Setelah mengobati kaki Beby tadi, mereka bertiga sedang berada di ruang makan. Karena sebentar lagi sudah waktunya makan malam.
"Varo, kamu mau makan pake apa?" tanya Beby menatap suaminya.
Saat akan mengambilkan Alvaro nasi, tiba tiba saja Alvaro mencegahnya. "Gak usah, aku bisa sendiri."
"Nggak bisa gitu dong! Kan aku istri kamu, udah kewajiban aku melayani kamu." protes Beby.
"Nggak papa sayang, lutut kamu masih sakit kan jadi nggak usah." ujar Alvaro lembut.
Beby mengerutkan keningnya. "Kan lutut aku yang sakit, tangannya masih sehat kok." ujarnya sembari memperlihatkan kedua tangan mungilnya.
Alvaro sedikit terkekeh, tangannya terulur mengelus rambut Beby sayang. "Ya udah deh, ambilin ya cantik."
Beby tersenyum manis. "Mau pake apa?"
"Sama ayam kecap aja sama kerupuk juga." jawab Alvaro dibalas anggukan oleh Beby. Dan dengan sigap ia mengambilkan makanan yang dibilang oleh Alvaro.
Steven hanya menatap drama di depannya datar, tidak sadarkah jika ia juga masih disini?
"Ekhem!"
Alvaro menatap Steven malas. "Caper," gumamnya pelan dan mendapat cubitan di perut dari sang istri.
"Nggak boleh gitu," tegur Beby.
"Awss... Iya, maap."
Steven tersenyum kecil. Sedangkan Beby langsung menatap abangnya tidak enak.
"Maaf ya bang, Beby sampe lupa kalo abang masih disini." ceplosnya membuat Steven melotot garang.
Sedangkan Alvaro sudah tertawa keras. "Sukurin nggak dianggep."
"Varo!"
"Hahaha iya sayang." balas Alvaro mencoba meredakan tawanya.
"Abang mau makan apa? Biar Beby ambilin."
"Emm abang mau--
"Dia masih punya tangan by." potong Alvaro membuat Steven mendengus kesal.
Beby menatap suaminya tajam. "Varo, kamu diem atau nanti tidur di luar." ancam Beby membuat Alvaro langsung kicep.
Steven tersenyum penuh kemenangan. "Gak papa kok dek, abang bisa ambil sendiri."
"Kok gitu? Omongan Varo ga usah masukin hati, anaknya emang centil." ujar Beby yang masih menatap Alvaro setajam silet.
Alvaro mengurungkan niatnya saat ingin protes karena mendapat tatapan membunuh dari istrinya.
"Hahaha gapapa dek," tawa Steven langsung meledak ketika melihat Alvaro yang hanya diam tak berkutik. Momen langka pada diri seorang Alvaro.
Beby pasrah, ia mengangguk singkat dan duduk di samping suaminya. Sedangkan Steven sudah sedari tadi duduk di depan Beby.
Mereka pun makan bersama, Beby hanya menggelengkan kepalanya ketika melihat cara makan suaminya. Lihat saja, Alvaro yang duduk di kursi namun satu kakinya di angkat di atas kursi. Sangat tidak sopan tapi Alvaro tetaplah Alvaro, cowok dingin dengan sejuta kesederhanaannya.
Beby menelan makanannya sebelum berbicara. "Oh iya, abang ngapain kesini?"
Steven mendongak menatap wajah sang adik. "Gak papa sih, gabut aja."
"Ganggu," sindir Alvaro halus.
Steven memutar bola matanya malas. "Tengil amat sih lo!"
Beby menganggukkan kepalanya pertanda ia setuju atas ucapan abangnya. "Varo emang tengil abang, jail juga."
Steven tersenyum. "Gue mau ke Korea,"
Alvaro dan Beby menatap Steven heran. "Ngapain Lo?" tanya Alvaro.
"Mau lamar Lisa," jawabnya asal membuat mereka berdua memutar bola matanya malas.
"Ck, serius mau ngapain bang?"
Steven terkekeh singkat. "Mau jenguk Zela,"
"Ikut!!" pekik Beby spontan.
"Kapan?" tanya Alvaro.
"Besok."
Alvaro menganggukkan kepalanya. "Anak anak?"
"Nanti bahas lagi di basecamp."
- ALVARO -
"Ikutt."
"Nggak."
"Pokoknya ikut,"
"Gaboleh sayang, udah malem."
"Ishh tau ah,"
Kamar Alvaro dan Beby kini dipenuhi dengan pertengkaran mereka. Bukan sih hanya Beby yang merengek ingin ikut Alvaro ke basecamp, sedangkan Alvaro menolaknya karena alasan sudah malam.
"Di sana banyak cowok."
"Mau ikut tetep!"
Alvaro menghela nafas gusar. "Udah malem sayang, besok aja jalan jalan sama aku gimana?"
"No! Aku ngga mau."
"Tapi--
"Aku ajak Jesi sama Letta."
Oke sepertinya Alvaro mengalah kali ini. "Yaudah boleh, tapi janji dulu."
"Janji apa?"
"Harus janji sama aku."
Kening Beby menyerit bingung. "Iya, janji apa?"
"Janji nggak boleh deket deket sama cowok lain, ga boleh natep matanya, ga boleh berinteraksi sama cowok lain apalagi sampe--
"Iya-iya Varo, aku juga tau kali."
"Ck, kebiasaan iya iya tapi nanti nakal."
"Aku ngga nakal ya!"
"Yaudah, awas aja sampe matanya jelalatan."
"Oke sayang." balas Beby lembut dengan senyum manis.
Alvaro membuang muka dengan semburat merah di pipi. Ia salting.
Sedangkan Beby hanya terkekeh kecil, ia mengecup bibir Alvaro secepat kilat membuat sang empu melebarkan matanya terkejut.
"Gadis nakal," dengus Alvaro geram.
Beby menampilkan gigi putihnya. "Hadiah buat kamu soalnya mau ajak aku ke basecamp."
Alvaro mendekatkan bibirnya ke telinga Beby. "Jangan membuatku meminta lebih, baby girl." bisik Alvaro kemudian ia menggigit daun telinga Beby singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO | ATLANTA GENK
Teen Fiction"Dia, baby gue." Namanya Alvaro Febryan Dirgantara, si iblis yang tak kenal ampun kepada siapapun yang berani mengusiknya. Si iblis yang berwujud dewa mitologi yunani. Tatapan tajamnya membuat siapapun yang melihatnya menciut seketika. Dia Alvaro...