bab 24 : orang orang yang mengganggu

3.8K 603 64
                                    

Tepat pukul 2 siang Kahaya menunggu digerbang sekolah, beruntung dia bisa tertidur beberapa jam karena jika tidak maka dia akan sangat lesu saat bekerja nanti.
 
Kahaya melihat jam dipergelangan tangannya, sambil menunggu Bara mengeluarkan sepeda mereka dari parkiran sekolah.
 
"Aku ingin mencoba es krim 4 rasa yang baru dibuka di dekat warnet" saat Bara sudah ada didepannya Kahaya langsung berseru.
 
Pukul 4 Kahaya harus sudah berada di ruko untuk mulai bekerja, masih ada 2 jam lagi dan dia ingin bersantai.
 
Dengan sangat peka, Bara bertanya, "Mau pergi kesana sekarang?"
 
"Ya, masih ada 2 jam lagi sebelum pukul 4"
 
Bara mengangguk, "baiklah"
 
Sambil menyekop eskrim cup di tangannya yang seharga 10 ribu percangkir, Kahaya bertanya pada Bara setelah memikirkannya matang-matang, "Bara, bagaimana kalau keluar dari rumah itu?"
 
Memasang wajah tidak mengerti Bara menjawab, " rumah apa Kahaya?"
 
Ekspresi ini sudah lama tidak terlihat diwajah Bara selama ini, tanpa tau apa-apa ternyata pertanyaan ini membuat ekspresi yang dulu selalu dibuat Bara menjadi kembali lagi, dia dengan hati-hati membuat pengertian,  "rumah orang tuamu, dipinggir sungai itu"
 
Bara pelan-pelan mengerti, menjawab, "Bukankah rumah didefinisikan sebagai tempat yang hangat, selalu membuat orang ingin pulang dan melihatnya Kahaya?"
 
Kahaya mengangguk, yang dibalas oleh Bara dengan gelengan kepala, "berarti itu bukan rumah, aku tidak pernah ingin pulang, dan itu juga bukan tempat yang hangat"
 
Kahaya berkedip, merasa sakit hatinya kambuh lagi, dia menjangkau tangan Bara untuk menggengamnya dengan hati-hati.
Saat itu terjadi, Bara memfokuskan semua hal padanya, karena Kahaya tidak pernah mendahului berkontak fisik dengannya, jika tidak ada hal yang serius yang ingin dikatakan.
 
‘’Maka dari itu Baraku tersayang, lebih baik kau pindah dari sana, aku tidak ingin selalu melihatmu mendengarkan pertengkaran mereka setiap hari. Bukankah kakak penjaga warnet mengatakan bahwa gudang kosong itu bisa ditempati?’’
 
‘’Diwarnet juga ada kamar mandi, lebih baik menempatinya untuk tidur, lagipula tidur kita sangat singkat, kau bekerja pukul 6 sore sampai 3 pagi, bersekolah pukul 6 pagi sampai 12 siang, belum lagi jika kau punya pertemuan osis. Kalau difikir-fikir, kau hanya akan tidur dari pukul 3 pagi, sampai 6 pagi, 1,2,3.. hanya tiga jam, tidur siang pun tidak di rumah, kita banyak tidur di ruang sekolah, barang-barang seperti baju juga tidak banyak, itu cukup dengan 1 pak tas saja. Hm? Bagaimana kalau pindah saja Bara?"
 
Bara mendengarkan dengan cermat semua kata-kata penjelasan panjang lebar gadis didepannya, yang seharusnya tidak perlu, setelah semua kata-kata nya selesai, barulah Bara menjawab dengan lembut, "Kahaya aku akan mendengarkan semua kata-katamu"
 
Bukankah aku sudah mengatakannya sejak dulu? Sedari awal?
 
Bahkan jika gadis didepannya ini mengatakan bahwa dia harus mengakhiri hidupnya, atau membunuh seseorang untuknya, dia akan melakukannya.
 
Jika rumah digambarkan sebagai tempat yang hangat, gadis ini adalah rumahnya.
 
Jika rumah digambarkan sebagai tempat yang membuat orang selalu ingin pulang, gadis didepannya ini adalah rumahnya
 
Satu-satunya rumahnya, mataharinya, dia tidak bisa menggambarkan apa-apa lagi. Dia lebih baik mati jika gadis ini meninggalkannya, dia benar-benar lebih baik mati.
 
Maka dari itu selama ini dia berusaha menjadi lebih berguna supaya gadis ini tidak bisa meninggalkannya.
 
Setiap malam dia akan bermimpi, bermimpi bahwa suatu hari nanti gadis ini akan meninggalkannya karena nilai Matematikanya turun, atau mata pelajaran lainnya, maka dari itu setiap usaha belajar yang dia gapai hanya agar gadis ini tidak akan meninggalkannya.
 
Semua karna alasan yang acak didalam mimpi buruknya yang membuat Bara ingin menjadi sempurna agar dia bisa tidak kekurangan, dan tidak akan ada alasan lagi bagi gadis di depannya ini untuk meninggalkannya
 
Tetapi mimpi buruk itu tidak pernah berakhir, Bara seperti dihantui, dan jika dia tidak melihat nya beberapa jam saja, rasanya hatinya akan hancur.
 
Kahaya tersenyum lega saat mendengar jawabnnya, sebenarnya dia tahu bahwa Bara akan setuju-setuju saja dengan apapun kata-katanya, tetapi ini adalah hidup Bara, dan Bara berhak mengambil pilihan.
 
Sudah 1 tahun lebih, dan Kahaya tahu bahwa ternyata kakak penjaga warnet itu mengambil jurusan tehnik komputer, dan jaringan.
 
Bara sekarang sangat mahir membenarkan mesin-mesin komputer jika rusak karena diajari kakak itu, kakak penjaga warnet juga terlihat sangat menyukai Bara karena jeniusnya dia, diajarkan sekali dan Bara akan langsung bisa.
 
Kakak penjaga warnet mengatakan bahwa dia ingin kuliah dan mengambil jurusan ini juga dimasa depan, sehingga dia sangat beruntung bertemu Bara, karena dengan mengajarinya dan mengulang hal-hal, kakak penjaga warnet bisa menjadi lebih paham dan hafal tentang langkah-langkahnya.
 
Es krim Kahaya telah habis, tepat saat dia ingin membeli lagi tetapi sangat menyayangkan uangnya, Bara menyondorkan miliknya, dia mendongak untuk melihat Bara yang lebih tunggi darinya dan bertanya, "kau tidak suka rasanya?"
 
Bara menggelengkan kepalanya, "makanlah Kahaya"
 
Kahaya tersenyum dan menerimanya, "dengan senang hati Bara"
 
"Baiklah, ayo kita kewarnet untuk mengatakan pada kakak penjaga warnet bahwa kita ingin menggunakan gudangnya sebagai tempat tinggal"
 
"Baik" Bara mengangguk.
 
Sesampainya diwarnet Kahaya melihat didepan, dan ragu-ragu untuk pergi kesana.
 
"Sepertinya kita datang diwaktu yang tidak tepat Bara" Kahaya turun dari sepeda dan berkata pada Bara.
 
Kahaya melihat kerutan di alis Bara, dan menganggap Bara juga menyetujui perkataannya.
 
Kakak penjaga warnet bernama Albar, dia sangat baik, tetapi karna SMK dikatakan terlalu bebas lingkungannya, dan terlalu banyak lelaki disana, maka pergaulan mereka sudah terlalu dewasa.
 
Di SMP 26 juga tidak luput ada satu dua orang murid nakal pastinya yang merokok, tetapi jika diluar mereka masih tetap menjaga citra nama sekolahnya, dengan melepas dulu seragam nya baru merokok, atau mungkin minum-minuman keras.
 
Tetapi Kahaya melihat di perkumpulan didepannya, tidak ada satupun yang tidak memakai seragam, bahkan kakak penjaga warnet pun tidak luput.
 
Biasanya Kahaya dan Bara akan kemari tepat pada shift Bara, yaitu pukul 3 sore, baru kali ini mereka datang pada jam ini dikarenakan ingin mendiskusikan tentang gudang pada kakak penjaga warnet.
 
Bara pernah mengatakan juga bahwa kalau malam tiba teman-teman kakak penjaga warnet, Albar ini akan sering datang, mereka biasa membuat tempat ini sebagai tongkrongan mereka, itu biasanya pada malam hari, tetapi mungkin karena hari ini ada rapat atau hal lainnya maka dari itu mereka pulang cepat.
 
Bau asap rokok yang mengepul, terlalu pekat dari orang-orang ini, Kahaya merasa tidak nyaman.
 
"Heii, Bara!"
 
Kahaya melihat salah satu lelaki asing melambai pada Bara, Kahaya melihat ke arah Bara, hanya untuk melihat Bara menatapnya, kemudian Bara menggandeng tangannya untuk pergi ke arah sana.
 
Ada lebih dari 6 orang yang berdiri atau berjongkok didepan pintu warnet, Kahaya mengamati postur mereka saat mendekat.
 
"Hei.. kau membawa pacarmu saat bekerja?"
 
Nada main-main pemuda itu yang sedang menghembuskan rokoknya ke arah Bara membuat Kahaya ingin menarik Bara untuk menghindar.
 
"Dia sangat cantik, kau pintar memilih" Teman penjaga warnet itu mengulurkan tangannya untuk memegang wajah nya, tetapi sebelum tangan itu sampai pada tujuannya tubuh Bara yang pindah kedepan, memblokir itu semua.
 
Menepuk punggung temannya perlahan, Albar melihat karyawannya yang masih duduk dikelas 2 SMP itu dengan tidak enak, " apa yang kau lakukan Vikri, sudah kubilang untuk tidak menganggunya"
 
Masih dengan nada main-main, Vikri memberi lambaian polos, sambil membuang puntung rokok nya kebawah dan menginjak, "apa salahnya bertanya, lagipula melihat Bara selalu mengingatkanku pada adikku dirumah"
 
Dari caranya pun, Kahaya tahu bahwa orang bernama Vikri ini pasti pembuat onar disekolah, pemimpin dari kelompok ini mungkin.
 
Kahaya menoleh untuk melihat wajah berkerut Bara yang sekarang telah digantikan dengan senyuman hangat, ekspresi yang membuat orang sekali lihat pun tahu bahwa orang ini adalah orang baik.
 
"Kahaya print tugas Bahasa dulu didalam, sebentar lagi aku menyusul"
 
Kahaya mengangguk, walaupun tidak ada tugas apapun dari mata pelajaran Bahasa yang dikatakannya, tetapi Kahaya mengerti Bara hanya ingin membuatnya pergi dari sini.
 
Mendengar hal itu kakak penjaga warnet pun ikut membantu, "ohh kau akan mengeprint, kalau begitu cepatlah masuk, cepat, cepat"
 
Kahaya masuk, tetapi sesampainya dipintu, Kahaya masih menoleh melihat Bara, dia melihat Bara sedang berbicara dengan pemuda bernama Vikri itu, entah apa yang mereka bicarakan, tetapi orang bernama Vikri itu tidak berhenti membuat suara besar dan tertawa, merasa bahwa itu semua aman, Kahaya dengan ringan meninggalkan Bara kedalam.
 
Tetapi tidak sekitar 10 menit kemudian, siaran teriakan mengagetkannya, tentu saja bukan hanya dia, semua orang didalam bilik warnet juga berlari ke luar untuk melihat apa yang terjadi.
 
Dia disambut oleh kobaran api dari kepala manusia, beruntung para pemuda itu membawa air mineral pada mereka masing-masing, mereka dengan panik menuangkan mineral mereka pada orang yang menjerit-jerit itu untuk memadamkan api yang membakar rambutnya.
 
Saat api itu telah padam dan hanya asap yang mengepul yang ada, pemuda itu berdiri dan memukul salah satu orang di grub nya sendiri, yang mengenakan seragam sekolah yang sama dengannya.
 
"Dasar brengsek, kau sengaja melakukannya bukan!"
 
"Tidak! Demi tuhan, ada yang mendorongku dari belakang, aku.. aku hanya ingin menghidupkan rokokku lagi, siapa tahu ada yang mendorongku, dan kau sedang berjongkok disana.. berhenti, aku mengatakan.. yang sebenarnya.."
 
Pukulan beruntun membuat orang yang dengan panik menjelaskan itu pingsan lemas di lantai, kata-katanya berubah menjadi rintihan mintak tolong, dan setelah itu tidak ada suara yang keluar lagi.
 
Mengusap rambutnya sendiri, merasakan kondisinya, Vikri menendang temannya lagi yang sekarang terkapar dilantai dan mengumpat untuk beberapa kali, "berengsek!"
 
Tidak ada didalam kelompok yang menghentikan orang kesetanan itu untuk memukul temannya sendiri, mungkin karena mereka tau tempramen orang bernama Vikri itu, maka mereka memilih diam, setelah melihatnya puas memukul, barulah mereka membopong tubuh yang pingsan itu kedalam warnet untuk diobati.
 
Kahaya dan orang-orang dipintu menyingkir keluar untuk membiarkan mereka masuk kedalam.
 
Tring! Tring!
 
Panggilan dari handphonenya yang bergetar membuat Kahaya mengalihkan fokusnya, melihat nama Lili di sana, dia menekan tombol jawab.
 
Dan suara menggelegar keluar dari sana.
 
"Kahaya, Kahaya, Kahayaaaa, kau tau, Nizar pemain basket sekolah kita? Aku yakin kau tidak tau, tapi aku masih ingin membagi berita denganmu, katanya tadi siang dia jatuh dari tangga di lantai 2, sekarang masih dirawat dirumah sakit, tetapi sepertinya dia mematahkan kakinya karena kejatuhan itu"
 
Entah karena apa, saat semua kejadian ini terjadi, Kahaya akan melihat Bara.
 
Dan Bara sepertinya tahu, dan juga menoleh melihat Kahaya dengan mata polosnya yang biasa.

Leave me, and I die (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang