9. Buka Matamu

80 11 2
                                    

"Buka matamu, dunia memang begitu tapi kau dapat menemukan cinta disana."

🌞🌞🌞

"Kamu dari mana?" Tanya Sinta pada anak gadisnya.

"Dari taman!"

Mentari tak kuasa menatap wajah mamanya. Baru hari ini dia diantar pergi oleh seorang laki-laki kecuali Langit.

"Sama siapa? Tumben bukan sama Langit."

"Sama Bintang, Mentari mau makan dulu."

"Dimana anaknya?"

"Pulang, udah malem juga. Kasian dia, rumahnya jauh."

"Kak, Raka dibeliin es klim lho!"

"Sama?"

"Kak Bintang, tadi abang-abang lewat telus dibeliin sampai 5 lho!"

Wajah Mentari begitu terkejut, kejutan macam apa ini? Mungkin suatu hari nanti dia perlu membalas kebaikan Bintang kelewat baik. Padahal ini adiknya bukan adik Bintang.

"Ya ampun Raka adikku nggak tahu diri, udah bilang makasih?"

"Udah tapi Raka disuluh jadi temennya Kak Bintang."

"Temen?"

"Hmm, sampai minta nomol Raka juga!"

"Hah? Buat apa? Emang Rama punya hp?"

"Yee, nomol mama lah! Pantas jomblo terus!"

"Apa? Oh, ya udah nggak usah tak ajari lagi. Bye!"

Mentari naik ke atas dan tak berselera lagi untuk makan setelah mendengar ceramah adiknya. Meski terdengar dia ingin dicomblangkan oleh adiknya. Mentari masih punya harga diri untuk menolak.

"Kamu marah sama Raka?"

"Nggak kok, lagi males aja. Kenapa Ma, suruh beli minyak goreng?"

"Nggak, kamu istirahat aja pasti capek. Kalau udah selesai turun terus makan. Wajah kamu tirusan lho."

"Iya!"

Entah kenapa Mentari merasa aneh pada mamanya. Jarang dia mendapat perhatian lebih seperti sekarang. Bahkan dia juga tidak merasa ada yang aneh dengannya.

🌞🌞🌞

"Eh, Tar! Gimana?" Langit duduk menunggu pelanggan sambil mendengar Mentari bercerita kejadian di rumahnya.

"Ya artinya adik lo perhatian."

"Anak kecil tahu apa sih? Kebanyakan nonton sinetron jadi gitu!"

"Jual aja tv lho!"

"Mama gue langsung ngamuk lah, dia kan yang suka nonton jadi Raka ikut-ikutan apalagi drakor korea itu yang pelakor."

Setiap hari Mentari akan disuguhi pemandangan mamanya menangis di depan tv dan menjadi ibu-ibu sinetron. Raka cukup menemani dan makan dengan baik saja. Untuk Mentari, dia lebih suka di kamar dan menutup telinganya dari teriakan hujatan mamanya.

"Bapak gue nonton juga, parah sih."

"Si Citra gimana? Udah lo tembak?"

"Ciee, perhatian. Tumben tanya!"

"Gue udah bilang kemarin, lo pacaran aja sekarang nggak usah terbebani karena gue."

"Lagi pdkt juga belum tentu jadian."

"Oh."

Mentari tahu itu hanya alasan, padahal Citra pasti menunggu kepastian dari Langit. Sayangnya hanya Langit yang bisa memutuskan.

Toko Kaca ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang