''Kahaya, Bara, apakah kalian akan bersaing untuk mendapatkan juara umum tahun ini? Ibu sangat menunggu kalian membuat sebuah perkelahian, bisakah kalian melakukannya saja? Jangan hanya mengobrol dikelas ibu saat ibu sedang berbicara, meskipun ibu tau kalian adalah murid-murid yang sangat pintar, berprestasi, itu tidak menuntut kemungkinan bukan kalau ibu marah dengan saat kalian tidak memperhatikan didepan saat ibu sedang menjelaskan?"
Kahaya dan bara terdiam saat ibu Retno marah dengan kami. Saat seseorang marah , mereka adalah yang paling benar, mereka kehilangan akal, dan tidak memerlukan pendapat, ada yang harus didebat, tetapi bukan didepan umum karena itu akan membuat orang lebih marah lagi.
Makadari itu Kahaya diam dan tidak berbicara, menunggu bu Retno selesai marah sehingga bisa menjelaskan nanti.
Kahaya tidak suka mencari perhatian guru, jika ada pertanyaan dia tidak akan menjawab didalam kelas jika namanya tidak dipanggil, karena dia memiliki teman yang diberi julukan pencari muka dulu di SMP, dimana Lili juga ikut mengatai anak itu dan membandingkan anak itu dengan Kahaya, dia tidak ingin berubah menjadi itu, dan ada cara lain untuk mendapatkan nilai tanpa harus dibenci yang bisa dia lakukan.
Makadari itu dia jarang dikenal oleh guru-guru awalnya, tetapi setelah hari-kehari kahaya menetap disuatu tempat disekolah, guru-guru masih akan mengenalnya karena nilai, dan penghargaan-penghargaan yang kahaya akan selalu dipanggil di hari senin, dengan pembawaan piala yang pasti dia dan Bara dapatkan setiap minggu, atau bulannya. Jika dia mengikuti lomba.
kahaya dekat dengan dan nyaman berbicara dengan 5 orang guru di Sekolah ini, dan salah satunya adalah bu Retno. Bu Retno berkata-kata tegas, tetapi hatinya sangat lembut, ada seorang siswa dulu yang sangat nakal bernama Navi yang sekelas dengan Kahaya ditahun pertama SMA 6 ini, suka membantah apa yang bu Retno katakan, tetapi bu Retno masih tetap memberikan nilai rata-rata karena hati nya yang baik.
Kahaya sering dipanggil untuk membantu mengoreksi nilai, dan kebetulan dia mengecek kertas milik Navi waktu itu, dan itu hanya mendapat 17, sangat kecil nilainya, itu benar-benar kecil, padahal itu hanya ujian bulanan yang mereka kerjakan.
kembali lagi kesituasi saat ini, memang dia yang salah disini, sangat-sangat salah.
''Setau ibu, sekarang mata pelajaran biologi yang ibu terangkan didepan, kenapa kau mempelajari Bahasa inggris sekarang kahaya, Bara?''
Retno melihat catatan-catatan yang dibuat di buku yang baru dia sita, dibuku itu tercatat dengan sangat rapi dan panjang, vocab beserta arti dan penjelasannya.
Retno kagum, tapi juga kesal.
''Apa kau meremehkan pelajaran ibu kahaya, atau Bara, kalian tidak menyukai pelajaran ini?''
Kahaya mendengar bahwa orang hamil memiliki kesensitivan yang begitu membludak, dan ternyata kata-kata itu benar adanya, karena bu Retno sedang hamil muda, anak-anak kelas lain mengatakan jangan bermain-main saat pelajaran bu Retno untuk beberapa bulan ini karena kalian akan tamat.
Dan kahaya menyesali telah meremehkan kata-kata anak kelas lain yang sudah berpengalaman.
''Bu, saya dan Bara sudah menghafal, mempelajari bab yang akan ibu jelaskan pada kami hari ini, jadi.. Untuk membuat waktu, saya melihat-lihat buku Bahasa inggris itu, dan sekedar mencari pendapat Bara dan mengajarinya, maafkan kami bu, kami sangat menyesal'' kahaya menyenggol Bara untuk mengucapkan kalimat maaf juga.
''Kami menyesal, maaf bu Retno'' kata Bara tenang.
Mengangkat alisnya, retno memaparkan, ''oh, jadi kalian sudah mengerti apa yang ibu akan jelaskan untuk bab ini pada kalian? baik, kalian bisa maju kedepan, dan jelaskan, ibu akan memperhatikan, dan jika itu bagus, ibu akan memaafkan kalian''
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave me, and I die (complete)
Romance"Ibu kahaya sebagai pasangan yang dari kecil telah bersama, Apa kebiasaan bapak Bara yang membuat anda takut?" Kahaya merenung, dan memikirkan, lalu membuka mulutnya. " ini. Cara dia menatapku. Tatapannya terkadang membuatku sedikit takut. Sebenarny...