15. PDKT katanya

54 9 0
                                        

"Kamu aja yang kurang peka!"

🌞🌞🌞

"Gila lo!"

"Sttt... Gue cuma jalan aja."

Afika menggelengkan kepalanya,dia paham itu bukan jalan biasa. Darimana datangnya rasa suka jika bukan dari PDKT yang berujung jalan bersama, makan bersama, dan main bersama?

"Lo sama Bintang lagi PDKT?"

"Hah?"

"Jujur nggak? Gini ya, Bintang kayaknya bukan tipe cowok berteman biasa dengan cewek. Mungkin kalau gue iya, tapi kalau lo?"

"Gue nggak tahu. Gue nggak punya pikiran sejauh itu."

Afika mengigit bibirnya, dia menghembuskan napasnya dan memeluk Mentari.

"Gue suka Tar, lo deket sama cowok. Apalagi kalau sampai suka plus jadian, tapi gue nggak mau lo disakiti. Karena lo teman gue yang paling baik."

"Gue cuma lagi berteman sama Bintang, gue juga nggak tahu bakal gimana. Gue usahain nggak akan sakit hati."

Mentari tersenyum, dia tak akan memikirkan hal itu. Dia membuka Insta nya dan melihat hasil ketikannya semalam.

Langit01 Gue nggak diajak nih

Meta.ri Ayolah

"Pokonya kalau Bintang macam-macam sama lo, gue bakal maju paling depan."

Afika sudah berdiri dengan tegak dan siap berperang melawan siapa saja yang menganggu temannya. Bahkan jika ada seribu orang yang akan meminta Mentari, dia akan berada di depan untuk melihat apakah laki-laki itu sudah baik bibit, bobot, dan bebet nya.

"Widihhh, yang baru jalan-jalan."

"Apa sih, lo!" Afika menghadang Langit yang berlari dengan seragam yang sudah basah.

"Gimana disana, bagus nggak?"

"Hmm, bagus." Mentari menggaruk dagunya.

"Gue mau juga kesana!" Langit mengelap keringat yang membasahi dahinya.

"Besok aja, kita kesana. Gimana Bintang?" Tanya Afika penuh harap pada Mentari untuk menjawabnya.

Sebenarnya Afika sangat teramat penasaran bagaimana Bintang. Mungkin tipe cowok kutu buku yang tiba-tiba menjadi anak romantis.

"Gimana apanya?"

"Ck, maksud gue. Baik nggak? Romantis nggak?"

"Oke, gue jelasin. Gue sama Bintang jalan main aja, lo harapin apa sih?"

"Ya, apa gitu."

"Nggak, udah deh. Nanti gue sama dia malah canggung."

"Hmm, kalau lo pergi lagi beritahu gue. Gue harus dandanin lo, Tar."

"Eh, nggak usah ikut campur deh, biarin aja mengalir." Langit mengentikan nasihat Afika.

"Kan biar Mentari cantik membahana badai, gue ini mendukung."

"Heleh, urus sana oppa-oppa lo!"

"Lo sirik aja sih, lo nggak suka ya Bintang jalan sama Mentari?"

Mentari melirik Langit yang terdiam seketika.

"Heh, kita baru kenal. Kita nggak tahu juga Bintang orangnya gimana."

"Hmm, alasan. Udah, Tar. Nih, cowok nggak jelas "

Afika menarik Mentari menjauhi Langit, sekejap Mentari melihat Langit yang mengeluarkan sumpah serapah tak jelas.

Toko Kaca ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang