10. Bagus!

76 11 3
                                    

"Jangan jadi orang lain, jadi kamu saja."

🌞🌞🌞

Mentari melototi Afika yang sedang mendadani dirinya. Wajah mentari sudah dipolesi dengan bedak dan sebuah lipstick berwarna pink muda. Tentu saja milik Afika, butuh beberapa menit membuat Mentari diam menerima sesuatu diwajahnya.

"Nggak enak, mending pakek lipbam aja!"

"Cantik lho, Tar!"

"Apanya? Menor ini, gue nggak jadi aja kalo lo tetep maksa gue pakek ini!"

"Iya-iya, ngalah gue. Padahal wajah lo itu gampang kalo dimake-upin!"

"Berangkat, aja. Si Bintang udah pasti di sana!"

"Iya, yuk!"

Mentari terdiam sejenak, ada perasaan tidak enak sedari tadi hadir di hatinya. Sejak Afika datang dan membongkar seisi lemarinya itu sudah bencana baginya. Bahkan temannya memilihkan baju yang Mentari pakai sekarang. Sebuah jeans dan kaos putih dipadukan dengan sepatu hitam.

"Kenapa lo nggak ada rok sih?" Afika begitu frustasi.

"Bodo."

"Baju lo juga! Mana ada lemari cewek isinya kaos hitam putih semua. Lo mau dapat cowok gimana?"

"Terserah gue! Nanti gue juga mau beli sekalian."

"Gue yang beli pokoknya!"

"Terserah lo, sekarang ayo berangkat. Keburu Rama dateng terus minta ikut."

Afika mengendarai motor, Mentari hanya membonceng dan mengamati jalanan. Banyak motor mobil berlalu-lalang, suara klakson, suara pedagang lampu merah saling bersahutan dengan teriakan orang-orang. Mentari mengamati langit yang begitu panas. Tentu saja hanya warna abu-abu disana. Begitu gelap untuknya. Sangat gelap sampai dia tak bisa melihat langit biru sedikitpun.

"Cewek..!!!"

"Uhuy cantik, mau kemana?"

Bahkan dia hampir menerima berbagai panggilan yang ditujukan pada mereka. Afika hanya diam dan Mentari justru mengumpat memberikan tatapan mengerikan.

"Apa? Mau gue jahit tuh mulut? Bangsat!!!"

"Wehhhh, galak!"

"Mas-mas, kalian baru aja nglecehin anak di bawah umur lho! Mau gue laporin? Hah?"

Mentari paling benci orang seperti mereka. Tentu saja, bahkan jika harus beradu kembali dia siap. Afika tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Mentari kelewat nekat.

"Kalau pakai rok lebih panjangan kenapa? Kita harus hati-hati apalagi ini kota udah nggak waras."

"Wow, siap bu Mentari."

"Mood gue udah jelek!"

"Tenang, lo nggak bakal nyesel justru seneng!"

"Bodo!"

Mereka sampai di mall dan memakirkan motor. Afika menelpon Bintang.

"Mereka belum datang, kita duluan aja. Nanti nyusul."

"Okey!"

"Gimana Bintang?" Tanya Afika membuka pembicaraan paling mengerikan.

"Gimana apanya?"

"Gue rasa lo cocok sama dia, dia kan lemah lembut dan lo kayak preman."

"Gue mau temanan, lagian kenapa isi otak lo pacaran? Pacaran aja nggak pernah kan?"

Toko Kaca ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang