"Andra, sini makan."
Dengan langkah kecilnya, Andra berlari menghampiri sang bunda yang tengah menata makanan di meja makan.
"Mam bunda." pinta Andra sembari menatap Beby berbinar.
"Iya sayang, tapi boleh minta tolong panggilin ayah? Ayah ada di ruang tamu, ada temen ayah kamu bilang yang sopan ya."
Andra mengangguk semangat. "Oke bunda."
Andra berjalan ke arah ruang tamu, dari kejauhan ia dapat mendengar suara perempuan dengan jelas.
"Ayah," panggil Andra membuat perempuan itu menghentikan ucapannya, ia sedikit menatap tidak suka pada Andra.
"Sini sayang, ayah pangku."
Andra menurut, ia duduk di atas pangkuan sang ayah.
"Ayah disuruh makan sama bunda."
"Iy--
"Tapi pak, masih ada yang perlu kita bicarakan." sela perempuan itu membuat Alvaro mendengus sebal, ia sangat tidak suka jika ada yang memotong ucapannya, kecuali itu Beby.
"Tante jangan ikut campur, jangan buat bunda nunggu aku sama ayah makan."
Andra menatap tidak suka ke arah perempuan itu, di umurnya yang 3 tahun ini Andra sangat tidak suka ada perempuan yang mendekati ayahnya dan itu akan membuat bundanya sedih. Andra tidak suka itu, ia tidak suka bundanya sedih.
"Kamu anaknya pak Alvaro ya? Lucu banget kaya ayahnya." perempuan itu tersenyum paksa ke arah Andra.
"Senyum tante jelek." dengan polosnya Andra berkata begitu yang langsung membuat raut wajah perempuan itu masam.
'Anak sialan.' batinnya.
"Dara, saya kira tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi. Kamu bisa pergi sekarang, anak saya tadi bilang jangan gara-gara kamu istri saya harus menunggu saya dan anak saya." tutur Alvaro datar.
Perempuan yang bernama Dara itu menatap Alvaro dengan rasa jengkel, ternyata cukup susah untuk masuk ke dalam rumah tangga Alvaro terlebih untuk mendapatkan hati anak bosnya itu.
"Tapi pak, kita harus membicarakan lagi soal kerja sama kita dengan perusahaan yang berada di Eropa. Bapak jangan egois, hanya karena istri bapak menunggu bapak bisa jadi kehilangan kesempatan emas ini." bantah Dara.
"Tutup mulutmu Dara! kamu yang egois tidak tau tempat untuk membahas pekerjaan."
"Tante pergi aja deh, aku ga suka ada cewek lain di rumah ini selain bunda."
"Kamu jangan ikut campur, bocah kecil."
"Dara! Saya bilang tutup mulutmu!" Alvaro berkata dengan nada membentak.
Suasana di sana sekarang terasa panas, hingga Beby datang dari arah dapur. Ia sedikit heran kenapa suami dan anaknya belum datang juga, makannya ia menyusul.
Andra berlari menghampiri Beby. "Bunda nunggu aku sama ayah lama ya? Andra minta maaf bunda." dengan nada bersalah, ia memeluk sang bunda.
Beby mengelus rambut anaknya. "Iya sayang, gapapa."
Dara berdiri dengan menatap Beby tidak suka. "Bapak kok bisa suka sama dia sih, padahal lebih cantik saya."
Andra menatap Dara dengan marah. "Kamu jangan hina bunda aku!"
"Dara, saya bilang cukup! Kamu bisa pergi sekarang."
Alvaro benar-benar sudah muak dengan kelakuan karyawannya itu, pagi-pagi sudah datang ke rumahnya dan membuat keributan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO | ATLANTA GENK
Teen Fiction"Dia, baby gue." Namanya Alvaro Febryan Dirgantara, si iblis yang tak kenal ampun kepada siapapun yang berani mengusiknya. Si iblis yang berwujud dewa mitologi yunani. Tatapan tajamnya membuat siapapun yang melihatnya menciut seketika. Dia Alvaro...