ALVARO || 058

12K 657 10
                                    

Alvaro menidurkan dirinya di kasur, badannya cukup lelah padahal baru beberapa jam ia bekerja badannya sudah terasa remuk, ia tak bisa membayangkan ayahnya dulu yang juga bekerja dari pagi hingga malam.

"Kamu mau aku bikinin teh? atau kopi?" tawar Beby ketika melihat wajah lelah suaminya.

"Mau tidur," Alvaro memejamkan matanya. Beby mengelus rambut Alvaro dengan gerakan lembut hingga membuat Alvaro semakin nyaman.

"Jangan berhenti, elusin terus." pintanya.

Beby tak membantah, ia mengelus rambut Alvaro yang sudah lebat dan panjang.

"Ihh ... kayaknya kamu harus potong rambut deh, liat sampe bisa aku jambak." Beby menjambak rambut Alvaro pelan.

"Hmm," gumamnya yang tak mendengar jelas ucapan Beby.

Beby melihat sebuah karet rambut di meja nakas, dengan jahilnya ia menguncir rambut Alvaro yang panjang, Beby tertawa sendiri melihat hasil karyanya.

Ia yakin bangun nanti Alvaro akan mengomelinya, karena bukan satu atau dua karet saja namun ada sekitar lebih dari lima karet sudah terkuncir dengan rambut Alvaro.

Lama kelamaan matanya memberat, ia mencium kening Alvaro sebelum ikut terlelap.

"Selamat tidur, suaminya Beby."

- ALVARO -

Reyhan memarkirkan motor Scoopy Bella di depan rumahnya, Bella dengan semangat langsung turun dari boncengan Reyhan.

Tadi Reyhan sempat menolak ajakan Bella, namun Bella tetap bersikeras untuk berkunjung ke rumahnya. Akhirnya ia pasrah dan iya saja.

Bella mengamati rumah Reyhan yang sederhana namun sangat bersih dan rapi, lingkungan tempat tinggal Reyhan juga hijau dan asri.

"Sorry, rumah gue gini adanya."

Bella menoleh ke arah Reyhan dengan kerutan di keningnya, memang kenapa kalo rumah Reyhan seperti ini?

"Kenapa minta maaf?"

"Lo anak orang kaya, pasti nggak nyaman kalo--

"Idih sok tau lo, gue malah seneng kali, walaupun gue anak orang kaya tapi bukan berarti gue nggak nyaman di tempat lo." jelas Bella.

"Rumah lo bersih, rapi lagi, lingkungannya juga sejuk sama asri, nyaman banget." sambung Bella, ia tak suka Reyhan merendahkan dirinya karena ia bukan dari kalangan keluarga kaya.

Reyhan tersenyum tipis mendengar ucapan Bella. "Ayo masuk."

"KAKAK!"

Teriakan diiringi pelukan di tubuh Reyhan membuat langkah mereka terhenti, terlihat sosok mungil yang sedang memeluk Reyhan erat.

Bella menyimpulkan bahwa gadis cilik itu adalah adik Reyhan, di belakangnya juga ada sosok laki laki yang terlihat mirip dengan bocah laki-laki. Namun ia hanya diam bak patung, tangannya bersedikap dada dengan wajah datar.

Bella berfikir dalam hati, bahkan bocah saja sudah memiliki wajah datar seperti abangnya dulu.

"Hey sayang," ujar Reyhan menggendong bocah perempuan.

"Hayo ... kakak pulang bawa pelempuan," celetuknya dengan nada cadel.

Bella tertawa ringan mendengar ucapan seseorang yang ada di gendongan Reyhan, sangat lucu menurutnya.

ALVARO | ATLANTA GENKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang