ALVARO || 050

13.9K 834 17
                                    

Beby masuk ke dalam kamarnya, ruangannya terlihat sepi tak berpenghuni.

Ia menghela nafas gusar, kemana perginya Alvaro. Tadi setelah makan, Beby langsung pamit pulang ke hotel diantar oleh Steven.

Beby tadi juga tak melihat Alvaro, ia kira Alvaro sudah pulang duluan tapi ternyata suaminya belum pulang.

Pertanyaan dimana Alvaro terus bersarang di otak Beby, kemudian ia duduk di kasur, wajahnya terlihat sangat lelah.

"Dengarkanlah.."

Beby dengan cepat menoleh saat mendengar suara nyanyian Alvaro, suaminya berdiri tak jauh darinya dengan membawa sebuah gitar. Beby masih speechless.

"Di sepanjang malam aku berdoa.." lanjut Alvaro, ia berjalan ke arah Beby, matanya menatap lekat manik mata Beby.

"Bersujud dan lalu aku meminta.." Beby diam, menikmati alunan lagu yang berpadu gitar.

"Semoga kita bersama.." Alvaro semakin berjalan mendekat dan berdiri di hadapan Beby.

"Dengarkanlah.."

"Di sepanjang malam aku berdoa.." Beby akui, suara Alvaro memang sangat merdu hingga membuatnya terbuai.

"Cintaku untukmu selalu terjaga.."

"Dan aku pasti setia.." Alvaro terlihat sangat menghayati setiap lirik yang ia nyanyikan.

Alvaro meletakkan gitarnya, kemudian Alvaro berjongkok. Ia membawa kedua tangan Beby ke dalam genggamannya, "Maaf buat tadi ya, cantik."

Beby masih diam belum merespon, jangan tanya bagaimana jantung Beby sekarang yang pastinya sudah ingin lepas dari tempatnya. Sial, ia baper.

"Sayang,"

Beby menatap Alvaro yang sedang menatapnya dalam. "Maaf aku emang keterlaluan tadi," sambung Alvaro.

Beby menghela nafas pelan. "Aku udah maafin kamu,"

Alvaro menciumi punggung tangan Beby berkali kali. "Maaf dan makasih,"

Alvaro bangkit dan duduk di sebelah Beby dengan bersila, ia menghadap ke arah Beby sepenuhnya.

Beby menoleh ke arah Alvaro. "Ada apa?" tanyanya ketika ia merasa bahwa Alvaro ingin mengatakan sesuatu.

"Aku ada hadiah buat kamu," jawabnya dengan senyum merekah.

Beby menyerit. "Hadiah, apa?"

"Tutup mata dulu," suruh Alvaro dan langsung dituruti oleh Beby.

Setelah memastikan bahwa Beby sudah menutup matanya, ia langsung merogoh suatu benda berkilau yang ada di saku celananya.

Sebuah kalung.

Kalung cantik dengan liontin berbentuk mahkota, di tepi liontin itu terdapat butiran berlian yang harganya tentu tidak murah.

Setelahnya Alvaro memakaikan kalung tersebut di leher jenjang sang istri. "Dah, selesai." ujarnya setelah selesai memakaikan kalung di leher Beby.

"Boleh buka mata sekarang?"

Alvaro mengangguk pelan yang tidak dapat dilihat oleh Beby. "Boleh,"

Beby perlahan membuka matanya, ia terkejut melihat sebuah kalung yang sangat indah berada di lehernya.

Ia langsung bangkit dan berkaca di cermin riasnya. Ia menatap pantulan kalung yang diberikan dari suaminya, sangat indah.

Beby beralih menatap Alvaro berkaca kaca. "M-makasih."

ALVARO | ATLANTA GENKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang