
Tanpa kata-kata, Bara mulai beranjak juga dari kursinya, Kahaya tau bahwa dia akan mengikuti, tetapi entah mengapa suasana hatinya saat ini sedang tidak benar. Dia melepaskan genggaman tangan Bara dari lengannya, berkata dengan setenang mungkin, "Itu tidak perlu, aku bisa sendiri"
Saat Kahaya pergi, dia sempat berbalik, hanya untuk melihat Bara linglung memperhatikan tangan miliknya.
Saat Kahaya keluar dari kamar mandi SMP 26 yang terpisah dari laki-laki dan perempuan, dia melihat Bara berdiri di lorong luar.
Karna ini jam pulang, hanya sedikit murid yang lewat.
Kahaya merasa sangat implusif, apa sih yang dia lakukan, dia tau bahwa dia iri pada Rahayu, Rahayu cantik, memiliki segalanya, pintar, dan orang tua yang sangat mendukung hadir dalam hidupnya, sudah sesempurna itu dan dia ingin mengambil Bara juga?
Tapi jika Bara ingin memiliki hubungan dengan Rahayu, apa jadi yang harus dia lakukan, selama Bara bahagia maka dia juga harus merestuinya, dan keduanya juga terlihat cocok, jika nanti Bara keluar dengan Rahayu dia juga harus membiarkan mereka dengan rela.
Saat Kahaya terus berfikir seperti itu, pipinya basah oleh air yang berasal entah dari mana.
Apa sedang hujan?
"Apa aku melakukan kesalahan Kahaya?"
Bara datang dengan kalimatnya.
"Tidak Bara, aku hanya merasa tidak enak badan. Aku rasa.. aku akan pulang sekarang"
Selesai mengatakan itu, dia melewati Bara hanya untuk dihentikan.
Kahaya merasakan getaran di telapak tangan Bara saat dia dengan erat mengenggam lengannya.
"Aku melakukan kesalahan kan?"
Suara Bara bergetar.
Cukup Kahaya, apa yang kau lakukan ini. Tetapi sepertinya Kahaya sangat sensitif hari ini, dia hanya ingin waktu sendiri, dia tidak punya cukup tenaga untuk menghibur Bara.
Melepaskan genggaman tangan itu lagi, Kahaya berkata dengan lelah, "aku akan pulang dulu"
Menaiki angkutan umum, Kahaya merasakan bahwa nyeri di perutnya mulai lagi, ini sangat menyakitkan.
Saat menaiki tangga nyeri diperutnya semakin tak tertahankan, dia terkapar diatas kasur saat merintih merasakan rasa sakitnya.
Saat dia menangis karena kesakitan, Kahaya tidak sengaja tertidur diatas kasurnya.
Tidak terasa dari itu, ketukan dan suara Bu Mustofa membuatnya terbangun, "Kahaya, nak, apa kau baik-baik saja didalam?"
Tidak seharusnya anak ini seperti ini. Ini membuat Bu Mustofa khawatir. Sudah pukul 5, semuanya telah siap, dia bertanya pada ketiga karyawan wanita yang dia miliki, tetapi jawaban dari mereka hanyalah mereka tidak tau, dan kangkung, kemangi, sambal, lalapan, semua itu Kahaya tidak ikut mengerjakannya.
Hari ini adalah hari piket kamar mandi Kahaya, dan gadis kecil itu tidak mengerjakannya juga, bukan masalah itu yang dia pikirkan, karna keanehan yang tidak biasa dilakukan oleh anak bertanggung jawab seperti inilah Mustofa merasa bahwa mungkin terjadi apa-apa pada Kahaya.
Sakit diperutnya belum hilang, dan cukup dirasakan sakit itu juga menjalar kepinggangnya yang ikut nyeri. Kahaya membuka pintu untuk Bu Mustofa, keringat menetes didahinya, dan rasa sakitnya semakin menjadi-jadi saat dia berjalan.
Dengan letih Kahaya berkata pada Bu Mustofa, "bu, sepertinya saya tidak bisa bekerja dulu untuk hari ini"
Bu Mustofa tidak bergeming saat Kahaya berkata seperti itu, tatapan Bu Mustofa terpaku dibelakangnya, Kahaya menoleh untuk melihat juga.
Tetapi darah yang ada disprei putihnya yang terlihat sangat mencolok membuat jantungnya hampir melompat.
"Kahaya.. kau datang bulan nak?"
Mendengar itu, Kahaya menyuarakan dalam hati. Pantas saja semua menjadi sangat menjengkelkan hari ini. Dia pernah membaca, bahwa hal ini membuat suasana hati wanita menjadi sangat berubah-ubah, dan meledak-ledak.
Bu Mustofa memberikan anak gadis didepannya pembalut yang terisi penuh, minuman pereda rasa sakit dikamarnya juga, dan handuk hangat untuk perutnya yang nyeri, "Kau sudah besar, kau sudah menstruasi, apa ini menstruasi pertamamu, pasti sangat sakit bukan?"
Tanya jawab dengan Bu Mustofa cukup lama, kemudian Kahaya disuruh berbaring lagi untuk istirahat.
Bu Mustofa mengatakan rasa nyerinya akan hilang untuk 2 hari ini paling lama. Setelah memakai pembalut disana, dia dapat merasakan sesuatu yang mengalir, sangat malu, Kahaya menutup mata dan mencoba untuk membiasakan hal tersebut.
Ada ketukan di pintunya lagi yang membuat Kahaya terbangun, hal ini sangat membuatnya kesal, walaupun rasa sakit dari perutnya sudah cukup membaik, membuka pintu untuk melihat siapa yang datang membuat dirinya yang hanya ingin malas saat ini sangat jengah.
Tetapi saat melihat Bara didepannya, Kahaya merasa bahwa dia sedang bermimpi.
Bara ada didepannya, membawa sekantong asoy plastik bewarna putih.
"Bu Mustofa mengatakan bahwa kau belum makan apapun" kepala Bara tertunduk saat mengatakan itu.
Bukan itu yang ingin Kahaya tanyakan sekarang, meraih tangan Bara dengan hati-hati, Kahaya bertanya tentang kain berdarah ini, "apa yang terjadi dengan tanganmu?"
"Aku melakukannya, karna kau tidak menginginkan mereka lagi" kepala Bara masih tertunduk saat dia mengatakan itu.
Melepas kain itu dengan perlahan, Kahaya melihat luka yang membuka. Lukanya sangat lebar dan masih berdarah.
Dengan nafas tercekat, Kahaya melihat Bara yang tertunduk didepannya.
Kahaya tahu bahwa hal ini mungkin akan terjadi, Bara akan mengigit bibir atau kukunya sampai berdarah saat dia sedang panik, saat keadaan itu terjadi selalu ada Kahaya disampingnya untuk menenangkan, sehingga luka yang dibuat Bara tidak akan terlalu parah, dan hanya sebuah goresan saja.
Menyakiti diri sendiri akan terjadi saat Bara merasa Kahaya akan meninggalkannya.
Membawa Bara masuk kekamarnya dengan sangat pelan, Kahaya membuka lemari untuk mengeluarkan kotak P3K yang selalu Kahaya persiapan untuk Bara.
Selama 1 setengah tahun ini, terakhir kali Bara menyakiti dirinya sendiri adalah satu tahun yang lalu, itu karna Kahaya berkata bahwa mimpinya adalah untuk berkeliling ke kota demi kota sendirian, impian Kahaya yang dipendamnya itu membuat Bara ketakutan sehingga jari jarinya berdarah karna betapa kuat Bara mengigit.
Saat Kahaya menenangkan dengan kalimat berdua lebih baik saat berpergian, maka hal itulah yang membuat Bara tenang kembali.
Siang tadi Kahaya 2 kali melepaskan genggaman tangan kanan Bara, hal itu tidak pernah terjadi sebelumnya, dan membuat Bara bertanya-tanya, apa kesalahan yang telah dia perbuat?
Bara menanyakan itu 2 kali dan Kahaya tidak menjawab, karena Bara tidak mendapatkan jawaban dari Kahaya, dia menyimpulkannya sendiri.
Kesimpulan yang Bara ambil adalah kesalahan tangan itu yang tidak berguna sehingga Bara melukai tangan yang tidak berguna itu.
Kahaya sangat mengerti hanya dengan melihat 3 kali saat Bara kambuh, sekarang 4 kali, dan pemicunya selalu adalah Kahaya sendiri.
Menangis saat mengobati luka yang sangat dalam ditangan Bara, Kahaya tidak bisa tidak menyalahkan diri sendiri.
"Jangan tinggalkan aku Kahaya.."
Saat Kahaya menuangkan alkohol ke lukanya, Bara masih sempat mengatakan hal itu.
Tidak ada ratapan kesakitan karna kepedihan alkohol yang saat ini terkena luka ditangannya, tetapi kalimat itu yang hanya dia katakan pada Kahaya saat ini.
Tidak tahan lagi, Kahaya memeluk Bara dengan erat sambil menangis. Perutnya masih sedikit sakit, tetapi sakit dihatinya lebih membuat Kahaya tercekik.
Malam itu masih pukul 9, Kahaya tertidur dipelukan Bara setelah mengatakan semuanya tentang menstruasi, tentang bagaimana saat menstruasi perutnya akan sakit, serta meminta maaf padanya karna sikap kasar Kahaya pada Bara, dia bahkan tidak mengerti lagi apa yang dia katakan sesudahnya, perutnya terasa nyeri lagi.
Saat berbaring ketidakenakan rasa sakit itu sedikit mereda, Bara memijat perutnya untuk membuat dia sedikit nyaman, dan itu memang sangat nyaman sehingga Kahaya tanpa sadar tertidur.
Kahaya bahkan sampai lupa menanyakan tentang pekerjaan Bara di warnet.
Tentang bagaimana Bu Mustofa dengan mudahnya menyuruhnya naik langsung ke kamarnya.
Saat Kahaya terbangun lagi, itu hanya beberapa jam, dia merasakan kehangatan telapak tangan diperutnya yang masih ada, dan berkata pada orang yang memiliki tangan itu, " jam berapa sekarang?"
"Pukul 22:30, apa kau lapar Kahaya?"
"Aku sedikit lapar, ayo kita makan dulu" Kahaya bangun untuk membuka kantong asoy yang ada pada Bara yang Bara letakkan di belakang pintu kamarnya.
Tangan yang dilukai Bara adalah tangan kanan, meskipun Bara tidak mengeluh kesakitan sedikitpun layaknya seperti yang mempunyai tangan yang terluka bukanlah dia, Kahaya tidak ingin Bara bergerak dan malah menyuapinya.
Bara sepertinya sangat menyukai Kahaya menyuapinya, memeluknya dan masih memijat perutnya dengan tangan kiri, Bara sangat-sangat menempel pada Kahaya saat ini.
Mereka melakukan percakapan sambil makan, maka barulah Kahaya mengerti, pekerjaan Bara di warnet bahkan Bara tidak memikirkan alasannya.
Bara dengan mudahnya berbohong bahwa dia memiliki sesuatu disekolah yang harus diurus dan datang kesini, dan untuk Bu Mustofa yang mengenali seragam sekolah Bara sekarang sebagai miliknya, dan Bara yang menjelaskan bahwa dia adalah temannya membuat Bu Mustofa dengan mudah menyuruh Bara naik ke atas untuk menjenguk Kahaya yang merupakan temannya itu, sambil menyuruh untuk membujuk Kahaya makan malam.
Maka dari itulah Bara bisa membawa nasi ikan kekamarnya.
Perubahan Bara memang sangat mencegangkan, bahkan Bu Mustofa bisa sampai tidak mengenalinya.
Malam itu, Kahaya dan Bara bersama sampai pukul 12 malam lewat sebelum Kahaya menyuruh Bara untuk pulang dengan semua kata-kata bujukan yang ada di dunia.
![](https://img.wattpad.com/cover/216371142-288-k692571.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave me, and I die (complete)
Storie d'amore"Ibu kahaya sebagai pasangan yang dari kecil telah bersama, Apa kebiasaan bapak Bara yang membuat anda takut?" Kahaya merenung, dan memikirkan, lalu membuka mulutnya. " ini. Cara dia menatapku. Tatapannya terkadang membuatku sedikit takut. Sebenarny...