Kahaya mengeluarkan 10 lembar soal-soal yang ada di dalam tas nya, lalu berbicara pada Bara. "Aku telah mengerjakan 20 soal awal di 5 kertas ini, tetapi 5 kertas lainnya, berada di luar kemampuanku Bara, bagaimana semua soal-soal ini ada begitu banyak, ini baru kelas sembilan dan sudah beberapa bulan ini aku mengerjakannya tetapi mereka seperti tidak ada habisnya"
"Aku akan membantumu Kahaya" Bara berkata dengan keseriusan.
Awalnya Kahaya hanya mengatakannya untuk mengeluh, tetapi saat mendengar kalimat sungguh sungguh Bara, Kahaya menjadi sedikit tersentuh.
Dia tidak suka mengeluh, tetapi, sekarang dia melakukannya.
Mungkin itu karena dia hanya membutuhkan orang yang sangat dekat untuk mendengar keluhannya, tetapi dia tidak mempunyainya. Sedangkan saat ini dia memiliki Bara.
Kahaya tersenyum sebelum menggosok puncak kepala Bara, lalu menyerahkan 5 lembar kertas yang berisi soal soal. "Baiklah, Bara ku yang pintar, kerjakan 5 lembar ini, ada 20 soal yang tidak aku isi disana"
Bara menggapai 5 kertas itu, sebelum mengelus telapak tangan Kahaya yang awalnya ada di puncak kepalanya.
Kahaya melihat Bara menggenggam tangannya pada saat ini dan merasa tidak berdaya.
Tangan Bara satunya sedang melihat dan membolak balik lima lembar kertas itu, dan berkata dengan ringan, "beri aku 10 menit"
Secepat itu?
Kahaya menjadi tidak percaya diri lagi dengan pelajaran Matematika yang ada didunia.
Belum lagi pelajaran IPA yang juga kurang dia kuasai, Kahaya menjadi sedikit putus asa.
Melepaskan genggaman tangan erat Bara pada telapak tangannya sendiri, Kahaya meraih tas baru Bara.
Kahaya masih memakai tas lamanya, tas Bara tidak cocok lagi untuk dipakai, dia membuangnya karena itu benar-benar kenangan buruk bagi kehidupan Bara yang lalu.
Satu persatu, dia akhirnya berhasil menghapus barang-barang Bara yang membawa kenangan buruk untuknya.
Mengeluarkan buku-buku tipis latihan dari sekolah Bara yang lebih lengkap daripada sekolahnya, Kahaya mulai mempelajari.
Setengah jalan dia membalik buku itu, suara alarm dari handphone Kahaya mengingatkan mereka.
Dia sekarang membuat kebiasaan ini, karena dia sendiri akan melupakan semua hal jika sedang belajar, sedangkan Bara, dia juga ikut terkena dampak Kahaya, mengikutinya melupakan segala urusan saat sedang mengerjakan soal.
Kahaya membuka kotak makan transparan dan mengeluarkannya, memperlihatkan isi roti panggang yang dia buat. Kahaya menyerahkan satu pada Bara, dan satu untuknya sendiri.
Roti dipanggang dengan sempurna, dia memang tidak salah memilih merk, sedikit mahal juga tidak apa-apa jika dia dan Bara bisa menikmati sarapan lezat.
Mengeluarkan botol minum miliknya, dan botol minum milik Bara, Kahaya meletakkan keduanya di sebelah mereka.
Masih pagi, udara sangat segar, ditambah rumput lapangan yang sekarang tumbuh sedikit lebih tinggi karena belum dipotong. Kahaya menggelengkan kepalanya, jika terus tidak dirawat seperti ini, maka lapangan ini akan berubah menjadi hutan belantara.
Botol minum mereka berdua berukuran sedang, karena Kahaya tidak ingin membawa barang- barang terlalu banyak saat pergi ke sekolah nantinya, itu sangat merepotkan.
Ditambah lagi mereka harus membawa 3 kotak makan untuk 1 diisi dengan roti sarapan mereka, dan 2 untuk nasi goreng makan siang mereka.
Kahaya memikirkan untuk membeli 2 tas kecil untuk dia dan Bara sendiri, agar nanti saat pergi kesekolah mereka bisa menenteng tas kecil itu, dan memakai tas punggung mereka dengan ringkas.
Mungkin harganya hanya 5 ribu yang plastik, tetapi Kahaya ingin yang tahan lama, jika dia membeli tas kecil yang berbahan kain, mungkin itu 20 atau 30 ribu untuk 1 tas kecilnya.
Bara memakan roti itu, sambil memegang pena, dan mengerjakan lembar perlembar soal, sedangkan Kahaya membuka isi buku latihan Bara, dan melihat soal-soal yang belum dia kerjakan.
Tidak lama dari itu, Bara selesai mengerjakan soal terakhir yang tidak dimengerti gadis itu dan berkata, "aku selesai"
Melihat jam ditangannya, Kahaya tersenyum dengan apresiasi, "ini baru 8 menit, Bara kita sangat luar biasa"
Bara melihat Kahaya dengan senyum dimatanya.
Menggigit pena sesekali untuk berfikir, Kahaya mulai mencoret-coret kertas dengan contoh jawaban Bara diatasnya, saat dia sudah mulai mengerti tentang bagaimana cara mengerjakannya, Kahaya mulai menjawab soal yang lainnya.
Gadis itu menguncir kuda rambutnya, Bara tidak bisa bermain-main dengan rambut lembut Kahaya dan merasa kehilangan, Bara melihat kuncir rambut Kahaya yang berwarna merah dan mulai melonggarkannya, sedikit demi sedikit, setiap melakukan gerakan kecil, dia akan melihat reaksi gadis itu, melihatnya masih fokus pada kertas di tangannya, Bara melanjutkan lagi, dan, pada akhirnya berhasil melepaskan ikatan.
Dia meletakkan kunciran rambut itu dipergelangan tangannya sendiri agar tidak hilang. Bara mulai bermain dengan rambut lembut gadis itu dengan kepuasan.
Warna rambut Kahaya agak kecoklatan, rambutnya sendiri bewarna hitam yang sangat pekat. Dia menggulir, memelintirkannya, mengelus, menggulirkannya lagi, begitulah seterusnya.
Saat telah menyelesaikan semua soal yang tidak dia mengerti, Kahaya menjadi sangat puas, dia menoleh melihat Bara, dan terkejut dengan rambutnya yang telah terurai yang sebagian kecil ada di tangan Bara untuk dimainkan, "Seperti ini lagi?"
Bara melihat Kahaya, memasang wajah bersalah, tetapi masih enggan untuk melepaskan rambut digenggamannya, "tidak bolehkah Kahaya? Aku hanya ingin memegangnya"
Tidak tahan ditatap seperti itu, Kahaya tidak bisa mengatakan tidak.
Entah sejak kapan kebiasaan Bara terobsesi dengan rambutnya ini dibuat, tetapi beberapa ikat rambut Kahaya hilang karena Bara yang selalu meletakkan barang yang sangat kecil itu sembarangan.
Saat dia ingin bertanya tentang keberadaan barang kecil itu, Bara sudah mengangkat satu tangannya yang lain dan menunjukkan, "ada disini, aku menyimpannya, ini tidak hilang Kahaya, jadi bolehkah aku bermain sedikit lagi?"
Mata Kahaya berkedip-kedip, dan menyimpulkan, bahwa dia telah kalah.
".. Baiklah"
Mungkin dia hanya akan menambahkan membawa sisir kedalam tasnya nanti, agar rambutnya tidak terlalu kusut sesudah dimainkan oleh Bara.
Hanya ada sekotak tisu kecil yang dia sudah izin untuk mengambil nya dari rumah makan, sekarang Bu Mustofa akan menambahkan beberapa kardus tisu lagi karena selalu kehabisan di setiap malamnya.
Harga tisu kecil ini saja 3 ribu rupiah, dia ingin Bu Mustofa memotong dari uang hariannya, tetapi Bu Mustofa mengatakan itu tidak perlu. Jadi Kahaya hanya terus mengambil 1 secara puas setiap harinya.
Setelah belajar dilapangan untuk 1 jam lamanya, Kahaya memutuskan berlari kecil dengan Bara untuk olahraga singkat.
Lalu dia membawa Bara pergi ke warnet untuk tujuan utama mereka yaitu menambahkan nomor telephon di website SMP 26. Sebenarnya itu bisa lewat handphonenya tetapi Kahaya juga sekalian ingin mencetak beberapa lembar soal lagi disana.
Sebelumnya Kahaya tidak memiliki handphone dan dia tidak mengisinya, membiarkan kosong, tetapi dia tahu betapa pentingnya informasi, dia tidak mungkin ingin tertinggal untuk membuat semua lancar Kahaya akan dengan cepat mengatasi hal tersebut.
Naik angkutan umum dengan Bara, Kahaya sampai di lorong warnet, dan berjalan untuk beberapa langkah lagi, matanya menyapu pintu kaca warnet yang masih ditempelkan kertas seperti bulan lalu, pencarian pekerja paruh waktu untuk menjaga warnet, Kahaya langsung memikirkan tentang Bara.
Ini sudah sangat lama, tetapi tidak ada yang melamar sebagai penjaga?
Apa masalahnya?
Kahaya masuk, dan memutuskan untuk bertanya.
Penjaga warnet masih sama dengan beberapa bulan yang lalu.
"Tempelan untuk rekrut paruh waktu didepan sudah sangat lama, apakah tidak ada yang berminat untuk pekerjaan ini kak?" Kahaya bertanya.
Penjaga warnet masih mengotak-atik keyboard untuk print beberapa lembar kertas, dan menjawabnya sambil lalu, "ada beberapa orang, tetapi mereka hanya tidur dan tidak menjaga, aku memecat orang beberapa kali karena mereka tidak kompeten"
Tidur? Berati dimalam hari? Kahaya menjadi sangat tertarik. "kalau boleh tau apa persyaratan untuk melamar kerja disini?"
Penjaga warnet sangat mengenal gadis kecil ini, karena sudah beberapa bulan dia bekerja di warnet ayahnya ini, dan setiap minggu akan bertemu, ditambah laki-laki kecil yang selalu mendampingi gadis ini juga yang mengabaikannya waktu itu.
Memperhatikan kedekatan anak-anak kecil ini diwaktu-waktu itu, Dari sana dia menyadari bahwa mereka berpacaran.
"Kau ingin melamar? Maaf, tapi persyaratan pokok untuk pekerjaan ini adalah laki-laki" penjaga warnet berkata dengan menyesal.
Gadis ini rajin, lihat saja setiap minggu, hanya mencetak lembar soal-soal. Tetapi akan berbahaya jika seorang gadis menjaga dimalam hari, karena diwaktu itu pengunjung warnet hanyalah laki-laki.
Kahaya menggelengkan kepalanya dengan cepat, dan menunjuk pada Bara, "tidak,bukan aku, temanku ini yang akan bekerja disini kak"
Penjaga warnet melihat Bara, dari atas sampai bawah, dan mulai berpendapat, "dia mungkin. Tetapi bukankah kalian masih sekolah dasar, bisakah dia bekerja di malam hari? Karena waktu bekerja adalah pukul 6 sore sampai 3 pagi"
Mata Kahaya berbinar, dia mengangguk tanpa berfikir, "kami sudah lulus sekolah dasar, sedangkan untuk waktu-waktu itu, temanku bisa melakukannya"
Penjaga warnet merasa cukup aneh karena yang menjawab bukanlah yang akan bekerja tetapi orang lain yang seperti menyuruh orang lain bekerja.
Tetapi dia memang membutuhkan pekerja paruh waktu secepatnya, karena beberapa minggu lagi sekolahnya sendiri akan dimulai, dan liburannya telah berakhir. Tidak mungkin dia akan menjaga warnet ini seperti waktu liburan sekolahnya selama 24 jam.
"Apa dia ada pengalaman sebelumnya dengan pekerjaan serupa?"
Kahaya menggelengkan kepalanya.
Penjaga warnet tampak berfikir untuk beberapa saat sebelum menyetujui, "baiklah, dia bisa bekerja mulai hari ini, aku akan mengajarinya hal-hal dasar dulu"
"Mulai hari ini?" Kahaya terkejut, tetapi dengan cepat menyesuaikan ekspresi wajahnya.
Pekerjaan yang menerima anak dibawah umur sangat sulit ditemukan, dia mendapatkan satu untuk Bara, dan hal ini tidak bisa di sia-siakan.
Berfikir nilainya juga banyak, Kahaya menatap Bara yang hanya diam melihatnya dari samping dan meminta penjaga warnet untuk memberi mereka waktu sebentar.
"Bara, maaf belum menjelaskan apa-apa padamu, tapi kita memang membutuhkan beberapa uang tambahan. Daripada dirumah, lebih baik berada disini bukan?" Kahaya melihat Bara yang menatapnya, dan lebih menjelaskan, "saat aku bekerja di rumah makan dari pukul 4 sore, sampai 12 malam atau 3 pagi, kau tidak akan sendirian dan memiliki suatu hal untuk dilakukan’’
‘’Lalu saat Bara pulang dari pekerjaan ini, kita juga akan tetap bisa makan. Tetapi waktunya sedikit diundur menjadi setiap setengah 4 pagi, disini juga ada kamar mandi, Bara tidak perlu lagi menimba air dari sungai, itu sedikit kotor, dan kita akan mendapat air bersih secara Cuma-cuma disini, bagaimana?"
Kalimat panjangnya dijawab Bara dengan, "terserah padamu Kahaya, aku akan melakukan apapun yang kau inginkan"
Bara menatapnya dengan aneh, seperti halnya dia membuat pilihan untuknya tidaklah mengejutkan, akan tetapi meminta pendapat dan merasa bersalah karena dia yang telah sewenang-wenang adalah hal yang aneh.
Itu membuat hati Kahaya menyadari, bahwa Bara selalu seperti ini.
Mungkin jika Kahaya menjual Bara, Bara akan melakukannya dan tidak bertanya.
Kembali lagi berbicara pada pemilik warnet, Kahaya meninggalkan Bara untuk diajarkan hal- hal dasar tentang pekerjaannya.
Dia mulai duduk disalah satu bilik, untuk mengisi nomor telephon mereka diwebsite SMP 26.
Informasi yang dia dapatkan dari bertanya-tanya pada penjaga warnet adalah, gaji Bara akan diberikan setiap bulannya, 650 ribu, dan dengan bebas memakai peralatan bermain, semua fasilitas, serta dengan komputer, dan printer disini.
Kahaya mengangguk karna itu memang sangat lumayan.
Dia tidak tahu apa yang dia impikan semalam bisa mendapatkan hal besar seperti ini.
Kahaya masih ingat bahwa sisa uang simpanannya adalah 11.401.000
Gajinya perbulan juga 800 ribu, gaji Bara 650 ribu, jadi pendapatan mereka setiap bulannya adalah 1.450 ribu, baiklah itu cukup sebagai simpanan mereka.
Untuk kehidupan sehari-hari, dia dan Bara bisa menggunakan uang hariannya sebesar 20 ribu itu, untuk naik angkutan umum 4 ribu rupiah pulang pergi untuk satu orang, ditambah Bara menjadi 8 ribu, itu masih tersisa 12 ribu, sedangkan sarapan atau makan siang, mereka tidak usah membeli, karena telah membawa bekal.
Dan juga akan ada uang bantuan dari sekolah 750 ribu setiap 2 bulan, itu bisa ditambah sebagai simpanan mereka nanti.
Karena hanya 2 bulan sekali uang bantuan itu didapatkan, maka Kahaya akan menghitungnya setengah, jadi perbulan mereka mendapatkan, 1.450 ribu + 375 ribu = 1.825 ribu
Baiklah, itu banyak.
Pikirkan saja jika Kahaya mengumpulkannya selama 1 tahun.
1.825 × 12 bulan = 21.900.000.
Kahaya menghitung keperluan mereka nantinya yang pasti akan bisa tercukupi dengan uang mereka yang cukup itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave me, and I die (complete)
Romantizm"Ibu kahaya sebagai pasangan yang dari kecil telah bersama, Apa kebiasaan bapak Bara yang membuat anda takut?" Kahaya merenung, dan memikirkan, lalu membuka mulutnya. " ini. Cara dia menatapku. Tatapannya terkadang membuatku sedikit takut. Sebenarny...