ALVARO || 061

13.2K 789 105
                                    

Dokter cantik itu tersenyum ramah. "Ibu tidak apa-apa, itu sudah biasa bagi ibu hamil."

"H-hamil?" beo Beby kaget.

"Iya bu, kandungan ibu sudah menginjak empat minggu, karena masa hamil masih rentan jadi hati-hati ya bu."

"Saya akan memberikan ibu vitamin agar ibu dan calon anak ibu sehat," ujar dokter dengan menulis sebuah resep.

Beby loading, ia belum paham. Ia? Hamil? Matanya berkaca-kaca, benarkah?

"Ibu," panggil dokter membuyarkan lamunan Beby.

"Iya dok?" tanyanya dengan bibir bergetar.

Dokter itu tersenyum tipis melihat manik mata Beby yang memancarkan kebahagiaan, namun sepertinya Beby masih shock.

"Ibu bisa nebus resepnya di apotek."

Beby mengangguk, ia langsung pamit pergi dari situ. Setelah ia menebus resep yang dokter tadi berikan, ia duduk di bangku taman yang berada di dekat parkiran.

Pikirannya melayang pada malam itu, malam yang membuat sosok nyawa di perutnya. Waktu itu Alvaro pulang dalam keadaan mabuk, dan bertepatan dengan Beby yang baru selesai mandi.

Dengan keadaan mabuk dan pikiran Alvaro yang liar, maka ia dengan paksa mengambil mahkota berharga Beby.

Air matanya meluruh begitu saja, ia mengelus perutnya yang masih rata.

"Kamu baik-baik disini ya sayang,"

Beby menepuk keningnya, sedari tadi ia tidak membuka ponsel. Ia yakin banyak pesan yang Alvaro kirim untuknya.

Dan benar saja, ratusan pesan dengan puluhan panggilan tak terjawab dari Alvaro membuat hp nya sedikit lag karena baru menghidupkan data.

Ia menekan tombol panggilan pada Alvaro, tak butuh waktu lama panggilan tersebut langsung terhubung.

"Halo, assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam, kamu dari mana? Kenapa hp nya dari tadi nggak aktif?"  cerocos Alvaro dari seberang.

"A-aku emm, dari..." sial kenapa dirinya menjadi gugup.

"Dari mana, hm?"

Beby terdiam, kalau seandainya ia memberitahu Alvaro apa ia akan senang? Atau malah sebaliknya.

"Hey, kamu kenapa? Jangan buat aku khawatir."

Beby menghembuskan nafas dalam sebelum berbicara. "Aku dari rumah sakit, dokter bilang aku hamil." ungkapnya setelah terdiam cukup lama.

Di seberang, Alvaro langsung bangkit dari duduknya. "K-kamu serius?" tanyanya tak sabaran.

Beby mengangguk pelan, ia mengelus perut ratanya. "Iya,"

"Sekarang kamu lagi dimana?"

"Aku lagi di taman rumah sakit,"

"Tunggu disitu, aku akan menyuruh orang untuk menjemputmu."

"Tapi--

"Tidak ada bantahan, aku akan pulang sekarang."

"Apa kerjaan kamu sudah beres?"

"Persetan! Yang jelas aku ingin menemuimu."

Beby tak dapat menahan senyumnya. "Kamu seneng aku hamil?"

Beby mendengar suara decakan dari Alvaro. "Ayolah kenapa kamu tanya gitu? Jelas aku seneng, banget malah." kesal Alvaro.

Kini senyum Beby merekah lebar. "Aku tunggu kamu di rumah."

ALVARO | ATLANTA GENKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang