ALVARO || 016

23.3K 1.3K 11
                                    

Beby berjalan di koridor hendak menuju kelasnya dengan menunduk bukan untuk mencari uang, melainkan menghitung jumlah ubin yang ia injak.

Tak sadar akan langkahnya, kini ia tepat di perpustakaan. Ia pun menghentikan langkahnya dan mengamati sekitar seperti orang katrok.

"Kok sampe sini ya?" gumamnya bingung.

Seseorang menepuk pundak Beby, membuat Beby jadi memutar tubuhnya ke belakang. Sosok laki laki jangkung dengan jas OSIS tepat di hadapan Beby.

"Kenapa?" tanyanya.

"Kenapa apanya?" tanya balik Beby.

"Lo ngapain kek anak ilang."

"Hhehe gatau, kakinya jalan kesini." jawabnya asal.

"Hahaha ada ada aja, kenalin nama gue Jo,"

"Jo siapa?" tanya Beby bingung.

"Jodohmu hahaha,"

Beby yang bingung pun hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Gak, kali ini seriusan kenalin nama gue Farel Adiatama, waketos paling ganteng disini." narsisnya.

Beby meringis memang sih Farel tampan, tinggi, dan bibirnya itulohh. Tapi tetep sih bibir Alvaro lebih menggoda--Eh?

"Salam kenal aku Ira, Bebyra." balas Beby.

"Lo kelas berapa? Mau gue anterin ke kelas lo?" tawar Farel.

"Enggak perlu deh, makasih tawarannya." tolak Beby halus dan langsung berlalu pergi dari situ.

"Lucu," gumam Farel.

Beby segera pergi dari perpustakaan menuju kelasnya. Ia mempercepat langkahnya kala ada seseorang yang mengikutinya.

Bruk!

Tanpa sadar ia menabrak seseorang. Tak menjaga keseimbangan, tentu saja Beby jatuh dengan tidak aesthetic.

"Aduh, siapa sih? Apes banget tadi ketemu waketos narsis, sekarang nabrak orang. Ini nih yang namanya udah jatuh ketiban tangga pula," gerutu Beby.

Tiba tiba sebuah tangan kekar tepat di hadapannya. Beby mendongak, tertampang jelas wajah datar Alvaro. Beby menerjapkan matanya, ia masih cengo.

"Kenapa?" tanya Alvaro datar.

Beby menerima uluran tangan Alvaro dan bangkit dari duduk tidak aesthetic nya.

"V--varo," kikuk Beby.

"Kenapa?" tanyanya, dengan nada yang sama.

"Enggak aku mau ke kelas."

"Oh,"

Beby menyerit, kenapa Alvaro jadi cuek dan dingin. Apa jangan jangan di marah? Tapi bukannya disini yang seharusnya marah ia, bukan Alvaro? Dan apa kesalahannya? Ahh banyak pertanyaan bersarang di otaknya.

"Varo," cicit Beby.

"Hm?"

"Kamu marah sama aku? Kenapa? Kan seharusnya yang marah aku bukan kamu?" Oke akhirnya ia bisa meloloskan beberapa pertanyaan yang bersarang di otaknya dengan sekali tarikan nafas.

ALVARO | ATLANTA GENKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang