Seorang gadis dengan bandana berwarna merah tua berjalan dengan tas yang berada di pundaknya, kedua tangannya mencengkram tali tasnya. Ia berjalan dengan riang, sesekali tersenyum ramah.
"Zela!!"
Merasa terpanggil, gadis itu langsung menoleh. "Hai! Dila,"
"Gue cariin lo muter-muter, ternyata disini." ujarnya dengan nafas sedikit terengah-engah.
Zela menyengir lebar. "Kamu memang nggak eskul?"
Dila menggeleng dengan memakan sebuah cemilan yang ia bawa. "Hari ini guru yang ngajar lagi ada urusan."
Dila adalah teman Zela di sekolah, Dila juga berasal dari Indonesia yang pindah ke Korea untuk sementara waktu karena pertukaran antar pelajar. Jadi tak heran jika Dila bisa bahasa Indonesia.
Zela sendiri sudah kelas 11 karena mengikuti ujian susulan, dan Zela dapat naik kelas dengan nilai yang hampir dikatakan sempurna. Cukup sulit memang diposisi Zela, ia koma beberapa bulan. Tentu ia tak mengerti materi apapun yang ia tinggalkan.
Namun, dengan support David, dan tentu bantuan dari abangnya itu, Zela dapat naik kelas.
"Lo kok belum pulang?" tanya Dila.
"Masih nunggu kak David," jawab Zela sembari berjalan menuju gerbang.
Dila mengikuti langkah Zela, dan mensejajarkan jalannya. "Tumben, biasanya juga abang ganteng yang jemput lo."
"Kata kak David, hari ini kakak yang jemput."
"Halah nggak percaya gue, palingan bentar lagi abang ganteng da--
"Zela!"
"--teng." lanjut Dila lirih.
Mereka berdua menoleh ke arah suara, seorang dengan siluet tubuh atletis, kemeja yang sangat cocok di tubuhnya. Juga kaca mata yang bertengger di pangkal hidungnya membuat siapapun yang melihatnya akan terpana.
Contohnya Dila, dia sudah menatap orang itu tanpa berkedip. Seolah ia mendadak lupa cara untuk berkedip, berbeda dengan Zela. Ia malah terlihat murung.
"Abang ganteng," genit Dila.
Si pria memutar bola matanya malas menatap Dila, ia merangkul pundak Zela dan mencium rambut Zela. "Mau langsung pulang atau jalan-jalan dulu?"
Zela melepas rangkulan lengan pria itu dan mengerucutkan bibirnya. "Ihh.. Kak Stev, malu tau."
Steven terkekeh pelan, "Gemes banget, calon pacar gue."
"Makasih kak, aku emang gemes." sahut Dila cepat.
"Zela, bukan lo." tukas Steven.
"Kok kak Steven yang jemput? Kak David mana?" tanya Zela lirih, ia sedikit kecewa kepada kakaknya itu, karena David selalu berjanji ingin menjemput Zela, namun lagi dan lagi Steven yang datang, bukan David.
Steven tersenyum tipis. "Gantengan gue,"
Zela berdecak malas, ditanya apa dijawab apa.
"Aku pulang sama Dila aja, kak."
"Gue ada urusan Zel, sorry." seru Dila, ia sebenarnya sudah tau masalah Steven dengan Zela. Walaupun Dila sering mengagumi Steven, tapi percayalah Dila hanya sebatas mengagumi Steven.
Bukan suka, apalagi cinta. Ia bukan tipe orang yang suka nikung teman, tapi Dila tipe orang pecinta cogan.
"Yahh.." bahu Zela melorot lesu.
"Emm.. yaudah Zel, gue balik dulu. Lagi buru-buru, biasa orang sibuk." canggung Zela diakhiri kekehan.
Zela mengangguk pelan. "Yaudah, hati-hati Dil."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO | ATLANTA GENK
أدب المراهقين"Dia, baby gue." Namanya Alvaro Febryan Dirgantara, si iblis yang tak kenal ampun kepada siapapun yang berani mengusiknya. Si iblis yang berwujud dewa mitologi yunani. Tatapan tajamnya membuat siapapun yang melihatnya menciut seketika. Dia Alvaro...