Mereka bersama sampai jam 11 siang, kemudian Kahaya pulang dengan Bara yang bersikeras tidak ingin melepaskan tangannya. Karena tidak bisa membujuk, Kahaya pulang ditemani oleh Bara.
Setelah memasuki ruko dia naik tangga dan melepaskan sepatunya, meletakkannya di rak dengan rapi.
Dia kemudian memasuki kamar, dan mengeluarkan soal-soal sebelumnya, melihat sebentar, sebelum menatanya diatas lemari.
Bara adalah jenius sejati, dengan hanya satu kali diajari olehnya, dan Bara akan langsung mengerti. Perbedaan otaknya terlihat saat ini, jika Bara seperti itu, maka Kahaya merupakan orang yang hanya dapat mengerti jika itu berkali-kali dipelajari.
Hanya mengajari dasar-dasarnya dan dia langsung mengerti...
Sepertinya Kahaya butuh menjadi lebih rajin lagi.
Baju kotor masih didalam bak hitam di luar, Kahaya turun ke bawah untuk mengambil sabun pencuci pakaian, dan kembali keatas lagi. Setelah air penuh, menambahkan sabun, dia memutar mesin itu, dan pergi mengambil sapu yang digantung.
Kahaya mengetuk pintu Ratna, tidak ada suara, dan kamarnya ternyata dikunci. Dia memiliki kunci cadangan yang diberikan Bu Mustofa padanya. Jika pintunya dikunci, maka orang itu tidak ada di dalam, dan sedang pergi.
Membersihkan rumah adalah pekerjaan menyenangkan saat dia sedang sendirian, dia menjadi lebih leluasa.
Pakaian sudah dilipat sehari sebelumnya, dan Kahaya hanya tinggal menyapu, mengepel, mencuci, dan menjemur. Dia juga harus membersihkan lantai tiga.
Saat Kahaya sampai dilantai tiga, dia mendapati tidak ada orang disini. Semua karyawan memiliki kerja lain selain bekerja dengan Bu Mustofa.
Sebenarnya Kahaya juga menginginkannya, tetapi itu terbatas pada faktor usia.
Hanya sedikit orang yang akan memperkerjakan anak dibawah umur seperti dia. Jika dia sudah di SMP pun Kahaya berfikir bahwa akan sulit untuk mencari pekerjaan selain di sini.
Waktu bekerja di Bu Mustofa sangat ringan menurutnya. Tetapi pekerjaan saat ramai itu terlalu gaduh, dan menguras tenaga. Terkadang mereka tidak diberikan kesempatan untuk sekedar duduk. Makan pun dilakukan saat rumah makan sudah tutup.
Dari pukul 5 sore hari - 12 tengah malam. Hanya 7 jam setiap harinya. Kecuali untuk malam minggu yang berarti 10 jam, karena rumah makan akan tutup jam 3 pagi saat malam minggu.
Dipagi dan sore hari para karyawan lain masih memiliki waktu untuk mencari uang tetapi itu berbeda dengannya, dia masih memiliki pekerjaan rumah tangga disini.
Yah, mungkin dia akan bertanya pada para kakak-kakak itu bisakah mereka mencarikan dia pekerjaan.
Bukan untuknya tapi untuk Bara.
Tetapi Kahaya merasa bahwa pekerjaan seperti menjadi pelayan atau apapun itu tidak cocok dengan sikap menyendiri Bara.
Mereka dituntut untuk ramah. Dan Kahaya meragukan, Bara bisa melakukan itu.
Setelah menyapu lantai tiga, Kahaya menganti air cucian dimesin cuci, membilas baju, lalu meninggalkannya lagi untuk berputar sendiri.
Dia mencuci sapu dan menggantungnya kembali, lalu mengambil pel, dan mulai membersihkan lantai kamar orang-orang, kamarnya sendiri, dan lantai tiga.
Selesai dengan itu semua, Kahaya kembali kemesin cuci dan memasukan seluruh pakaian yang telah bersih dicuci itu ke mesin pengering. 15 menit, dan baju selesai dikeringkan. Dia meletakkan baju-baju itu kedalam bak, dan membawanya ke balkon.
Menjemur di bawah terik matahari, Kahaya meletakkan pakaian itu berderetan di sana.
Setelah melakukan itu semua, Kahaya ragu-ragu sebelum melihat kebawah. Tidak ada Bara.
Entah kenapa setelah terakhir kali melihat Bara menunggunya dibawah, dia menjadi mengembangkan kebiasaan melihat kebawah dari atas balkon.
Masuk kembali, Kahaya melihat jam tangannya diatas lemari. Sekarang masih pukul 1 siang, dia mengambil handuk, dan mencuci kaki, serta wajahnya, sebelum memasuki kamar kembali.
3 jam.. aku akan tidur 3 jam..
Saat dia bangun, itu tepat pukul 4 sore, Kahaya secara otomatis mengambil handuk dan memasuki kamar mandi. Dia menguncir kuda rambutnya seperti biasa, dan teringat, lalu mengirim pesan pada Bara.
[Bara, ini malam minggu. Kita akan bertemu pukul 3, sampai bertemu nanti ;)]
Menunggu balasan, Kahaya meletakkan handphone nya kedalam saku. Dia turun kebawah, dan mencuci kangkung serta kemangi dulu.
Tak lama dari itu handphone nya bergetar.
Tangannya masih basah sehingga Kahaya mengambil kain bersih dari dapur untuk mengelapnya.
[Ya, Aku akan menunggu disana jam 2. Haruskah aku membawa buku Bahasa inggris lagi Kahaya?]
Jam 2?
[Kita akan bertemu jam 3 pagi Bara, ada apa dengan jam 2?]
Lama waktu yang dibutuhkan Bara untuk menjawab. Lalu handphonenya bergetar lagi.
[Aku ingin cepat-cepat bertemu denganmu, tidak apa kan?]
Kahaya tersenyum, dan membalas pesannya. [Ya, baiklah, tidak apa, aku juga begitu. Oh, tidak usah membawa buku bahasa inggris, kita akan bertemu lagi pada pukul 10 pagi. Jam 3 pagi adalah waktu untuk makan kita saja]
[Baik.. ]
[Apa yang sedang kau lakukan Kahaya?]
Ohh.. perkembangan yang bagus. Dia sekarang sudah merasa nyaman bertanya padanya.
[Aku? Aku sedang mencuci sayuran Bara. Aku ingin kau berada disini untuk membantuku, tetapi sayangnya tidak bisa hahaha]
Percakapan cukup santai, dan Kahaya benar-benar ingin seseorang membantunya.
Para karyawan belum datang, dan sebenarnya tugas mencuci, memetik kangkung, kemangi, lalapan, membungkus sambal sebanyak ini harus dilakukan bersama 3 karyawan wanita lainnya.
Dia merasa tidak adil, dan cukup tertekan. Hanya karena dia tidak ingin membuat masalah menjadi besar, mereka menjadi semakin meremehkan tanggung jawab.
Bara membalas lagi. [Aku akan pergi kesana sekarang]
Oh, tidak..
[Tidak Bara, aku hanya ingin bercanda. Lagipula Bara kita bukanlah karyawan di rumah makan ini. Mengajari Kahaya matematika juga membantu, dan pekerjaan mencuci sayuran juga cukup menyenangkan hahaha]
Bara membalas. [Jadi aku tidak kesana?]
Sepertinya Bara sangat menginginkan berada disini.
Tetapi Kahaya tidak menginginkan itu, ada apa dengannya? Dia tidak pernah mengeluh tentang apapun, dan sekarang dia terlihat cukup.. terdengar mengeluh pada Bara.
Mungkin karena kenyamanan.
[Tidak, aku akan bekerja dulu. Sampai bertemu nanti pukul 3 ;)]
Ponsel bergetar, dan pesan singkat Bara tertera. [Baiklah..]
Bara terdengar sedih dari jawaban pesan ini.
Hah.. sebaiknya dia menyelesaikan ini dan kembali fokus. Belum satupun pekerjaannya yang selesai.
Kahaya memetik sayuran itu, yang ada 10 ikat banyaknya. Setelah lama, akhirnya semua sayuran itu dipetik dan memenuhi kedua bak besar, dia mencucinya lagi, sebelum beralih ke timun, dan mencuci juga serta memotong-motongnya.
Kol, dipotong dan dipisah-pisah. Dia mengambil plastik kecil yang ada di laci, dan mulai membungkus mereka semua.
Membawa sambal dari dapur, Kahaya juga membungkus mereka menjadi 1 wadah besar banyaknya.
Saat dia hampir menyelesaikan semuanya, kak Sugito yang baru datang, menyapanya,
"hei Kahaya, sendirian lagi?"
"Ya, kak Sugito" Kahaya mengatakan dengan memasang wajah keengganan. Kemudian mengungkapkan senyum miris, untuk menyelesaikan masalah ini.
Sugito menggosok dagunya, dan terlihat sedikit bermasalah. "Baik, bekerjalah lagi, aku akan memberitahu ketiga wanita itu nanti"
Kahaya tersenyum, dan berkata dengan lega. "Terimakasih"
Kak Sugito berumur 26 tahun saat ini, memiliki sikap yang sangat.. bagaimana dia mengatakannya, dia sangat pengertian, tegas, dan Kahaya lebih menyukainya dari seluruh karyawan lain.
Semua orang menghormatinya, dan Kahaya merupakan salah satunya.
Mungkin jika dia benar-benar memiliki kakak, dia ingin menjadikan itu kak Sugito.
Jika dia memiliki kakak seperti itu bukankah hidupnya akan menjadi lebih mudah?
Kak Sugito merupakan orang yang pertama datang, lalu diikuti dengan yang lainnya. Pada pukul 5 sore semuanya telah siap, dan barulah ketiga karyawan wanita itu datang.
Kahaya melihat kak Sugito berjalan kearah ketiga wanita itu, dan memasang wajah tenang kearah mereka. Dia tidak mendengar apa yang kak Sugito katakan tetapi ketiga wanita itu terlihat menunduk, lalu kemudian mengangguk. Mereka terlihat takut, meskipun kak Sugito tidak berteriak, atau marah pada mereka, Kahaya menganggumi sikap intimidasi kak Sugito yang patut ditiru.
Rumah makan berkali-kali lipat ramainya saat malam minggu, banyak pasangan, atau keluarga yang mencari waktu kebersamaan.
Jika waktu dari 6 sore - 12 malam adalah pasangan dan keluarga. Maka 12 malam - 3 pagi adalah waktu bagi kupu-kupu malam.
Kebanyakan Kahaya melihat mereka di malam minggu, karna pada saat itulah rumah makan ini dibuka sampai pagi.
Jangan salah mengerti, dinegara ini memang sangat sering hal itu terjadi. Terlihat wanita muda, dengan orang yang seusia ayah mereka terlihat sangat mesra. Kebanyakan laki-laki paruh baya, atau bahkan kakek-kakek itu memakai pakaian bebas, sedangkan wanita muda itu memakai pakaian yang sangat terbuka.
Mereka juga kebanyakan berombongan.
Kahaya tidak mendiskriminasi pekerjaan para wanita itu, terkadang orang lain memang memikirkan cara instan untuk mendapatkan uang, tetapi orang-orang seperti itu jarang menghargai dirinya sendiri.
Sudah pukul 3 kurang 10 menit saat Kahaya memperhatikan para pelanggan yang pulang.
Dia membungkus 2 porsi makanan, dan memasukannya kedalam kantong plastik.
Sederhananya dia akan bertanya-tanya, apakah Bara akan merasa bosan untuk memakan ikan setiap harinya. Tetapi yang lebih parahnya lagi adalah, uang jajan mereka hanya bisa membuat mereka memakan bakso, atau mie dikantin sekolah SMP 26 saja.
Nasi goreng tidak cukup untuk dibeli karna Kahaya menertibkan 40 ribu untuk makan mereka. Itu berbeda jika dia tidak membeli roti untuk sarapan mereka di Market.
Tetapi itu tidak mungkin, sarapan itu penting. Kahaya pernah melihat berita bahwa sarapan itu membuat orang menjadi pintar.
Dan jika dia memikirkannya, dia teringat akan rice cooker, dia bisa memasak bekal disana. Bumbu ada didapur. Bawang putih, bawang merah, masako, cabai, dll.
Dia hanya akan membeli telur nanti sebagai tambahan. Bu Mustofa mungkin orang yang sangat tidak ingin susah. Dia tidak ingin bersusah payah memasak di wajan yang sudah diletakkan sambal diatasnya, tetapi Kahaya memikirkan jika dia masak di rice cooker.
Jika dia bisa membuat makanan sendiri yang lebih hemat, maka itu bagus.
Kahaya memutuskan untuk menyebutkan ini nanti pada Bu Mustofa. Karena bumbu-bumbu itu milik Bu Mustofa, dan sebagai anak yang baik, harus meminta pada pemiliknya terlebih dahulu.
Saat dia hendak mencuci rak, Kahaya dihentikan oleh tangan seorang wanita. Kukunya dicat merah, dan tangannya terlihat ramping, tetapi agak kecoklatan.
Itu adalah kak Leoni, salah satu pegawai wanita.
Kahaya melihatnya dengan pertanyaan.
Kak Leoni sepertinya ragu-ragu untuk mengatakannya, Kahaya melihat kedua karyawan lainnya yang berada dibelakang, sedang membersihkan meja pembungkusan, tetapi Kahaya tau bahwa mereka terkadang mencuri pandang kearah mereka.
Apa yang sedang mereka lakukan?
Tak lama, akhirnya kak Leoni berkata. "Apakah Bu Mustofa telah mendapatkan karyawan lain? Kau tau, em... memutuskan untuk memberhentikan kami. Apakah dia mengatakan sesuatu semacam itu?"
Kahaya berkedip. Melihat kak Sugito ditempat pengorengan, lalu dia melihat kak Sugito mengedipkan kedua matanya padanya. Kahaya menahan senyum.
Itukah yang kak Sugito katakan pada mereka?
"..Aku tidak tau kak, tetapi, beberapa hari yang lalu aku mendengar Bu Mustofa memang mengatakan dia ingin mencari pegawai baru" Kahaya menambahkan dengan penekanan.
"Dan persyaratannya adalah laki-laki"
"Oh.." Suara kak Leoni terdengar terkejut lalu putus asa.
Kemudian Kahaya mendengarnya melanjutkan tanpa tau artinya malu. "Bisakah kau memberitahu Bu Mustofa, bahwa kami sangat membutuhkan pekerjaan ini?"
Kenapa kalian tidak memberitahunya sendiri?
Menyembunyikan kejengkelannya, Kahaya hanya menampilkan helaan nafas kearahnya.
"Aku akan" tidak mungkin. "Tetapi keputusannya masih ada di Bu Mustofa"
"Baiklah, terimakasih.." kak Leoni terlihat putus asa.
Jika dia bisa jujur, Kahaya sangat menyukai gaya kak Leoni, rambutnya di cat merah, kau tau, itu benar-benar merah. Saat pertama kali Bu Mustofa melihatnya, Kahaya lucu akan ekspresi tertegunnya. Kulit kak Leoni sawo matang, tetapi itu terlihat sangat menarik disatukan dengan warna rambutnya.
Kahaya tidak tau berapa umurnya, karena dia tidak terlalu dekat untuk menanyakan hal itu.
Dari ketiga karyawan wanita, kak Leoni merupakan pilihan pertama orang yang ingin dikencani oleh semua para karyawan laki-laki. Tetapi dia tidak yakin apakah kak Sugito juga ikut tertarik padanya, karena jika memang begitu, betapa baiknya dia menakut-nakuti wanita yang disukainya.
Nah, ini mungkin akan membantu nanti.
Jika mereka sangat membutuhkan pekerjaan, dia ingin sekali bertanya pada mereka. Kenapa dengan kemalasan itu?! bisakah kalian membantu anak kecil ini untuk bekerja secara bertanggung jawab!
"Kahaya" Panggilan Bu Mustofa membalikkan suasana hatinya.
Kahaya berjalan kesana.
"Ini harianmu, oh benar, Kahaya, belikan token listrik dulu sebelum pergi" Bu Mustofa memberikan uang 20 ribu untuk hariannya, dan 102 ribu untuk pengisian token.
"Kartu tokennya?" Kahaya mengingatkan.
"Benar, kartunya, dimana aku meletakkannya minggu lalu" Bu Mustofa mulai mengobrak- abrik ketiga lacinya, lalu dia memeriksa di sudut terdalam dan menemukannya. Bu Mustofa terlihat lega saat memberikannya, "ini, aku selalu melupakan kartu ini dimanapun aku meletakkannya."
Kahaya tertawa dan mengangguk membenarkan.
Dia pergi menyebrang ke Market, memberikan kartu bewarna biru, dengan logo listrik PLN itu kearah kasir. Saat kasir itu menscannya, Kahaya memberikan uang 102 ribu padanya.
Kahaya menyebrang kembali, Bu Mustofa telah naik keatas, dia mengantongi kartu itu baik-baik disaku celananya, sebelum melanjutkan pekerjaan mencuci rak, melipatnya, dan meletakkannya kembali kedalam.
Setelah semuanya dilakukan, dia naik keatas masih membawa kantong plastik berisi makanan itu, Kahaya meletakkan kartu token diatas lemari. Menjaga baik-baik disana.
Lagipula Bu Mustofa telah melupakannya lagi, dia hanya akan mengembalikannya minggu depan, saat pengisian token tiba.
Kahaya memilah kertas-kertas soal, dan memilih kertas yang soalnya belum terisi. Tanpa mengirim pesan pun dia sudah tau bahwa Bara telah menunggunya dilapangan, maka dari itu dia tidak berani menunda.
Membereskan kertas- kertas nasi, dan kotak makanan, Kahaya memasukkan mereka semua kedalam kantong. Bara membantunya memegang kantong saat Kahaya memasukan semua barang-barang mereka kedalam.
Setelah meyelesaikannya Bara mengikat kantong itu dan meletakkannya di sebelah kami duduk.
Ada banyak bintang malam ini, Kahaya melihat mereka sambil berkata pada Bara. "Sangat tenang bukan?"
Dia mendengar Bara menjawab dari sampingnya. "Ya"
Lalu dia merasakan kepala Bara yang diletakkan di pangkuannya.
Gerakannya sangat alami, dan Kahaya hanya bisa tersenyum tidak berdaya.
Dia bermain dengan rambut Bara yang ada dipangkuannya. Mengelus, lalu mengelus lagi, dan Kahaya bisa melihat Bara sangat menikmati itu. Matanya menyipit, dan dia terlihat hampir tertidur.
Tetapi Kahaya tidak bisa membiarkan itu terjadi, terakhir kali Bara tertidur dipangkuannya saat dia membersihkan telinganya dan kaki Kahaya mati rasa karna itu.
Kahaya membuat topik agar Bara tetap terjaga. "Bara, temani aku pergi kepasar sekali lagi"
Bara mengangguk dipangkuannya, kepalanya masih menyamping, dan suara lesu hampir tertidurnya terdengar. "Baik.."
"Kita akan pergi kepasar dihari kamis" Kahaya melanjutkan, lalu teringat akan ingatannya yang buruk dia mengeluarkan handphone dari sakunya, dan mengklik ikon pencatat disana. Kahaya mulai mengetik. "Aku berencana membeli rice cooker, dan pemanggang roti. Sepertinya itu tidak terlalu mahal dipasar"
Bara sepertinya tertarik dengan topik, dia mengubah posisi, dan Kahaya yang sedang menunduk dengan handphone nya bisa melihat tatapan Bara.
"Untuk apa itu Kahaya?"
"Rice cooker, dan pemanggang roti?"
Bara mengangguk. "Ya"
Kahaya menyingkirkan handphonenya dan mulai menjelaskan. "Untuk membuat makanan kita Bara, jika kita membuat sendiri, biayanya akan lebih hemat. Terkadang ada sisa nasi di rumah makan, dan itu akan sayang jika hanya untuk dibuang, kebanyakan para karyawan akan mengambilnya untuk mereka bungkus dan bawa pulang’’
‘’Aku juga berfikir untuk mengambil 2 bungkus nasi untuk kita nanti. Lalu rice cooker itu bisa untuk memasak nasi, aku berencana membuat nasi goreng untuk kita makan siang, dan pemanggang roti, seperti namanya, itu untuk memanggang roti."
Menjelaskan secara panjang pada Bara, sedikit menghibur Kahaya yang jarang berbicara panjang pada seseorang. "Aku akan membeli roti tawar di Market, lalu selai disana. Kita bisa memakan nasi goreng untuk makan siang, lalu roti untuk sarapan, lalu ikan utuk makan malam, bukankah itu bagus?"
Bara mengangguk, dan Kahaya melihat tatapan menyembahnya, dan tidak bisa menahan senyum.
"Kamis, bukankah itu 5 hari lagi Kahaya?"
Kahaya tersenyum, " ya, apakah Bara kita sudah tidak sabar?"
Bara mengangguk, dan berbicara secara jujur, "ya, aku tidak sabar. Aku tidak pernah sepenuh ini Kahaya. Makan saat pagi, lalu siang, dan malam"
Ulu hati Kahaya bedenyut, dan dia merasakan sakit hatinya lagi. Dia mengelus kepala yang rambutnya telah halus dan bersih itu, menghiburnya. "Makan 3 kali sehari membuat sehat Bara, dimasa depan, kita akan selalu makan sepeti itu, bersiaplah untukku beri makan, jangan memikirkan masa lalu lagi, karna kau memiliki aku sekarang, hm?"
Tenggorokkan Bara serasa tercekat, dan dia bisa merasakan kepenuhan didadanya. Akhir-akhir ini perasaan seperti ini membuatnya merasa ada yang salah pada dirinya, Bara hanya bisa mengangguk pada gadis itu, memeluk, dan membenamkan kepalanya di perut Kahaya.
Kahaya mengelus kepalanya, saat melihat Bara. Dia berbicara lagi, "jangan tidur, ayo lihat berapa harga, dan merk apa saja yang ada. Aku ingin membeli yang baru dipasar, mungkin lebih murah"
Tanpa menunggu lagi, Kahaya menggenggam handphonenya kembali. Dipasar penuh dengan tawar menawar, dia sering kali datang ke warnet jauh-jauh naik angkutan umum hanya untuk melihat harga suatu barang. terlalu menyulitkan.
Tetapi sekarang sangat mudah saat dia memiliki alat digenggamannya ini.
Menggulirkan, Kahaya dan Bara melihat gambar-gambar, dan penjelasan dari rice cooker dan alat pemanggang roti dari internet.
Kahaya bimbang untuk memilih, apakah harus membeli yang kecil atau yang besar, jika dia memikirkan lagi, sepertinya pemanggang roti kecil lebih baik, karna itu tidak membutuhkan banyak tempat untuk penyimpanan.
Kamar Kahaya kecil, dan dipojok kanan kamar sudah diisi dengan banyak buku, hanya tersisa lantai didepan lemari yang kosong, maka dari itu barang-barang akan terbaik jika itu kecil.
Tetapi soal yang berbeda untuk rice cooker, jika Kahaya membelinya untuk versi kecil, itu akan sayang sekali, karena banyak kegunaannya.
Menghangatkan makanan, memasak makanan, itu membutuhkan tempat yang lebih besar. Jadi sepertinya baik-baik saja jika dia membeli yang versi besar.
Kedua barang itu terbuat dari besi, dan panas, akan sulit untuk meletakkannya dilemari yang berbahan plastik, jadi dia hanya bisa meletakkan mereka dilantai didepan lemarinya.
Kahaya tidak mau meletakkannya di luar, karna itu barang-barang miliknya, dia tidak ingin jika barang ini nanti digunakan untuk umum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave me, and I die (complete)
Romance"Ibu kahaya sebagai pasangan yang dari kecil telah bersama, Apa kebiasaan bapak Bara yang membuat anda takut?" Kahaya merenung, dan memikirkan, lalu membuka mulutnya. " ini. Cara dia menatapku. Tatapannya terkadang membuatku sedikit takut. Sebenarny...