Beby berjalan pelan menuruni satu per satu anak tangga, tangannya menggenggam erat pegangan pinggir tangga.
Ia menghela nafas pelan, matanya menatap setiap sudut rumahnya yang luas. Kakinya kemudian melangkah berjalan ke arah sofa.
Beby duduk di sofa tersebut sembari menghidupkan tv menggunakan remot. Raga Beby memang disini, tapi pikirannya sudah melayang entah kemana.
Seorang laki-laki duduk di samping Beby membuat Beby menoleh cepat ke arahnya.
"Sayang," panggilnya dengan suara berat.
Beby tersenyum. "Kamu mau makan?"
"No, aku mau kamu."
Jawaban itu membuat Beby terkekeh. "Boleh.. tapi ga sekarang."
Senyum yang tadinya mengembang langsung memudar. "Aku mau ngomong sama baby aja."
Laki-laki itu lantas sedikit membungkuk, mengarahkan wajahnya mendekat ke perut buncit sang empu.
"Hay, baby boy, kapan kamu keluar hm?"
Beby tersenyum hangat, ia mengelus rambut suaminya dengan gerakan teratur. Pikirannya kembali melayang pada malam itu.
Mimpi buruk yang seharusnya tak datang menghampirinya, mimpi yang membuatnya sedikit trauma.
"Beby,"
Beby menerjap. "Iya?"
"Jangan pikirin lagi sayang, itu cuma mimpi." ucap Alvaro menenangkan.
Malam itu dirinya dibuat kalang kabut karena melihat Beby yang menangis keras dalam tidurnya. Apalagi badannya yang sangat panas, itu membuat ke khawatiran Alvaro terus bertambah.
Dengan segala upaya, akhirnya Beby dapat bangun namun dalam keadaan takut dan seperti orang trauma. Hingga setelahnya Beby demam tinggi.
"Aku masih takut."
"Takut hm? Ada aku di sini, kamu ga perlu takut sayang."
Beby mengangguk pelan, mungkin memang seharusnya ia tak memikirkan mimpi buruknya itu.
"Kamu itu terlalu fokus mengusir pikiran buruk kamu, coba sekarang kamu fokus pikirin yang buat kamu bahagia. Contohnya sekarang kamu pikirin baby yang mau lahir, dan...
"Dan?" beo Beby karena Alvaro menggantungkan ucapannya.
"Aku." jawab Alvaro dengan senyum terpatri indah di bibirnya.
- ALVARO -
"Kamu mau beli yang warna hijau apa biru?"
"Biru deh, lucu ada gambar kartunnya."
Alvaro mengangguk, ia meletakkan sebuah baju bayi berwarna biru ke dalam troli. Kalian benar, kini Alvaro dan Beby memang sedang berbelanja kebutuhan untuk calon anak mereka nanti.
"Kamu mau beli ranjang bayi yang mana?" tanya Beby, ketika ia bingung memilih antara kedua model keranjang bayi di depannya.
"Bagus itu," tunjuk Alvaro pada ranjang bayi dengan gambar bola.
"Emang kamu yakin kalo anak kita cowok?" heran Beby.
"Yakin, kan dokter yang bilang." jawab Alvaro.
"Tapi kan, dokter masih kira-kira. Kalo anak kita cewek, kamu kecewa engga?"
Dengan cepat Alvaro menggeleng. "Ngapain aku kecewa, malah aku bersyukur punya princess."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO | ATLANTA GENK
Novela Juvenil"Dia, baby gue." Namanya Alvaro Febryan Dirgantara, si iblis yang tak kenal ampun kepada siapapun yang berani mengusiknya. Si iblis yang berwujud dewa mitologi yunani. Tatapan tajamnya membuat siapapun yang melihatnya menciut seketika. Dia Alvaro...